Share

Bab 48. Boleh Pulang

Author: flam_boyan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Satu bulan Mama Ria dirawat di rumah sakit. Selama itu pula Nurma berada di rumah mertuaku Ibu Sari. Aku dan Nurma tidak pernah lupa untuk memberi kabar.

"Dek, Alhamdulillah besok Mama sudah boleh pulang. Tapi Mama masih belum melakukan apapun. Dokter tak bisa memastikan kapan Mama bisa berjalan lagi." Aku berusaha menjelaskan kondisi Mama Ria pada Nurma agar nantinya dia tidak terkejut.

"Alhamdulillah kalau Mama sudah boleh pulang. Kalau gitu besok Nurma juga pulang, Mas. Tapi ... bolehkah Ibu ikut ke sana?" Tanya Nurma padaku.

Aku mengernyitkan keningku. Tak biasanya Nurma meminta ibu mertuaku untuk menginap di sini. Bukan apa-apa, aku tahu kalau Ibu Sari kurang suka dengan Mama Ria.

"Mas, kok diam saja? Gak boleh, ya?" Tanya Nurma lagi. Aku tersentak dari lamunanku.

"Oh bukan gitu, Dek. Boleh! Siapa bilang gak boleh?" Kataku. Aku berusaha bicara setenang mungkin agar Nurma tidak curiga.

"Terima kasih, Mas!" ucapnya. Lalu kami membicarakan hal lain sampai beberapa menit. Setelah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 49. Nurma Kenapa?

    "Mas! Mas Raga tidur? Nurma sudah sampai, Mas," serunya di depan kamar. Aku menyingkap selimut dan membuka pintu. Di depanku berdiri bidadari yang kupersunting satu tahun yang lalu. Senyum manis terlukis di bibirnya. Nurma langsung mencium punggung tanganku."Capek, ya, Mas?" tanyanya. Dia masuk lalu berbaring di ranjang. Aku melihat ada yang aneh dengan sikap Nurma. Wajahnya juga terlihat pucat.Kamu gak apa-apa, Dek? Mukamu pucat, lho!" Aku begitu serius memandangi wajah Nurma karena memang tak seperti biasa."Masa, sih, Mas? Perasaan Nurma biasa-biasa aja. Mungkin karena Nurma habis perjalanan jauh kali, ya?" sangkalnya. Tapi masuk akal bagiku alasan Nurma itu. Apalagi ditambah dengan kondisi hamil seperti itu. Aku pun meminta Nurma untuk beristirahat sejenak. Sedangkan aku turun ke bawah untuk meminta Mbok Darmi membuatkan sup untuk semuanya."Bu ... Apa kabar?" Aku menyapa mertuaku yang juga kebetulan ikut membantu Mbok Darmi di dapur."Alhamdulillah sehat, Nak. Kamu juga sehat

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 50. Ke Rumah Sakit

    "Bang, gak jadi ke alamat itu. Mas Raga kasih tahu kalau kita ke rumah sakit Mitra Medika," ucapku pada Bang Ridwan setelah mendapat pesan dari Mas Raga.Firasatku mengatakan kalau Mbak Nurma sudah melahirkan. Tapi ... kenapa aku diminta ke sana? Jangan-jangan?! Ah semoga pikiran buruk tentang Mbak Nurma tidak terjadi.Mbak Nurma dan Mas Raga sudah begitu baik padaku. Dulu Mas Raga selalu membeli camilan yang aku jual. Mbak Nurma juga sama memperlakukan aku dengan baik. Walaupun kita baru saling mengenal.Sebenarnya aku dan Mbak Nurma ada rahasia yang Mas Raga sendiri tidak tahu. Diam-diam Mbak Nurma mengambil cuti hanya untuk menyelidiki Mas Raga dan juga Cindi. Aku sudah menolaknya berkali-kali, karena aku rasa itu terlalu berlebihan. Bukankah masih banyak polisi yang bisa membantu Mbak Nurma? Kenapa dia malah memilih berjalan sendiri dan membahayakan dirinya sendiri hanya untuk orang seperti aku? Orang yang baru diken

