Zaki langsung melepaskan tangannya dari kerah baju Zaki. Nirmala lantas mengambil sesuatu dari tangannya.
"Ini undangan untukmu! Sebelum menuduhkan sesuatu yang tidak-tidak padaku, lebih baik introspeksi diri dahulu."
Nirmala menyerahkan surat undangan dari pengadilan yang memang sudah lama dia bawa. Karena dia tidak tahu Arga tinggal di mana, Nirmala meminta ke pengadilan untuk membawa surat itu. Harapannya, sewaktu-waktu dia bisa bertemu dengan Arga seperti sekarang ini.
Harapan untuk mempermalukan Nirmala malah justru berbanding terbalik. Kini Arga yang malu karena justru dia yang dipermalukan.
"Mbak Nirmala memang si*lan!" Cindi buru-buru mematikan live nya karena kondisi sudah tidak kondusif.
"Kita pergi dari sini, Mas! Ada hama pengganggu yang tidak tahu diri! Ada ayah yang sama sekali tidak menanyakan anaknya tapi malah menuduh istrinya macam-macam."
Nirmala pergi dengan tetap diantar oleh Zaki. Zaki merasa bertanggung jawab karena tadi dia yang mengajak Nirmala. Sebenarnya ada hal yang ingin ditanyakan oleh Zaki. Tapi, Zaki merasa sekarang bukan waktu yang tepat untuk menanyakan hal itu."Biar Nirmala tenang dulu. Aku tidak boleh gegabah," batin Zaki.Dalam diam, Zaki mengantarkan Nirmala sampai di rumahnya. Setelah itu, Zaki kembali lagi ke kosnya. Walaupun makan malamnya bersama Nirmala gagal, itu tak masalah baginya."Bukankah laki-laki tadi itu mirip yang dulu bersama Cindi di rumah sakit? Jadi, dia suaminya Nirmala? Lalu, Cindi itu apanya, ya?" tanya Zaki seorang diri.Saat Zaki sedang merebahkan badannya, tiba-tiba ponselnya dipenuhi oleh pesan dari teman dan juga sahabat-sahabatnya.[Kamu merebut istri orang, Ki? Gak nyangka gue!][Ki, jangan bilang kalau di video itu Elo! Gak mungkin,
Ternyata ada Pak RT dan juga Ibu RT yang sedang mencoba menenangkan warga. Pak RT dan Ibu RT inilah yang paham masalah Nirmala dan Arga. Makanya mereka tidak ikut terpengaruh."Sabar, Bapak-bapak dan Ibu-ibu! Kita bisa bicarakan ini baik-baik, tidak harus seperti ini!" teriakan Pak RT di tengah teriakan-teriakan ibu-ibu yang lain.Kondisi semakin tidak terkendali. Ada yang bahkan melempar telor ke dalam rumah Nirmala. Tapi, Zaki tidak melihat Nirmala keluar rumah."Mungkin Nirmala sedang sembunyi," batin Zaki."Ada apa ini ribu-ribut?" Suara Fano yang besar dan menggelegar membuat semua orang menoleh.Mata mereka melotot melihat Fano yang memakai seragam polisi. Seketika para ibu dan juga bapak-bapak diam tak bersuara. Hingga akhirnya ada satu warga yang bicara."Kamu mau mengusir perempuan yang sukanya selingkuh, Pak! Dia sudah mengotori
"Nirmala gak apa-apa, Bang. Cuma Nirmala gak habis pikir sama Mas Arga, kenapa dia gak capek ganggu hidup Nirmala, Bang?" adu Nirmala pada Abangnya.Di dalam masih ada Pak RT dan juga beberapa warga yang hendak meminta penjelasan dari Nirmala dan Zaki."Sabar. Besok kalau kamu sudah resmi bercerai, dia tidak akan bisa ganggu-ganggu kamu lagi. Kalau masih menganggu, tinggal lapor polisi saja karena sudah menganggu kenyamanan." "Sudah kamu serahkan surat dari pengadilan?" tanya Ridwan. Nirmala mengangguk.Pak RT dan beberapa warga masih mendengarkan obrolan kedua kakak beradik itu. Sampai sini mereka paham jika memang Nirmala sudah menggugat cerai Arga."Mbak Nirmala, maafkan kelakuan warga, ya. Mereka tidak tahu menahu masalah internal Mbak Nirmala. Mereka hanya terhasut saja," ujar Pak RT yang merasa tidak enak dengan kelakuan warganya.Tak ada yang berani menatap Nirmala karena memang merasa bersalah. Hanya ada satu orang yang kekeh tidak mau minta maaf, yaitu Ibu Dina. Dia ada dend
