Share

Chapter 3

Author: Hana Makaira
last update Last Updated: 2022-12-22 20:03:43

KUBALAS PENGHIANATANMU, MAS! 

PART 3

"Oke, masalah body dan kecantikan, abang serahkan ke kakak kamu ini ya. Soal perusahaan, baru serahkan ke abang. Kita akan membuat benalu itu menyesal atas perbuatannya."

Aku sangat bersyukur karena masih memiliki dua orang kakak lelaki dan istri-istri mereka yang dapat menjadi tempatku berlindung. Jika tidak, entahlah. 

"Jane!"

"Hum," Aku terhenyak kaget.

"Kita berangkat sekarang. Rossa udah nunggu di pusat kebugaran langganannya. Setelah itu, kakak akan bawa kamu ke salon langganan kakak. Kamu akan kakak make-over, Jane," ujar Kak Vera seraya menyambar kunci mobil di buffet yang diimpor langsung dari Cina. Kakak iparku yang satu ini memang hobi mengoleksi barang-barang antik.

Sesampai di tempat fitness, Kak Rossa sudah menunggu di sana. Tampak ia tengah berbicara dengan seorang pria bertubuh atletis.

"Rossa!" panggil Kak Vera.

Sontak Kak Rossa dan lelaki itu menoleh, kemudian bangkit untuk menyambut kami.

"Hai, Kak Ver. Hai, Jane, kamu apa kabar?" Kak Rossa memelukku sembari ber-cipika cipiki ria.

"Alhamdulillah sehat, Kak."

"Kakak udah dengar semua dari Kak Vera. Kamu yang kuat ya. Tenang aja, kakak dan Kak Vera akan terus dampingi kamu. Cara membalas dengan kekerasan udah nggak zaman lagi. Kamu cukup mempercantik diri dan membuat dia kembali miskin. Itu pembalasan terpahit buat penghianat seperti dia. Setuju nggak?"

"Setuju."

"Setuju banget," Lelaki yang perkiraanku adalah instruktur di fitness ini, ikut menyumbang suara.

"Oh ya, Steve, ini Jane-adik iparku yang kuceritakan tadi."

"Hai, aku Steven. Panggil aja Steve," ujarnya tersenyum ramah. Tangannya terulur ke arahku.

"Jennifer. Biasa dipanggil Jane," Aku menyambut uluran tangannya.

"Steve ini pemilik sekaligus instruktur fitness di sini. Kamu tahu kan dulu kakak segendut apa sehabis melahirkan kemarin?"

Aku mengangguk. Memang dulu selepas melahirkan anak keduanya, berat badan Kak Rossa melonjak hingga nyaris dua puluh kilo.

"Nah, sejak ikut fitness rutin dan mengikuti diet sehat yang dianjurkan oleh Steve, kakak bisa turun bahkan sampai dua puluh lima kilo lho."

Wow, dua puluh lima kilo? Kak Rossa aja bisa, masa iya aku nggak bisa.

~

Sejak sepulang dari Singapore, aku memilih untuk tidak pulang ke rumah. Menginap di rumah Bang Yudha menjadi pilihan, tanpa memberi tahu Mas Firman.

Kak Vera benar-benar merubah seluruh penampilanku. Jangankan Bang Yudha, bahkan aku sendiri tidak mengenali bayangan diri yang terpantul di cermin.

"Wow, ini beneran Jennifer-adik abang?" tanya Bang Yudha. Ia terpaku melihatku berjalan di samping Kak Vera-istrinya.

"Ih, Abang lebay, deh. Nggak usah lebay gitu deh, Bang. Aku geli, tau?" Disamping rasa risih karena tatapan Bang Yudha, ada perasaan tersipu juga. Benarkah aku begitu membuat pangling? Atau hanya caranya saja untuk menghibur?

"Mama?" Zahwa-putriku pun ikut-ikutan terpaku. Bibirnya sampai sedikit terbuka.