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 51. Dititipkan Anak

    Mas Raga menoleh ke arah Bang Ridwan dan juga Kak Aisyah karena ini pertama kali mereka bertemu."Ini Abang saya, Mas. Bang Ridwan namanya. Dan yang ini istri Bang Ridwan, Kak Aisyah namanya." Aku pun juga memperkenalkan abangku pada Mas Raga. Bang Ridwan dan Mas Raga saling berjabat tangan."Mbak Nurma gimana, Mas? Baik-baik saja, kan?" tanyaku penasaran."Masih ditangani dokter karena ada komplikasi saat operasi, La," jawab Mas Raga lirih. Ada raut kesedihan dalam dirinya."Bayinya, Mas?" Aku berharap kalau anak mereka sehat-sehat saja."Anak kami Alhamdulillah sehat. Sekarang ada di ruang bayi." Jawaban Mas Raga membuatku bernafas lega.Sedari tadi aku melihat Ibu Sari melihatku terus-menerus. Aku sampai merasa risih karenanya. Saat mata kami beradu, Ibu Sari tersenyum padaku."Cantik!" lirih Ibu Sari tapi masih dapat aku dengar.

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 52. Tak Selamat

    Saat aku terbangun, aku sudah berada dalam kamar rumah Bang Ridwan. Aku melihat sekeliling tapi tidak ada siapa-siapa. Segera aku beranjak dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Tak kutemukan bang Ridwan maupun Kak Aisyah di ruang tengah. Lalu, aku menuju ke halaman belakang rumah. Terlihat Bang Ridwan dan Kak Aisyah tengah duduk di sebuah gazebo yang ada di halaman belakang. Mereka duduk membelakangi ku, sehingga mereka tidak menyadari kalau ada ada di belakang mereka."Mas ... kasihan bayi itu. Boleh gak, ya, kita merawatnya?" tanya Kak Aisyah pada Bang Ridwan. Aku tak tahu bayi siapa yang Kak Aisyah maksud. Apakah bayiku? Atau ....Aku jadi teringat akan kejadian yang menimpa Mbak Nurma. Tanpa di aba-aba, air mataku lolos begitu saja dari sumbernya. Kepalaku masih terngiang-ngiang pesan dari Mbak Nurma agar mau menjadi ibu asuh untuk Tegar anaknya. Aku berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Aku tidak mau mengganggu pembicaraan Abang dan kakakku itu. "Bayi itu masih punya aya

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 53. Pemakaman

    Astaghfirullah! Aku sampai lupa kalau Mbak Nurma sudah memberi nama pada bayi itu. Karena aku terlalu syok dan pingsan, aku belum sempat memberitahu Mas Raga soal itu."Maaf, Mas, Nirmala lupa kasih tahu Mas Raga kalau sewaktu Nirmala masuk dan menemui Mbak Nurma, Mbak Nurma memberi nama anak kalian Tegar." Aku berusaha menjelaskan kejadian saat itu."Tegar?" gumam Mas Raga dan aku mengangguk."Nama yang bagus! Itu benar Nurma yang mengatakan?" Mas Raga masih belum percaya dengar perkataanku. Aku mengangguk pelan."Aku memang belum memberinya nama karena memang belum ada persiapan. Terima kasih, ya, Sayang ... Kamu masih sempat memberikan nama yang bagus untuk anak kita. Semoga anak kita kelak jadi anak yang pemberani sepertimu," ucap Mas Raga sambil memperhatikan foto Mbak Nurma yang tertempel di dinding rumah ini.Aku menghampiri bayi kecil itu dan meminta izin untuk menggendongnya sebentar. Mas Raga dengan senang hati mengizinkannya."Assalamualaikum anak ganteng, anak Sholeh! Ini

