.
.
.
Semua orang tercekat. Tidak ada yang berani berbicara. Baik Shen Ara, Wei Dong, dan para juri, mereka semua terdiam hingga layar lebar pada panggung itu menampilkan sesuatu yang menarik perhatian semua orang.
“Pemenang Desain professional Galeri Madong”
Para juri itu, mereka semua tahu, perlombaan itu tidak main-main. Ada begitu banyak peserta dari manca Negara dan juga para professional yang mengikutinya. Bahkan, para juri itu saja tidak bisa mengikutinya karena mereka tidak bisa lolos pada seleksi pertama. Hanya saja, mengapa Ketua Ma mau membuka hasil lomba yang akan diumumkan esok hari? Bukankah hasil lomba itu terlalu rahasia? batin para juri itu di dalam hati sebelum menanyakannya kepada Ketua Ma yang masih berdiri disana.
“Ketua Ma, bukankah ini adalah perlombaan dari Galeri Madong? Ini terlalu rahasia. Mengapa anda membawanya kemari?” ucap salah satu juri tidak mengerti dengan jalan pikiran Ketua Ma yang diluar perkiraan
Kali ini Shen Yiyi benar-benar berada dalam masalah besar. Dia sedang menyamar dan hal itu memang menghalanginya untuk berkonfrontasi secara langsung dengan sepupu jahatnya. Kalau begitu, apakah Shen Yiyi masih bisa membela dirinya yang sedang dijatuhkan oleh Wei Yuna?
...Di ruangan besar itu, suara bisikan begitu riuh terdengar. Kali ini, semua orang membicarakan putri tunggal sang direktur Perusahaan Shen yang tidak pernah kelihatan batang hidungnya. Dari kabar yang beredar, putri Shen Haoran memang tidak memiliki kompetensi apa-apa. Jadi, mereka sepenuhnya percaya kepada perkataan Wei Yuna.“Aduh, kasihan sekali Nona Wei,” kata salah satu dari tamu undangan disana.“Betul sekali. Ternyata, semua ini adalah ulah dari Nona Shen,” sahut yang lainnya.“Benar, tetapi mau bagaimana lagi. Nona Wei begitu baik, pasti dia tidak pernah menyangka kalau ulah sepupunya akan mempermalukannya,”“Cih! Nona Shen itu keterlaluan sekali ya. Karena ingin menonjol, dia sampai mencuri karya orang lain! Astaga, aku jadi kasihan dengan Nona Wei. Sekarang, dia harus dipermalukan karena ulah saudaranya.”Mendengar orang-orang bersimpati kepadanya, Wei Yuna terlihat
. . . Tindakan itu, tentu menarik perhatian Wei Dong. Dengan spontan, pria paruh baya itu langsung membela putri tunggalnya, “Shen Yiyi! Apakah kau kemari untuk mempermalukan Wei Yuna? Dia adalah sepupumu, apakah kau setega itu untuk menjebaknya?” ucap Wei Dong dengan nada mengintimidasi. Sayangnya, tatapan tajam Wei Dong tidak berpengaruh pada Shen Yiyi yang telah terlahir kembali. Dia sudah merasakan rasanya dikhianati. Bahkan, dia juga sudah mengecap rasa kematian akibat ulah Wei Yuna, iblis busuk itu. Sehingga bagaimanapun musuhnya mengintimidasinya, itu sama sekali tidak berpengaruh padanya. Tidak kali ini! Menyibakkan rambut panjangnya, Shen Yiyi seakan ingin mengejek pamannya itu. Auranya menguar bagai ratu yang hendak menjatuhi hukuman pada orang-orang yang telah berani merencanakan kematiannya. “Paman, lihatlah dulu video ini sebelum dirimu berkomentar,” kata Shen Yiyi sembari memberi arahan kepada operator untuk memutar file
...Keluar dari pintu Perusahaan Shen, si pria muda menggandeng isterinya dengan penuh kemenangan. Di sepanjang perjalanan, dia tidak memperdulikan tatapan orang-orang yang terkejut dan bertanya-tanya mengenai sosok dewa-dewi yang baru lewat itu.“Eh, apakah itu sang Tuan Mu yang legendaris?” tanya mereka.“Iya, benar. Itu Tuan Mu, tapi siapa wanita yang bersamanya? Astaga, dia cantik sekali,” sahut yang lainnya.“Kalau tidak salah, itu adalah putri CEO Shen,” jelas salah satu orang yang baru datang.“Benarkah? Apakah dia yang bernama Shen Yiyi? Aku dengar dia adalah pemilik asli dari desain pemenang hari ini,” kata yang lainnya lagi.“Sepertinya begitu,” jawab satu orang di sudut sana.“Wah, kalau begitu ternyata putri CEO Shen tidak seperti desas desus yang beredar ya. Wanita itu rupanya sangat cantik dan juga sangat pintar. Pantas sekali kalau CEO She
