Share

Bab 2

Penulis: Chanchal Noura
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-29 13:38:55
Aku tersenyum tipis, lalu menawarkan keik itu kepadanya.

Sepertinya, dia sangat kelaparan. Dia menghabiskan seluruh keik itu hanya dalam waktu kurang dari dua menit.

Masih ada sedikit krim yang menempel di sudut mulutnya.

Lantaran buru-buru keluar rumah hari ini, aku lupa membawa tisu. Aku ingin meminta orang tuanya untuk membantu menyeka mulutnya, tetapi aku baru sadar kalau kursi di sebelahnya kosong.

Aku bertanya dengan ragu.

"Kamu sendirian? Ibumu mana?"

Dia mengerutkan bibirnya, matanya memerah, lalu menundukkan kepalanya, dan menjawab dengan suara kecil.

"Ibuku sudah bawa adikku turun dari kereta api. Katanya, kalau aku duduk dengan patuh di sini, pasti ada orang yang menyukaiku."

Aku baru menyadari ada yang tidak beres. Aku pun memanggil petugas kereta. Setelah diperiksa, aku baru tahu kalau wanita yang membawanya ke sini telah diam-diam turun dari kereta api beberapa jam yang lalu.

Dengan kata lain, dia ditinggalkan di kereta api.

Saat kami hampir sampai di stasiun, dia memeluk kakiku dan menangis, memohon agar aku membawanya pergi.

"Tante, kudengar anak-anak di panti asuhan sering dipukuli. Kamu mirip dengan ibuku. Maukah kamu mengadopsiku?"

Aku menggelengkan kepalaku, lalu meminta maaf dan menolaknya dengan kejam.

Aku tidak punya banyak aset. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Jadi, aku tidak punya kemampuan untuk mengadopsi anak lagi.

Saat turun dari kereta, aku memandangnya untuk terakhir kalinya.

Ada air mata di wajahnya. Namun, dia tetap melambaikan tangannya kepadaku, berpura-pura bijak.

Ibuku datang menjemputku.

Sudah tiga tahun aku tidak bertemu dengan ibuku. Terakhir, aku membawa Sean pulang untuk menghadiri pemakaman ayahku.

Tiga tahun tidak bertemu dengannya, aku baru sadar ibuku kini bertambah tua.

Cahaya di matanya meredup. Bahkan, rambutnya juga banyak memutih.

Dia menatap pintu keluar dengan cemas. Saat melihat aku pulang sendirian, senyuman di wajahnya tiba-tiba menghilang.

Dia menggerakkan bibirnya beberapa kali, tetapi pada akhirnya dia tidak menanyakan apa pun. Dia hanya menarikku ke dalam pelukannya dengan tangan gemetar dan membelai kepalaku seperti yang dia lakukan saat aku masih kecil.

Di peluk seperti itu, aku tiba-tiba tidak bisa menahan diri dan langsung menangis.

Setelah berkorban selama sepuluh tahun, meninggalkan anak yang kulahirkan dengan mempertaruhkan separuh hidupku tentunya akan terasa memilukan dan menyakitkan.

Ibuku tidak mengatakan apa-apa. Dia menepuk punggungku dengan lembut dan dengan sabar menungguku puas menangis. Lalu, dia meraih tanganku, menghentikan taksi, dan membawaku pulang.

Saat melewati sebuah toko ponsel, aku meminta sopir untuk berhenti sebentar. Aku turun dari mobil, membeli kartu SIM baru dan memasangnya.

Begitu menghidupkan ponsel, beberapa pesan whatsapp langsung masuk.

Pesan dari Sean. Aku sempat ragu. Ujung jariku ingin menekan tombol hapus, tetapi pada akhirnya aku gagal menekannya.

Tidak perlu menghapus pesan itu. Lagi pula, prosedur perceraianku dengan Chris juga masih perlu didiskusikan dan ditangani.

Aku menekan pesan suara yang dia kirim. Nada bicaranya begitu sombong, seolah sedang berbicara dengan ibu pengasuh.

"Bu, mana kaus kakiku?"

"Jaketku mana?"

"Dasar wanita bodoh. Ayah bilang, kalau kamu masih nggak pulang, dia akan menceraikanmu!"

Aku menutup obrolan whatsapp, lalu bersandar di bahu ibuku dan memejamkan mata untuk bersantai.