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 54. Titipan Nurma

    "Nurma menitipkan ini sama Ibu. Dia bilang kalau kamu sendiri yang harus menerimanya dari tangan Ibu. Jujur saja, Ibu tidak tahu isinya apa. Jadi, silahkan Nak Nirmala buka sendiri," kata Ibu Sari padaku.Mataku menyipit ketika melihat amplop berukuran besar di tanganku. Dengan perasaan ragu, aku menerima amplop itu dari tangan Ibu Sari."Oh iya dan satu lagi, ini surat dari Nurma untukmu." Lagi, Ibu Sari memberikanku amplop putih tapi ukurannya lebih kecil dari yang pertama.Setelah dua-duanya aku terima, aku langsung pulang ke rumah. Karena memang pemakaman Mbak Nurma sudah selesai. Bang Ridwan dan Kak Aisyah juga sepertinya kecapekan.Aku meletakkan amplop dan surat yang diberi oleh Ibu Sari di atas meja. Rasanya ingin segera membersihkan badan ini karena terasa lengket. Selesai mandi, aku rasanya ingin tidur. Badanku terasa sangat lelah dan aku tak memikirkan lagi amplop yang diberikan oleh

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 55. Kebaikan Nurma

    "Ternyata firasat Abang benar. Kamu kenapa-napa. Untung saja warga di sana menemukanmu dengan cepat. Kalau tidak ... Abang tak tahu apa yang akan terjadi padamu." Bang Ridwan masih menceritakan kejadian saat aku membereskan bekas kekacauan penagih hutang."Benarkah, Bang? Aku selalu ke kantor polisi dan menanyakan perkembangan laporanku, Bang. Mereka kesulitan melacak dimana Mas Arga menggadaikan sertifikat ini. Tapi ... Kenapa Mbak Nurma bisa dengan cepat mendapatkannya, ya, Bang?" tanyaku bingung."Memangnya Nurma gak bilang apa-apa lagi sama kamu, La? Atau tidak ada gitu surat atau apa yang dia tinggalkan untukmu?" Kak Aisyah ikut bertanya padaku. Dan pertanyaan Kak Aisyah mengingatkanku pada satu amplop kecil yang satu lagi."Ah iya, mungkin di amplop itu! Sebentar Nirmala ambil dulu amplopnya, Bang, Kak," kataku.Aku masuk kembali ke dalam kamar dan mengambil surat yang satu lagi. Aku kembali la

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 56. Menguping

    Kala itu, Ridwan baru saja pulang dari bermain. Saat dia hendak masuk, tanpa sengaja Ridwan mendengar pembicaraan Bude dan Pakdenya."Kenapa Ibu tidak boleh memberitahu Ridwan, Pak? Bukankah adikmu juga sudah tidak ada? Ibu juga ingin memeluk Ridwan sebagai anak kandung Ibu sendiri, Pak!" kata Ibu Tari pada Pak Gunawan. Mereka berdua adalah orang tua kandung Nirmala.Deg! Ridwan terkejut dengan penuturan Budenya. Tapi dia tidak buru-buru keluar menampakkan dirinya di hadapan mereka. Ridwan ingin tahu kebenarannya lebih dalam lagi."Jangan, Bu! Bukankah kita sudah berjanji pada mereka untuk merahasiakan ini seumur hidup kita, Bu. Apa Ibu lupa?" sahut Pak Gunawan. Pak Gunawan tahu betul perasaan istrinya. Dia yang memaksa istrinya untuk memberikan anak pertama mereka pada adik kandungnya karena sudah lama adik kandungnya tidak punya anak.Pak Gunawan dulu memang dilangkahi oleh adik perempuannya. Jadi, usia pernikahannya lebih lama adik perempuannya dibandingkan dia."Bukan Ibu, Pak ..