"Ck, ah, kalian ini sama aja," Tanganku mengibas. "Kompak buat menghiburku."

Kuhempaskan bokong di atas sofa. Kak Vera terkekeh melihatku salah tingkah.

"Apa kakak bilang? Kamu itu sebenarnya cantik, tahu! Cuma selama ini kamu terlalu cuek sama penampilan," imbuh Kak Vera.

"Zaman sekarang, cinta apa adanya itu cuma omong kosong. Penampilan oke dan uang banyak, itu yang menentukan. Di samping attitude yang baik juga dong ya," tambah kakak iparku itu lagi.

"Benar, Jane," timpal Bang Yudha. "Apalagi model benalu kayak Firman itu. Bohong banget kalau dia bilang menerima kamu apa adanya. Bullsh*t!"

Aku tercenung mendengar penuturan Bang Yudha dan istrinya itu. Selama ini, aku terlalu percaya dengan ketulusan semu Mas Firman. Ternyata semua hanya palsu.

"Abang udah menghubungi Revan. Dan abang juga udah ceritain semuanya ke dia."

Sebelah alisku terangkat. "Apa pendapat Bang Revan, Bang?"

"Tentu aja dia marah besar. Abang mana yang nggak marah, kalau adik perempuan satu-satunya disakiti oleh orang lain. Begitu juga abang dan Revan."

Mataku berkaca-kaca mendengar kedua kakak lelakiku begitu peduli. Benar kata orang, sebesar apa pun sebuah masalah, tetap keluarga tempat untuk kembali.

"Sudahlah, Jane. Nggak usah sedih. Kamu nggak akan mati kehilangan seorang Firman. Justru mungkin dia yang akan mati karena kehilangan kamu. Apalagi melihat perubahan penampilanmu yang jauh lebih cantik saat ini. Abang jamin, dia akan menyesal seumur hidup!"

~

Hari ini, aku berangkat ke kantor sendiri, menggunakan mobil mini sedan biru metalikku. Tanpa sopir, karena rasanya tidak memiliki privacy jika dalam satu mobil ada orang lain. 

Soal rencana pengalihan posisi direktur Mas Firman, masih ditahan oleh Bang Yudha. Karena menurutnya, untuk membuat pion catur mati langkah, harus dihadang jalannya terlebih dahulu.

Mereka sudah mengerahkan orang untuk memata-matai Mas Firman. Bahkan CCTV pun sudah dipasang di ruangan kerjanya. 

Selama ini sudah terpasang CCTV di setiap sudut rumah. Hanya saja, entah bagaimana caranya, Mas Firman selalu berhasil untuk tidak tertangkap oleh kamera CCTV saat sedang bersama wanita itu. 

Atau mungkin, Mas Firman memang tidak pernah membawa wanita itu ke dalam rumah? Rasa-rasanya tidak mungkin. Mengingat tidak ada orang lain yang tinggal di rumah. ART yang ada pun, datang pagi lalu pulang sore hari.

Kubelokkan mobil masuk ke area parkir khusus petinggi perusahaan. Mas Firman sama sekali tidak tahu akan kedatanganku. Mudah-mudahan saja, bisa memergoki langsung saat Mas Firman bersama wanita sia*an itu.

"Selamat pagi, Bu Jane," sapa beberapa karyawan. Hingga akhirnya aku melewati sekelompok wanita yang menatapku sinis. Salah satunya seperti tidak asing. Ah ya, pelakor itu.

Tanpa mempedulikan tatapan mereka, aku terus berjalan menuju lift. Di tengah menunggu lift tersebut, terdengar tiga orang wanita itu berkasak kusuk sambil tertawa.

Rasa tidak nyaman menghampiri. Sepertinya mereka tengah membicarakanku. Terlihat dari bayangan di pintu lift. Mereka belum tahu siapa yang ada di hadapan mereka. 

Dalam kurun waktu setahun saja, sudah banyak masuk karyawan baru. Baiklah, nanti kita kenalan. 