Nada dering ponselku tiba-tiba berbunyi. Aku menunduk dan melihat foto profil Sean muncul di layar.

Aku bahkan tidak punya keinginan untuk mengangkatnya dan hanya membiarkan ponsel bergetar di tanganku.

Namun, Sean sepertinya tidak menyerah. Setelah berdering berulang kali, akhirnya ibuku angkat bicara.

"Sean meneleponmu? Anak itu sangat gigih. Jangan menyakiti hatinya."

Aku menghela napas. Terakhir, aku pun mengangkat teleponnya.

Mungkin karena menunggu terlalu lama, suara Sean terdengar dingin dan tidak sabar.

"Kapan kamu pulang? Kamu tahu nggak, gara-gara tasku nggak ketemu, aku hampir terlambat ke sekolah tadi pagi?"

"Selain itu, bukankah kamu janji mau menyelesaikan tugas pekerjaan tanganku? Kalau kamu nggak segera kembali membantuku menyelesaikannya, aku akan suruh Ayah …."

"Sean."

Aku menyela kata-katanya dengan lembut. Aku bosan dengan keluhannya yang tidak habis-habis.

"Dengarkan baik-baik. Aku dan ayahmu sudah mau bercerai. Kelak aku nggak akan pulang lagi."

"Selain itu, kamu sudah delapan tahun. Bisakah kamu berhenti bersikap seperti anak kecil dan terus mengandalkan orang lain?"

"Kelak kamu harus mengandalkan dirimu sendiri."

Bab terkait

  • Akhir dari Sepuluh Tahun Pernikahan   Bab 3

    Suaraku dingin, tetapi hatiku masih terasa sakit.Mungkin seperti ada bagian hatiku yang terkoyak.Hening lama di ujung telepon sana. Sampai aku kira dia telah menutup telepon. Tiba-tiba terdengar suara pekikan tajam yang disertai tangisan."Atas dasar apa! Kamu-lah yang melahirkanku. Atas dasar apa kamu yang memutuskan mau jadi ibuku atau nggak?"Aku hanya bisa tersenyum pahit.Atas dasar apa?Dia pasti sudah lupa.Demi merayakan ulang tahunnya yang kedelapan, aku bahkan mempersiapkan pesta untuknya dengan sepenuh hati. Waktu itu, aku dan Kirana sama-sama membeli keik ulang tahun untuknya.Yang aku beli adalah keik favoritnya dengan dekorasi Ultraman, sedangkan yang dibawa Kirana hanyalah keik buah biasa.Aku dengan hati-hati membawakan keik itu ke hadapannya, tetapi dia hanya melihat sekilas saja, kemudian menjatuhkannya.Dia mengerutkan kening, lalu protes kepadaku."Bu, aku sudah dewasa. Siapa yang masih suka Ultraman? Kekanak-kanakan sekali!"Aku menatap rokku yang kini berlumuran

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Akhir dari Sepuluh Tahun Pernikahan   Bab 4

    "Aku akan cari pengacara untuk membahas masalah perceraian denganmu secepatnya. Jangan khawatir, aku nggak akan menyesal. Kamu jangan ganggu aku lagi."Nada bicaraku datar, lalu mengulurkan tangan untuk menutup telepon.Aku bersedia mengakui kekalahan. Aku juga punya keberanian untuk memulai dari awal.Bukankah hanya sepuluh tahun? Siapa yang tidak bisa menerima kekalahan?Kampung halamanku adalah kota kecil. Dulu aku meremehkannya, tetapi sekarang kota itu membuatku merasa sangat nyaman.Aku menyukai anak-anak, jadi aku mencari pekerjaan sebagai juru masak di panti asuhan.Tak disangka, di hari pertamaku bekerja, aku akan bertemu lagi dengan gadis kecil di kereta api.Dia berdiri dengan takut-takut di antara anak-anak dan menatapku penuh harap.Aku menyentuh kepalanya dan tersenyum lembut padanya.Aku mengeluarkan permen yang telah aku siapkan sebelumnya dan menjejalkannya ke tangannya.Kami cepat menjadi akrab. Dia bilang namanya Marisa.Marisa Trisnadi.Dia bilang saat dia lahir, di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Akhir dari Sepuluh Tahun Pernikahan   Bab 5