Latest chapter

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 146. Bahagia

    Fano mengutarakan niatnya mempersunting Ana lebih cepat. Dia merasa tidak baik menunda hal baik. Apalagi hampir setiap hari Fano dan Ana bertemu. "Apa mama dan Mas Zaki tidak keberatan? Mengingat kita belum lama kehilangan Mbak Nirmala," ungkap Fano yang masih memikirkan perasaan Zaki. "Alhamdulillah!" Mama Zoya dan Zaki secara bersamaan mengucap syukur. "Tentu saja tidak, Fan. Mas malah bahagia jika kamu sudah menemukan tambatan hati. Niat baik itu memang harus disegerakan. Menikahlah! Kapan rencana kalian?" balas Zaki. "Kalau memang semuanya setuju, rencananya akhir bulan di bulan depan, Ma, Mas. Iya, kan, An?" Ana menunduk karena tersipu malu. Kini dia dan Nirmala punya nasib yang sama. Tanpa orang tua, dia harus merencanakan pernikahannya sendiri bersama keluarga calon suaminya. Dulu, Ana memang kagum pada Zaki karena pandangan pertama. Tapi lambat-laun saat dia bekerja di rumah Mama Zoya, hatinya tertarik pada Fano. Gayung pun bersambut. Ternyata Fano juga men

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 145. Sadar

    Sudah empat bulan kepergian Nirmala. Dan selama itu pula Zaki masih belum bisa menerima kepergiannya. "Ki, kamu gak mau lihat anakmu? Dia sudah empat bulan dan kamu belum memberinya nama," ucap Mama Zoya suatu hari. Zaki menjadi sangat g*la bekerja. Tak jarang dia tidur di rumah sakit karena enggan untuk pulang ke rumah. Rumahnya terlalu menyimpan banyak kenangan bersama Nirmala. Selama empat bulan itu pula, Mama Zoya bekerjasama dengan Ana menjadi dan merawat bayi yang belum diberi nama itu. Mereka berdua sangat telaten dan satu sama lain saling membantu. Kehadiran bayi itu sedikit banyak mengobati rasa kehilangan Mama Zoya. Apalagi bayi itu semakin hari semakin mirip dengan Nirmala. "Ti, apa sebaiknya dipikirkan lagi soal menjual usaha Mbak Nirmala?" kata Ana. Ya, Ana memanggil Mama Zoya dengan sebutan uti untuk membahasakan anak Nirmala. Sekarang prioritas Mama Zoya adalah membesarkan anak Nirmala. Sehingga dirinya sudah jarang sekali ke tempat usaha Nirmala yang sebelumnya d

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 144. Hancur

    Situasi di dalam ruang ICU sangat tegang. Semua tenaga medis yang ada di dalam berusaha untuk memberikan pertolongan kepada istri dari pemilik rumah sakit tempat mereka bekerja. Tak ada berada di luar ruangan, Zaki ikut masuk ke dalam ICU. Tak ada yang menghalangi Zaki kali ini. Dengan memegang tangan Nirmala, Zaki berkata, "Aku tunggu kamu pulang, Sayang. Anak kita sangat tampan dan dia sehat. Ayo pulang, Yang!" Setelah Zaki bicara seperti itu, mata Nirmala terbuka dan melotot. Tapi, setelah itu bunyi alat yang terpasang di tubuh Nirmala menjadi datar. Zaki terkejut dan melihat ke arah dokter dan perawat. Mereka semua menggelengkan kepala. Air mata Zaki sudah tak bisa dibendung lagi. "Gak! Gak mungkin! Bangun, Sayang! Ayo kamu bangun! Anak kita sudah menunggu, La. Kamu harus lihat wajah anak kita. Aku mohon, Sayang!"Suasana ICU menjadi haru. Nirmala menghembuskan nafas terakhir dengan didampingi oleh Zaki. Wajah Nirmala tampak cantik dan bibirnya tersenyum. Seolah-olah mengisya

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 143. Situasi di Rumah Sakit