...Dihadapan dua piring Plain Carabian Oyster, Shen Yiyi mengernyitkan dahinya. Tunggu! Apakah ini adalah hadiah yang diminta oleh Mu Shenan? Batinnya merasa lega. Padahal tadi di dalam mobil, Shen Yiyi sudah kalang kabut. Ia takut kalau Mu Shenan akan meminta hal ‘itu’. Tetapi ternyata dugaannya salah! Haha, untung saja, batinnya sembari menghela nafasnya.“Mu Shenan, makanlah sebanyak-banyaknya. Apa kau mau pesan lagi?” ucap Shen Yiyi yang membuat suaminya menaikkan alisnya.“Apa kau yakin?” sahut Mu Shenan masih ragu dengan jawaban isteri bodohnya itu.“Astaga! Tentu saja aku yakin, Tuan Mu. Kalau kau menyukainya, kau bisa pesan lagi,” ucap isterinya itu sebelum memberikan tanda pada pelayan yang ada disana, “Pelayan, tolong berikan 6 piring lagi dengan porsi yang paling besar,” imbuhnya segera diangguki oleh pelayan itu.Melihat hal itu, Mu Shenan hanya berdeham dan me
...Shen Yiyi sudah tidak bisa berkutik. Bagai sekarung beras, dia dipanggul begitu saja dari restaurant hotel itu untuk menaiki lift dan menuju ke tempat yang tidak bisa dibayangkannya.“Tuan Mu! Apa kau tidak punya malu?” Disepanjang perjalanan, dia berteriak dan memukuli bahu Mu Shenan yang tidak memperdulikan tatapan orang-orang disana.“Aku menggendong isteriku, kenapa aku harus malu?” katanya seraya menekan tombol lift menuju ke lantai teratas gedung itu.Astaga, Shen Yiyi harus secepatnya melarikan diri. Jika tidak, dia tidak tahu lagi apa yang akan terjadi selanjutnya. Dengan keras, ia lalu memikirkan ide-ide yang mungkin bisa menggoyahkan keinginan suami busuknya itu.“Tuan Mu, begini saja, apa kau suka jam tangan keluaran terbaru karya Richrad F? Apa kau mau kubelikan satu sebagai hadiahmu?” tanyanya kepada suaminya yang telah membawanya masuk ke dalam lift itu.“Aku sudah p
...Hal berbeda terjadi di dalam kamar presidential suit dengan pencahayaan yang temaram di hotel Y. Disana, saat ini, sebuah dress floral berwarna kuning terlihat telah tercecer di atas lantai bersamaan dengan setelan pria dengan dasi biru bergaris emas.Mengikuti arah pakaian-pakaian yang telah terlepas itu, di atas ranjang berukuran king size bertabur kelopak bunga disana, sepasang insan terlihat sedang berciuman. Tidak, lebih tepatnya mereka tidak saling berciuman, melainkan hanya sang pria yang terus saja menciumi wanita di bawahnya.“Tuan Mu, tunggu dulu … Apakah kau bisa untuk tidak seberingas itu? Sebelum melanjutkan, kita bicara dulu!” protes Shen Yiyi sembari mendorong Mu Shenan yang tengah sibuk menciumi leher putihnya.Mu Shenan sudah tidak tahan lagi. Efek dari oyster itu sudah mulai terasa. Tetapi jujur saja, ia sangat terganggu oleh celotehan Shen Yiyi yang sedari tadi terus berusaha menahannya.&ld
...Saat terbangun di pagi hari yang cerah, Shen Yiyi merasakan hawa dingin tiba-tiba menerpanya. Setelah membuka mata indahnya, ia bisa melihat Mu Shenan telah duduk di samping tempat tidurnya untuk menunggunya bangun.Pria itu terlihat begitu tampan dengan rambutnya yang sudah acak-acakan dan juga. Astaga, Shen Yiyi merasa sangat malu karena dia semalam juga meninggalkan bekas-bekas ciuman pada leher dan tubuh pria kekar itu.Dengan spontan, Shen Yiyi lalu menutup wajah cantiknya kembali dengan selimut. Rasanya ia ingin bersembunyi dari tatapan maut Mu Shenan yang semalam telah dengan garang melahapnya. Aduh, Shen Yiyi bingung tentang apa yang harus dia ucapkan sebelum akhirnya ia mendengar Mu Shenan berbicara terlebih dahulu.“Isteriku … kau sudah bangun?” ucapnya perlahan dengan nada yang terdengar sangat lembut.Tunggu. Apa aku tidak salah dengar?! Apakah Mu Shenan baru saja memanggilku dengan kata-kata &lsqu
...Shen Yiyi merasa sangat gelisah. Pagi hari ini dia telah mencari pil kontrasepsi di seluruh toko online tetapi tidak ada satu toko-pun yang menjualnya. Bahkan, dia diam-diam juga sempat mampir ke apotik di dekat kantor, tetapi penjaga disana mengatakan bahwa seluruh pil kontrasepsi pagi ini telah habis terjual. Shen Yiyi merasa kebingungan. Apakah pil kontrasepsi memang adalah barang yang sangat langka? Batinnya sembari melihat sosok megah yang sedang duduk di kursi kerjanya itu.Hari ini mereka memutuskan untuk tetap bekerja. Tidak seperti Shen Yiyi yang lesu, Mu Shenan terlihat begitu bahagia dan bersemangat melebihi hari-hari sebelumnya. Saat ini, di depan tumpukan dokumen dihadapannya, pria itu bahkan sudah sedari tadi terus bersiul seakan tidak ada sedikitpun beban dihatinya.Hal itu, tentu membuat Shen Yiyi semakin merasa jengkel. Sepertinya, diantara mereka berdua, hanya dirinyalah yang memikirkan tentang masa depan mereka.&ldq