    Dia bertanya kepadaku dengan nada emosional."Bu, kamu nggak menginginkanku, apa karena bajingan kecil ini?""Kamu punya anak baru, jadi kamu nggak menyukaiku lagi, 'kan?"Sejak lahir sampai sekarang, ini pertama kalinya, aku merasa Sean sangat menyebalkan.Ini juga pertama kalinya aku mengangkat tanganku untuk menampar wajahnya.Lantaran emosi, wajahku memerah."Sean, lepaskan! Apa nggak ada orang yang mengajarkan etika padamu?"Dia memang anaknya Chris. Dia mewarisi sifat keras kepalanya Chris.Dia tidak takut menghadapi amarahku.Aku menarik Marisa di belakangku, tetapi dia masih tidak menyerah. Dia sengaja menyenggol bahu Marisa dengan kasar.Sean setengah kepala lebih tinggi dari Marisa. Senggolan itu tentu membuat tubuh Marisa limbung dan langsung terjatuh ke lantai. Dia sendiri juga terjatuh.Marisa menutupi dadanya. Dia tidak bisa berkata-kata karena kesakitan.Aku mengamuk dan kembali mendaratkan tamparan ke sisi lain wajah Sean.Dalam sekejap, muncul bekas merah di kulitnya y

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Akhir dari Sepuluh Tahun Pernikahan   Bab 6

    Dalam perjalanan pulang, aku melewati restoran cepat saji yang selalu ingin dimakan Sean, tetapi aku tidak mengizinkannya. Aku tiba-tiba masuk dan ingin membelikan hamburger untuknya.Namun melalui jendela, aku melihat Chris mengajak Sean dan Kirana melahap makanan tidak sehat yang biasanya aku larang itu.Aku mematung di luar pintu. Terdengar nada bicara Sean yang menghina."Tante Kirana, nenekku bilang, kamulah yang ingin dinikahi ayahku waktu itu.""Ibuku-lah yang menggoda ayahku sewaktu dia mabuk. Jangan khawatir, aku pasti akan membantumu mengusir ibuku."Chris menatapnya sambil tersenyum. Dia tidak mengakui dan juga tidak menyangkal.Sebenarnya, aku ingin membela diri. Aku ingin masuk ke dalam dan menjelaskan bahwa bukan seperti itu kenyataannya.Chris-lah yang memanfaatkan cintaku untuk menghentikan ibu mertuaku yang menginginkannya menikah dengan Kirana.Chris bilang dia masih muda dan belum puas bersenang-senang. Dia tidak ingin menikahi Kirana dan juga tidak ingin menikahiku.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Akhir dari Sepuluh Tahun Pernikahan   Bab 7

    Dia benar-benar pelupa. Apa dia tidak tahu kalau dialah yang membuatku tidak bisa tersenyum selama beberapa tahun terakhir ini?Aku tidak menanggapinya. Hanya berbalik, lalu mengangkat tirai, dan mencoba bersembunyi di dapur.Chris tiba-tiba mengulurkan tangan dan meraih lenganku.Dia berbicara dengan nada rendah hati dan menyanjung."Vanesa, aku sudah menyuruh Kirana pulang."Aku hanya bergumam kecil. Ke mana dia pergi, sepertinya tidak ada hubungannya denganku.Pandanganku melewati bahunya dan jatuh pada Sean, yang berdiri di belakangnya dengan canggung.Sudah lama tidak bertemu. Berat badannya turun banyak.Dulu sewaktu dirawat olehku, pipinya tembam. Namun sekarang, wajahnya tampak sedikit tirus.Dia berbicara dengan hati-hati, seolah-olah takut membuatku kesal."Bu, bolehkah aku minta sedikit masakan Ibu?"Aku tidak berbicara, tetapi Marisa diam-diam sudah menyiapkan piring.Menghadapi tatapan penuh harap dari sepasang ayah anak itu, aku hanya menghela napas pelan."Duduklah. Di s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Akhir dari Sepuluh Tahun Pernikahan   Bab 8