Mendadak perutku terasa mulas. Kuurungkan langkah menuju ruangan Mas Firman dan berbelok ke arah toilet wanita.

Suara cekikikan terdengar seiring suara pintu toilet yang membuka.

"Eh, siapa sih cewek gendut tadi? Songong banget gayanya."

Aku terkesiap. Pasti itu suara sekelompok perempuan di lift tadi.

"Tau, tuh. Sombong banget. Lagaknya udah kayak pemilik perusahaan aja," imbuh yang lainnya.

Kupasang telinga lebar-lebar. Sepertinya perempuan-perempuan itu minta diberi pelajaran.

"Ya, emang cantik sih mukanya. Gayanya juga oke. Sayangnya, badannya gendut kayak bab*, upppsss. Hahahaha …."

Darahku mulai mendidih. Mereka benar-benar belum tahu siapa aku.

Kudorong pintu bilik toilet dan terlihat tiga wanita tadi tengah bergunjing sambil menata riasan di cermin besar washtafel. Dan salah satunya … perempuan yang dicumbu oleh suamiku tempo hari. Ingin rasanya kujambak rambut perempuan itu. Tapi, teringat ucapan Kak Vera kemarin. Mau tidak mau harus kutahan perasaan emosi ini.

Sengaja aku menerobos mereka yang berkerumun, lalu mencuci tangan dengan santai di washtafel.

"Heh, siapa sih lo? Lo pegawai baru di sini ya? Belagu banget! Di situ ada washtafel kosong. Kenapa mesti di sini, huh? Sengaja mau cari ribut? Lo belum tahu siapa kita?" tantang si pelakor itu.

Aku tertawa sinis. "Emangnya kalian siapa?"

"Gue tuh sekretaris pribadi Bapak Firman Syahputra-direktur perusahaan ini. Dan ini temen-temen gue," jawabnya pongah, dengan tangan berkacak pinggang.

"Oh," sahutku singkat dengan membulatkan bibirku sembari membenahi rambut yang coklat burgundi-ku.

Tampak wanita berambut tergerai itu mulai terpancing emosi. Tiba-tiba, ia menarik lenganku hingga posisi berhadapan dengannya. Matanya membulat marah. 

"Haj*r, Lin!" ujar teman-temannya mengompori.

"Iya, emang minta dikasih pelajaran kayaknya nih anak baru."

Bibirku tersenyum miring. "Kalian belum tahu siapa 

saya?"

"Nggak penting kita kenal sama cewek gendut kayak lo. Yang penting saat ini, lo harus dikasih pelajaran."

Tangannya bersiap hendak menamparku, tapi dengan sigap kucekal pergelangan tangan wanita berambut hitam tersebut.

"Berani-beraninya lo ya," Tangannya memberontak, mencoba melepaskan pergelangan di dalam cengkeramanku.

Pintu membuka dan Yati-cleaning service yang sudah bekerja lebih dari sepuluh tahun, masuk dengan alat-alat kebersihan di tangannya.

"Apa-apaan ini, Lina?" tanyanya dan begitu melihat ke arahku, sontak matanya membelalak.

"Astaga, Bu Jane," Yati langsung menunduk hormat.

"Kamu kenal sama dia, Mbak?" 

"Beri tahu mereka, Yati, tentang siapa aku!"

Tiga perempuan muda itu, menunjukan ekspresi wajah bingung. Setelah ini, kupastikan ekspresi mereka berubah menjadi memelas kasihan dan memohon ampun.

"Ini, ini, Bu Jennifer atau Bu Jane, istri dari Pak Firman, direktur perusahaan ini. Bu Jane juga anak dari Pak Irawan Bramantyo, Komisaris Utama Bram Corporation," jelas Yati.

Sontak saja mata ketiga wanita itu nyaris ke luar dari sarangnya.

"Apaaa?"