"Maksud perkataanmu tadi apa, La? Kamu kenal dengan Cindi juga?" tanya Zaki yang memang belum tahu cerita sebenarnya. Nirmala menganggukkan kepalanya. Dia bingung hendak memulai cerita dari mana. "Mana mungkin kamu kenal dia? Dia itu teman anak Tante yang kaya raya," sanggah Ibu Hermin. Beliau masih tetap menatap Nirmala dengan pandangan tidak sukanya."Anak teman Mama yang mana? Mami Mey?" Fano mulai berani bicara. Dia berpikir sudah saatnya menyadarkan mamanya."Kamu tahu apa? Gak usah ikut campur, Fan!" sentak Mama Zoya."Sudah, Ma! Kita dengarkan dulu apa yang mau Nirmala ceritakan. Mama juga gak tahu persis, kan, asal usul Cindi itu? Gak ada salahnya kita mendengarkan dari orang yang tahu, Ma." Zaki mencoba menengahi agar tidak terjadi keributan di rumah Nirmala lagi.Zaki mengajak Mama Zoya untuk ikut duduk bersama dan mendengarkan cerita dari Nirmala."Begini, Ibu ... bukannya saya ikut campur, tapi memang lebih baik Ibu dengarkan penjelasan Mbak Nirmala soal Cindi. Saya saks
Arga dan Cindi kesal karena bukan Nirmala yang kena batunya, tapi malah mereka. Mereka pulang ke rumah Mami Mey dengan perasaan kesal."Istrimu itu susah banget, sih, Mas, dibuat menderita? Malah kita yang kena," gerutu Cindi sambil menepuk punggung Arga cukup keras."Aw! Kok kamu malah marahnya ke aku, sih?" sungut Arga kesal."Iyalah, dia, kan istrimu! Kenapa kita gak culik dan siksa aja, sih, Mas? Kan enak aku tinggal mukulin dia sepuasku," cakap Cindi lagi.Entah dendam atau kesalahan apa yang diperbuat Nirmala sampai-sampai Cindi ingin membuat hidup Nirmala hancur."Ideku bagus, kan, Mas? Gimana menurut, Mas Arga?""Nanti kita bisa berurusan sama polisi kalau ketahuan. Kamu mau?" Arga masih bisa berpikir pakai logika. Dia tentu saja tidak mau masuk dalam penjara karena keb*dohan Cindi."Lalu kita harus apa, do
"Perkenalkan nama saya Bayu. Saya di sini ditugaskan untuk mengantar Mbak dan Mas oleh orang yang meminta kalian kemari. Mari saya antar ke kamar!" seru Bayu dengan tangan mempersilahkan masuk.Agak ragu mereka melangkah. Tapi, sudah terlanjur mereka sampai di tempat itu. Kalau pun mereka tidak melakukan tugas mereka, siap-siap akan disiksa Mami Mey jika pulang nanti."Mas, kok kayaknya tempat ini sudah tidak dipakai lagi?" Cindi memberanikan bertanya pada Bayu karena rasa penasarannya itu."Oh iya, Mbak. Memang tempat ini sudah tidak difungsikan kembali seperti dulu. Tapi masih dipakai untuk hal-hal macam Mbak ini," jawab Bayu santai.Cindi yang paham maksudnya hanya bisa ber-oh saja. Mereka melanjutkan menyusuri lorong-lorong hotel yang diterangi lampu remang-remang.Tiba-tiba Bayu berhenti dan berkata, "Ini kamarnya Mbak, Mas. Silahkan masuk! Sebentar lagi tamu k
Sungguh suasana yang tidak diinginkan oleh Arga dan juga Cindi. Suasana horor memenuhi sekitaran mereka."Kenapa, Mas? Isinya apa?"Cindi mencoba mendekati Arga dan melihat kertas yang dibawa Arga. Dia membaca isi kalimat di kertas itu.[KAMU KIRA, KAMU BISA LARI DARIKU, ARGA? KEMANAPUN KAMU PERGI, AKU AKAN BISA MENEMUKANMU! AKAN KU BALAS PERLAKUANMU PADAKU DULU. KAMU TAK AKAN BISA LARI.]Surat ancaman yang Arga sendiri tidak tahu siapa pengirimnya. Ancaman seperti ini pernah juga dia terima sat di apartemen Tante Ria. Tapi itu sudah lama dan baru sekarang lagi dia mendapatkannya."Sebenarnya siapa dia? Kenapa dia selalu mengancamku?" gumam Arya.Arya berusaha mengingat kejadian di masa lalu. Mungkin saja ini perbuatan orang di masa lalu. Tapi nihil. Arya sama sekali tidak ingat pernah menyakiti orang."Siapa yang menero
Rasa takut mereka seketika hilang ketika melihat uang yang banyak. Cindi dan Arga yang semula ingin bercerita pada Mami Mey, menjadi urung karena ternyata klien yang ditinggal kabur tidak mengadu apapun.Tapi ada satu pertanyaan besar setelah itu. Siapa dia dan mengapa bisa memberi mereka tips padahal Cindi dan Arga padahal mereka kabur dari sana?Baru saja Mami Mey hendak beranjak, Mama Zoya datang ke rumah Mami Mey. Saat ini memang Arga dan Cindi diminta datang ke rumah Mami Mey yang dipakai sehari-hari agar tidak ketahuan kalau dia punya bisnis tidak halal."Bu Zoya? Ada apa kemari, tumben?" tanya Mami Mey.Saat itu Cindi dan juga Arga masih ada di sana. Mereka juga terkejut melihat kedatangan Mama Zoya ke rumah Mami Mey."Kebetulan kamu juga ada di sini, Cindi. Saya mau bicara sama kamu dan juga Mami Mey," ucap Mama Zoya dengan tatapan dingin tidak seperti