    Wajah Chris memucat. Beberapa detik kemudian, dia tiba-tiba berdiri.Pergerakannya cukup besar hingga membuat kursinya terjatuh.Dia menggertakkan gigi, lalu meraih pergelangan tangan Sean sambil berkata dengan tegas."Ayo. Sudah saatnya kita pulang. Kelak jangan ganggu ibumu lagi."Untuk pertama kalinya, Sean kehilangan kendali di depanku. Dia melepaskan diri dari genggaman tangan Chris, lalu melemparkan dirinya ke pelukanku."Aku nggak mau pergi. Aku mau ikut Ibu. Kalian berbohong padaku. Ibu nggak sesedih yang kalian katakan!""Bu, kumohon jangan tinggalkan aku. Mulai sekarang, aku akan makan dengan patuh dan mengerjakan tugas sekolahku dengan sungguh-sungguh. Aku juga nggak minta dibelikan mainan mahal lagi.""Aku nggak akan rewel. Ibu nggak perlu mengeluarkan banyak uang, jadi tolong biarkan aku mengikutimu."Aku mengulurkan tanganku dan mendorongnya kembali.Dia tidak bisa menahan tenagaku dan malah terjatuh.Tampang sedihnya sama seperti waktu dia kecil dulu. Dia menangis karena

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • Akhir dari Sepuluh Tahun Pernikahan   Bab 1

    Aku mengeluarkan kunci pintu vila dari tas dan menaruhnya secara pelan di bawah karpet pintu.Begitu keluar dari pintu, aku menerima pesan dari Chris Liman."Anakku bilang dia ingin makan panekuk yang dijual di Distrik Batani sana."Jika ini terjadi dulu, aku pasti akan naik kereta bawah tanah ke Distrik Batani untuk membelikannya. Tak lupa juga, segelas susu kedelai yang hangat.Namun, sekarang ….Tanpa ragu-ragu sedikit pun, aku mematikan ponselku, lalu mengeluarkan kartu SIM dan membuangnya ke tempat sampah.Menggunakan WIFI di minimarket, aku membeli tiket untuk kembali ke kampung halaman.Saat membayar, masuk panggilan telepon whatsapp dari Chris.Aku tidak sengaja menekan tombol jawab.Di ujung telepon sana, terdengar nada cemberutnya."Vanesa, kamu berkeliaran ke mana pagi-pagi begini? Kenapa masih belum kembali?”"Anak kita bilang dia ingin makan panekuk, kamu masih belum belikan untuknya? Dia sudah hampir mati kelaparan.""Kamu hebat sekarang. Bukan hanya mematikan ponselmu, t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29

Bab terbaru

  • Akhir dari Sepuluh Tahun Pernikahan   Bab 8

    Wajah Chris memucat. Beberapa detik kemudian, dia tiba-tiba berdiri.Pergerakannya cukup besar hingga membuat kursinya terjatuh.Dia menggertakkan gigi, lalu meraih pergelangan tangan Sean sambil berkata dengan tegas."Ayo. Sudah saatnya kita pulang. Kelak jangan ganggu ibumu lagi."Untuk pertama kalinya, Sean kehilangan kendali di depanku. Dia melepaskan diri dari genggaman tangan Chris, lalu melemparkan dirinya ke pelukanku."Aku nggak mau pergi. Aku mau ikut Ibu. Kalian berbohong padaku. Ibu nggak sesedih yang kalian katakan!""Bu, kumohon jangan tinggalkan aku. Mulai sekarang, aku akan makan dengan patuh dan mengerjakan tugas sekolahku dengan sungguh-sungguh. Aku juga nggak minta dibelikan mainan mahal lagi.""Aku nggak akan rewel. Ibu nggak perlu mengeluarkan banyak uang, jadi tolong biarkan aku mengikutimu."Aku mengulurkan tanganku dan mendorongnya kembali.Dia tidak bisa menahan tenagaku dan malah terjatuh.Tampang sedihnya sama seperti waktu dia kecil dulu. Dia menangis karena

  • Akhir dari Sepuluh Tahun Pernikahan   Bab 7

    Dia benar-benar pelupa. Apa dia tidak tahu kalau dialah yang membuatku tidak bisa tersenyum selama beberapa tahun terakhir ini?Aku tidak menanggapinya. Hanya berbalik, lalu mengangkat tirai, dan mencoba bersembunyi di dapur.Chris tiba-tiba mengulurkan tangan dan meraih lenganku.Dia berbicara dengan nada rendah hati dan menyanjung."Vanesa, aku sudah menyuruh Kirana pulang."Aku hanya bergumam kecil. Ke mana dia pergi, sepertinya tidak ada hubungannya denganku.Pandanganku melewati bahunya dan jatuh pada Sean, yang berdiri di belakangnya dengan canggung.Sudah lama tidak bertemu. Berat badannya turun banyak.Dulu sewaktu dirawat olehku, pipinya tembam. Namun sekarang, wajahnya tampak sedikit tirus.Dia berbicara dengan hati-hati, seolah-olah takut membuatku kesal."Bu, bolehkah aku minta sedikit masakan Ibu?"Aku tidak berbicara, tetapi Marisa diam-diam sudah menyiapkan piring.Menghadapi tatapan penuh harap dari sepasang ayah anak itu, aku hanya menghela napas pelan."Duduklah. Di s