*****

Related chapters

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   Chapter 4

    KUBALAS PENGHIANATANMU, MAS!PART : 4"Ini, ini, Bu Jennifer atau Bu Jane, istri dari Pak Firman, direktur perusahaan ini. Bu Jane juga anak dari Pak Irawan Bramantyo, Komisaris Utama Bram Corporation," jelas Yati.Sontak saja mata ketiga wanita itu nyaris ke luar dari sarangnya."Apaaa?""Yang bener kamu, Mbak Yati," tanya wanita yang tadi paling kencang memprovokasi Lina untuk menghajarku. Sedangkan Lina menatapku sekejap, kemudian menunduk dalam."Mamp*s kita," Salah seorang temannya yang tadi begitu garang menantangku, menyembunyikan wajahnya di balik punggung pelakor yang ternyata bernama Lina itu."Sudah tahu siapa saya kan?"Ketiga wanita itu semakin menundukkan kepala."Kalian bertiga, saya tunggu di ruangan direktur. Se-ka-rang!" Aku melangkah ke luar, dengan bibir yang tersungging senyum puas. Baru permulaan.Mas Firman terkejut, melihat di balik pintu yang membuka, aku berdiri dengan tangan terlipat di dada.Lelaki beralis tebal itu menatapku dalam. "Jane, i-itu kamu?"Aku

    Last Updated : 2022-12-22
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   Chapter 5

    KUBALAS PENGHIANATANMU, MAS! Part : 5"Tapi, tadi aku benar-benar nggak sengaja, Mas."Aku yang tengah berdiri menghadap rak buku, sontak berbalik mendengar sebutan Lina kepada Mas Firman barusan. Kemudian gegas aku berjalan menghampiri gadis berambut panjang itu."Apa? Tadi kamu memanggil atasanmu dengan sebutan apa? Mas?""Eng, anu, bukan begitu, Bu Jane. Saya salah panggil. Maksud saya "Pak". Maaf, Bu. Saya nggak ada maksud apa-apa.""Oh ya, salah panggil? Apa pemicu kamu bisa salah panggil?"Lina kelabakan. Matanya menatap lantai, tapi terlihat bola matanya bergerak ke sana ke mari, bingung."Sudahlah, Sayang. Jangan dibahas masalah sepele seperti ini. Dia cuma salah panggilan aja. Mungkin dia sedang banyak masalah," Mas Firman menengahi.Alisku bertaut dan menatap suamiku itu dalam. Lekas Mas Firman memalingkan wajahnya, tak berani membalas tatapanku. Konon katanya, orang yang menyimpan kebohongan, tidak berani membalas tatapan lawan bicaranya."Kata HRD, Lina ini janda beranak

    Last Updated : 2022-12-22
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   Chapter 6

    KUBALAS PENGHIANATANMU, MAS!PART : 6"Nih, lihat!" Kuarahkah kamera depan ponselku pada Mas Firman, sebagai pengganti cermin.Matanya membelalak melihat bayangannya di kamera ponselku."Astaga, ini, ini, …. "Kutarik kerah bajunya, hingga wajah kami berjarak beberapa senti saja. Mataku menjelajah setiap inci netra bermanik hitam itu. Kegelisahan tersirat jelas di sana. Jakun Mas Firman pun bergerak turun karena meneguk ludah."Coba jelaskan, itu bekas bibir siapa?" Lelaki berusia empat puluh tiga tahun itu meneguk ludah untuk ke sekian kalinya."Anu, itu-- ""Jawab!" Mas Firman terlonjak kaget. Pasti ia tidak menyangka, aku bisa sekasar ini. Karena sebelumnya, aku adalah sosok lembut dan nyaris tidak pernah marah.Kulepaskan cengkeramanku pada kerah bajunya dengan gerakan sedikit mendorong."Udahlah, Mas, aku capek. Tak ada gunanya juga memaksamu," Mas Firman masih berdiri melongo, melihatku meninggalkannya begitu saja.Cepat kututup pintu kamar mandi kemudian menguncinya dari dala

    Last Updated : 2022-12-22
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   Chapter 7