    Air mata Zaki terus saja mengalir kala melihat sang istri terbaring dengan berbagai macam alat yang menempel di tubuh Nirmala. Saat ini Nirmala ada di ruang ICU. Pendarahan Nirmala memang sudah bisa diatasi. Tapi, kondisi Nirmala tak lantas membaik. Dia koma. Lengkap sudah kesedihan Zaki saat ini. Istri dan anaknya tengah berjuang di ruangan yang sangat ditakuti itu. "Ya Allah, tolong izinkan aku untuk bisa membahagiakan istriku! Tolong!" rintihnya dalam hati. "Ki ... jangan patah semangat dan terus berdoa, ya. Mama akan selalu mendoakan untuk kesembuhan Nirmala dan cucu mama. Mama ingin kita berkumpul lagi bersama-sama." Mama Zoya menguatkan. Zaki mengangguk walaupun ragu. "Mas, Fano bawa mama pulang dulu, ya. Nanti Fano akan kembali lagi ke sini. Mas Zaki mau nitip apa?"Hari memang sudah terlalu larut. Mama Zoya terlihat kelelahan dan memang seharusnya istirahat di rumah. Fano tak mau jika nantinya Mama Zoya ikut sakit. "Iya. Mama memang harus istirahat. Tolong bawakan saja p

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 142. Operasi Darurat

    "Mbak Nirmala!" pekik Fano. Dia melihat Nirmala merintih kesakitan dengan darah yang keluar dari kedua kakinya. Di sana ada Ana yang tengah menahan beban tubuh Nirmala yang berat. "Tolong, Mas!" kata Ana lirih. Fano dengan cepat dan hati-hati menggotong Nirmala. Dibelakangnya ada Ana yang sigap mengikuti. Tangannya masih gemetar karena menyaksikan langsung Nirmala yang kesakitan. "Ayo cepat, Ana!" seru Fano. "Astaghfirullah! Nirmala! Mbakmu kenapa, Fano?" tanya Mama Zoya saat mereka berpapasan di ruang tamu. "Gak tahu, Ma. Ayo kita cepat bawa ke rumah sakit, Ma!" jawab Fano panik. "Iya. Tapi tunggu dulu mama mau ambil tas Nirmala dulu. Dia udah siapkan tas ke rumah sakit," kata Mama Zoya. "Biar saya ambilkan, Bu. Dimana kamar Mbak Nirmala?" Ana menawarkan diri. Dia merasa bisa lebih cepat mengambil daripada Mama Zoya. Setelah diarahkan oleh Mama Zoya, Ana lari ke kamar Nirmala dan mengambil tas yang dimaksud. Lalu, dia dengan berlari juga kembali lagi ke depan. Nirmala dan

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 141. Hari Pertama

    Nirmala dan Zaki keluar secara bersama-sama. Di ruang tamu, ada seorang perempuan yang tengah menunggu kehadirannya. "Ana?" lirih Nirmala. Melihat Ana di rumahnya, tentu Zaki terkejut. Tapi, dia lebih terkejut lagi setelah mengetahui jika Nirmala mengenal Ana. "Kamu kenal dengan dia, Sayang?" tanya Zaki setengah berbisik. Nirmala mengangguk. Nirmala terlihat mempersilahkan Ana untuk duduk lagi. Dia bersama Zaki ikut duduk berhadapan dengannya. Nirmala sudah mendengar soal ayah Ana. Bahkan dia juga yang melunasi tagihan rumah sakit ayah Ana. Hanya saja memang Nirmala belum sempat mengucapkan belasungkawa secara langsung karena kondisinya tidak memungkinkan untuk bepergian. "Saya sudah mendengar soal ayahmu. Saya ikut berdukacita, Ana. Semoga ayahmu diterima di sisinya oleh Allah SWT. Aamiin. Kamu yang tabah, ya." Nirmala memulai pembicaraan. Ana mengangguk. Sebenarnya dia menahan air matanya dan itu rasanya tidak nyaman sama sekali. Walaupun sudah berlalu beberapa minggu, tetap