  • Akhir dari Sepuluh Tahun Pernikahan   Bab 6

    Dalam perjalanan pulang, aku melewati restoran cepat saji yang selalu ingin dimakan Sean, tetapi aku tidak mengizinkannya. Aku tiba-tiba masuk dan ingin membelikan hamburger untuknya.Namun melalui jendela, aku melihat Chris mengajak Sean dan Kirana melahap makanan tidak sehat yang biasanya aku larang itu.Aku mematung di luar pintu. Terdengar nada bicara Sean yang menghina."Tante Kirana, nenekku bilang, kamulah yang ingin dinikahi ayahku waktu itu.""Ibuku-lah yang menggoda ayahku sewaktu dia mabuk. Jangan khawatir, aku pasti akan membantumu mengusir ibuku."Chris menatapnya sambil tersenyum. Dia tidak mengakui dan juga tidak menyangkal.Sebenarnya, aku ingin membela diri. Aku ingin masuk ke dalam dan menjelaskan bahwa bukan seperti itu kenyataannya.Chris-lah yang memanfaatkan cintaku untuk menghentikan ibu mertuaku yang menginginkannya menikah dengan Kirana.Chris bilang dia masih muda dan belum puas bersenang-senang. Dia tidak ingin menikahi Kirana dan juga tidak ingin menikahiku.

  • Akhir dari Sepuluh Tahun Pernikahan   Bab 5

    Dia bertanya kepadaku dengan nada emosional."Bu, kamu nggak menginginkanku, apa karena bajingan kecil ini?""Kamu punya anak baru, jadi kamu nggak menyukaiku lagi, 'kan?"Sejak lahir sampai sekarang, ini pertama kalinya, aku merasa Sean sangat menyebalkan.Ini juga pertama kalinya aku mengangkat tanganku untuk menampar wajahnya.Lantaran emosi, wajahku memerah."Sean, lepaskan! Apa nggak ada orang yang mengajarkan etika padamu?"Dia memang anaknya Chris. Dia mewarisi sifat keras kepalanya Chris.Dia tidak takut menghadapi amarahku.Aku menarik Marisa di belakangku, tetapi dia masih tidak menyerah. Dia sengaja menyenggol bahu Marisa dengan kasar.Sean setengah kepala lebih tinggi dari Marisa. Senggolan itu tentu membuat tubuh Marisa limbung dan langsung terjatuh ke lantai. Dia sendiri juga terjatuh.Marisa menutupi dadanya. Dia tidak bisa berkata-kata karena kesakitan.Aku mengamuk dan kembali mendaratkan tamparan ke sisi lain wajah Sean.Dalam sekejap, muncul bekas merah di kulitnya y

  • Akhir dari Sepuluh Tahun Pernikahan   Bab 4

    "Aku akan cari pengacara untuk membahas masalah perceraian denganmu secepatnya. Jangan khawatir, aku nggak akan menyesal. Kamu jangan ganggu aku lagi."Nada bicaraku datar, lalu mengulurkan tangan untuk menutup telepon.Aku bersedia mengakui kekalahan. Aku juga punya keberanian untuk memulai dari awal.Bukankah hanya sepuluh tahun? Siapa yang tidak bisa menerima kekalahan?Kampung halamanku adalah kota kecil. Dulu aku meremehkannya, tetapi sekarang kota itu membuatku merasa sangat nyaman.Aku menyukai anak-anak, jadi aku mencari pekerjaan sebagai juru masak di panti asuhan.Tak disangka, di hari pertamaku bekerja, aku akan bertemu lagi dengan gadis kecil di kereta api.Dia berdiri dengan takut-takut di antara anak-anak dan menatapku penuh harap.Aku menyentuh kepalanya dan tersenyum lembut padanya.Aku mengeluarkan permen yang telah aku siapkan sebelumnya dan menjejalkannya ke tangannya.Kami cepat menjadi akrab. Dia bilang namanya Marisa.Marisa Trisnadi.Dia bilang saat dia lahir, di