    PART : 7Kukenakan kimono dengan tergesa, kemudian melangkah ke luar kamar. "Maaf, Mas, aku nggak bisa!""Tapi, kenapa!"Aku ke luar dan menutup pintu, tanpa mempedulikan kebingungannya.Zahwa yang tengah membaca buku sambil mendengarkan musik, tersentak karena kehadiranku."Mama," Gadis yang mulai beranjak remaja itu membuka earphone di telingannya."Maaf, Sayang, mama ganggu ya?"Ia tertawa. Terlihat barisan gigi-giginya berderet rapi. "Apaan sih, Ma. Mana mungkin aku merasa terganggu."Perlahan aku naik ke atas ranjang. Zahwa mirip sekali denganku dulu. Lebih suka berdiam di kamar, membaca buku sambil mendengarkan musik. Penampilan tomboynya juga sepertinya menurun dariku. Zahwa juga tidak seperti gadis remaja kebanyakan. Yang menghabiskan waktu dengan nongkrong di mall atau kafe. Menghabiskan uang untuk shopping. Padahal kalau dia mau, bisa saja. Toh, secara finansial, Zahwa terlahir dari keluarga mampu."Mama …."Lamunanku buyar. "Ya, Sayang.""Mama beda banget sekarang. Jauh le

    Last Updated : 2023-01-17
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   Chapter 8

    Happy reading 🥳PART 8POV FIRMAN"Selamat siang, Pak Firman. Ini calon sekretaris baru Bapak sudah datang," ujar Shinta, tim marketing yang bertindak sebagai sekretaris sementara, pengganti Ayu yang resign karena melahirkan."Suruh dia masuk sekarang.""Baik, Pak."Tak lama berselang, wanita cantik bertubuh langsing namun padat berisi masuk ke ruangan. Melihat penampilan calon sekretaris baruku yang serba ketat hingga membentuk setiap lekuk tubuhnya, darahku mendadak berdesir. Astaga, perasaan apa ini?"Selamat siang, Pak," ucapan seraya menunduk hormat."Selamat siang. Silahkan duduk!" Wanita berparas ayu dengan rambut hitam tergerai itu, duduk tepat di hadapanku. Hanya sebuah meja yang menjadi penghalang di tengah kami."Sudah pernah bekerja menjadi sekretaris sebelumnya?" "Sudah, Pak, di perusahaan pertambangan selama empat tahun."Konsentrasiku buyar melihat pesona gadis bernama Karlina itu. Berkali-kali kubenahi duduk yang mulai gelisah, saat melontarkan beberapa pertanyaan.

    Last Updated : 2023-01-17
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   Chapter 9

    PART : 9 "Satu lagi," Lina menguraikan pelukannya. Dahiku mengernyit. "Apa itu?" "Kamu harus segera menikahiku dan tinggalkan gorila itu. Aku nggak mau digantung seperti ini. Kalau nggak, aku akan menyebarkan semua bukti perselingkuhan kita pada istrimu." Aku diam tak menjawab. Permintaan yang sulit untuk dipenuhi sebenarnya. Jane--anak komisaris utama, dan perusahaan ini memiliki cabang dalam berbagai bidang. Apapun ceritanya, Jane pasti memiliki bagian yang cukup besar. Terlebih Papa sedang sakit-sakitan saat ini. Umur tidak ada yang tahu. Kondisinya yang terus menerus menurun, bisa saja semakin memburuk dan … meninggal. Sementara aku belum mendapatkan apa-apa. Tentu saja aku keberatan. Toh, aku juga memiliki andil atas kemajuan perusahaan ini. "Mas!" "Ya!" Aku tersentak kaget, ketika Lina mencubit perutku. "Kenapa diam? Jawab dong pertanyaanku tadi." "Mas belum bisa menjawab apa-apa. Saat ini kita jalani aja dulu, sambil mas memikirkan cara untuk meninggalkan si gendut

    Last Updated : 2023-01-19
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   Chapter 10 - Curiga