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   140. Tawaran

    "Aku tahu kamu butuh biaya besar untuk ayahmu di sini. Aku bisa bantu itu. Tapi, aku juga butuh bantuanmu," ucap Nirmala kemudian. "Bantuan? Bantuan apa?" tanya Ana yang penasaran. "Saya akan menjamin biaya ayahmu di rumah sakit ini. Kamu kerja denganku," sahut Nirmala. Ana terkejut ketika Nirmala menawarkan pekerjaan padanya. Saat ini memang dia sedang butuh pekerjaan karena uang pegangannya sudah menipis. Apalagi ayahnya masih butuh banyak biaya. Walaupun dokter sudah angkat tangan dan menyarankan untuk melepas alat bantu, Ana belum mau. Ada keyakinan dalam dirinya jika sang ayah akan pulih kembali seperti sedia kala. Hanya saja saat ini Ana dihadapkan dengan biaya rumah sakit yang sangat besar. Isi kepalanya hampir keluar karena pusing memikirkan biaya rumah sakit. "Kerjanya apa? Apa aku masih bisa merawat ayahku di sini?" tanya Ana ragu. "Jadi asisten pribadiku. Kamu hanya perlu ikut saya kalau saya sedang butuh teman saja. Mudah bukan?"Nampaknya Ana sedang berpikir keras.

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 139. Nirmala dan Ana

    "Lalu kamu mau apa? Maaf saya tidak punya banyak waktu untuk mengurusi urusan tidak penting ini. Saya sudah minta maaf dan kamu pun tidak terluka. Lalu apa lagi?" Zaki dibuat sedikit kesal oleh perempuan muda itu. "Gak penting katamu? Gara-gara kamu, aku jadi terlambat memberi makanan pada ayahku. Jadi, kamu harus tanggung jawab!" Perempuan yang belum diketahui namanya itu tak kalah kesal. Zaki menghela nafas panjang. Waktunya terbuang percuma hanya untuk menanggapi orang yang tak dikenal. "Kamu harus ikut aku dan minta maaf langsung sama ayahku!" sambungnya lagi. "Maaf saya tidak ada waktu." Zaki pergi begitu saja tanpa menghiraukan panggilan perempuan tadi. Langkahnya hampir sampai di ruangan rawat inap Nirmala. Dia merasa sedikit lega karena tak lagi mendengar suara perempuan tadi. Namun, prediksinya salah. Ternyata perempuan itu mengikutinya sampai di depan ruangan Nirmala.Perempuan itu mencegat Zaki. "Kamu harus ikut aku!" serunya. "Gak sopan! Kamu dari tadi mengikuti ku?"

  • Aku Bukan Budak (Iparku Ternyata Selingkuhan Suamiku)   Bab 138

    Mama Zoya yang tertidur dengan kepala berbaring ke ranjang Nirmala pun terkejut mendengar suara Nirmala. Spontan Mama Zoya langsung bangun dan memastikan Nirmala sudah sadar. Lalu, Mama Zoya lari keluar untuk memanggil perawat jaga. Setelah perawat jaga memeriksa Nirmala, Mama Zoya baru lah lega karena menurut perawat, semuanya baik-baik saja dan tak ada yang perlu dikhawatirkan. Untuk penanganan lebih lanjut, menurut kata perawat akan menunggu instruksi dari dokter yang menangani Nirmala. Dokter yang memeriksa Nirmala belum mengatakan apapun pada mertua Nirmala itu. Alasannya karena menunggu suami Nirmala. "Aku dimana, Ma? Kok mama di sini?" tanya Nirmala yang masih tak sadar kalau dia di rumah sakit. Fano sudah kembali bertugas dan Zaki juga sudah diberitahu kalau Nirmala ada di rumah sakit. Sekarang, Zaki sedang ada di perjalanan. Dia juga baru selesai menangani dua operasi yang sangat darurat. Setelah melihat sekeliling dan mengingat kejadian terakhir, Nirmala baru ingat kal

DMCA.com Protection Status