  • Akhir dari Sepuluh Tahun Pernikahan   Bab 3

    Suaraku dingin, tetapi hatiku masih terasa sakit.Mungkin seperti ada bagian hatiku yang terkoyak.Hening lama di ujung telepon sana. Sampai aku kira dia telah menutup telepon. Tiba-tiba terdengar suara pekikan tajam yang disertai tangisan."Atas dasar apa! Kamu-lah yang melahirkanku. Atas dasar apa kamu yang memutuskan mau jadi ibuku atau nggak?"Aku hanya bisa tersenyum pahit.Atas dasar apa?Dia pasti sudah lupa.Demi merayakan ulang tahunnya yang kedelapan, aku bahkan mempersiapkan pesta untuknya dengan sepenuh hati. Waktu itu, aku dan Kirana sama-sama membeli keik ulang tahun untuknya.Yang aku beli adalah keik favoritnya dengan dekorasi Ultraman, sedangkan yang dibawa Kirana hanyalah keik buah biasa.Aku dengan hati-hati membawakan keik itu ke hadapannya, tetapi dia hanya melihat sekilas saja, kemudian menjatuhkannya.Dia mengerutkan kening, lalu protes kepadaku."Bu, aku sudah dewasa. Siapa yang masih suka Ultraman? Kekanak-kanakan sekali!"Aku menatap rokku yang kini berlumuran

  • Akhir dari Sepuluh Tahun Pernikahan   Bab 2

    Aku tersenyum tipis, lalu menawarkan keik itu kepadanya.Sepertinya, dia sangat kelaparan. Dia menghabiskan seluruh keik itu hanya dalam waktu kurang dari dua menit.Masih ada sedikit krim yang menempel di sudut mulutnya.Lantaran buru-buru keluar rumah hari ini, aku lupa membawa tisu. Aku ingin meminta orang tuanya untuk membantu menyeka mulutnya, tetapi aku baru sadar kalau kursi di sebelahnya kosong.Aku bertanya dengan ragu."Kamu sendirian? Ibumu mana?"Dia mengerutkan bibirnya, matanya memerah, lalu menundukkan kepalanya, dan menjawab dengan suara kecil."Ibuku sudah bawa adikku turun dari kereta api. Katanya, kalau aku duduk dengan patuh di sini, pasti ada orang yang menyukaiku."Aku baru menyadari ada yang tidak beres. Aku pun memanggil petugas kereta. Setelah diperiksa, aku baru tahu kalau wanita yang membawanya ke sini telah diam-diam turun dari kereta api beberapa jam yang lalu.Dengan kata lain, dia ditinggalkan di kereta api.Saat kami hampir sampai di stasiun, dia memeluk

  • Akhir dari Sepuluh Tahun Pernikahan   Bab 1

    Aku mengeluarkan kunci pintu vila dari tas dan menaruhnya secara pelan di bawah karpet pintu.Begitu keluar dari pintu, aku menerima pesan dari Chris Liman."Anakku bilang dia ingin makan panekuk yang dijual di Distrik Batani sana."Jika ini terjadi dulu, aku pasti akan naik kereta bawah tanah ke Distrik Batani untuk membelikannya. Tak lupa juga, segelas susu kedelai yang hangat.Namun, sekarang ….Tanpa ragu-ragu sedikit pun, aku mematikan ponselku, lalu mengeluarkan kartu SIM dan membuangnya ke tempat sampah.Menggunakan WIFI di minimarket, aku membeli tiket untuk kembali ke kampung halaman.Saat membayar, masuk panggilan telepon whatsapp dari Chris.Aku tidak sengaja menekan tombol jawab.Di ujung telepon sana, terdengar nada cemberutnya."Vanesa, kamu berkeliaran ke mana pagi-pagi begini? Kenapa masih belum kembali?”"Anak kita bilang dia ingin makan panekuk, kamu masih belum belikan untuknya? Dia sudah hampir mati kelaparan.""Kamu hebat sekarang. Bukan hanya mematikan ponselmu, t

DMCA.com Protection Status