    Rasa curiga mulai menyergap. Tapi, tak berani untuk bertanya apalagi memeriksa ponselnya. Benda berlayar sentuh itu hampir tak pernah lepas dari genggamannya."Mas," Suara manja Lina menyadarkanku dari lamunan. "Hum," jawabku, malas. Pikiran ini masih menerawang tentang Jane.Lina yang duduk di pinggir meja kerjaku, menelengkan kepalanya."Kamu kenapa, Mas? Sakit?" Tangannya diletakkan di atas dahiku. Namun, dengan cepat kutepis."Apaan sih kamu, Lin?""Kamu aneh deh, Mas. Kamu sakit?" Lagi, Lina mencoba meraba pipiku.Aku berdecak sebal. "Nggak, aku nggak sakit. Aku cuma lagi nggak pengen diganggu."Lina menatapku nyalang. "Kamu kok ketus begitu sih, Mas? Aku perhatikan, sejak kepulangan si gorilla, kamu jadi berubah.""Jaga bicaramu, Lina. Dia masih istriku. Atasan kamu di perusahaan ini."Wajah Lina berubah murung. Matanya mulai berkaca-kaca. "Kamu bentak aku, Mas?"Kuhela napas kasar. Terbersit rasa kasihan sebenarnya. Tapi, Jane benar-benar sedang sangat mengganggu pikiranku saat

    Last Updated : 2023-01-19
  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   Chapter 11 - Mengintai

    KUBALAS PENGHIANATANMU, MAS PART : 10[Oke, abang segera ke sana. Kamu jangan masuk dulu. Tunggu abang datang. Kebetulan banget, Revan baru sampai naik pesawat terakhir tadi.][Bang Revan? Kok bisa?][Katanya besok dia ada meeting penting dadakan. Sekalian aja dia abang ajak buat menggerebek Firman.]Aku tersenyum miring. Tamatlah sudah riwayatmu kali ini, Mas![Oke, Bang. Aku tunggu!]Aku berinisiatif untuk mendatangi RT setempat. Karena khawatir dianggap membuat kerusuhan.Kuputar mobil menuju pos jaga tadi. Pasti pihak keamanan komplek tahu di mana rumah RT setempat."Ya, Bu, ada yang bisa dibantu?" tanya salah seorang petugas jaga."Saya mau ketemu nih sama Pak RT. Rumahnya di mana ya, Pak?"Security tersebut ke luar dari pos jaga untuk menunjukkan arah. "Oh, Ibu cukup ke luar dengan belok ke kanan. Hanya beberapa meter aja kok dari sini. Nanti di sebelah kanan, ada papan namanya. Pak Samsul namanya.""Baik, terima kasih, Pak.""Kalau boleh tahu, ada keperluan apa ya, Bu, malam-m

    Last Updated : 2023-01-20

Latest chapter

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   38 - Jane Diculik

    Berbagai cara kuupayakan untuk tetap bisa bercerai dari Mas Firman, kendati ia terus menolak. Sudah tidak ada yang bisa diselamatkan lagi. Bagiku, tidak ada penghianatan yang berhak untuk dimaafkan."Bukti-bukti semua sudah lengkap kan, Bu Jane?" tanya pengacara yang biasa menangani permasalahan di keluargaku."Sudah, Pak.""Baik lah, kita bersiap untuk sidang lanjutan perceraian Ibu.""Jane!" Aku pura-pura menatap kertas mendengar suara yang memanggilku. Itu suara Mas Firman."Jane!" panggilnya lagi dengan suara sedikit lebih tinggi.Steve menyikut lenganku. Ia memberi isyarat dengan matanya.Kuhela napas berat. Malas rasanya menanggapi lelaki satu ini."Apa lagi, Mas?""Aku … Aku mohon, Jane, urungkan perceraian kita," Ia menangkupkan tangan di depan dada."Keputusanku sudah bulat. Kamu dan aku sudah tidak bisa bersama. Seharusnya kamu sadar itu, Mas.""Tapi-- ""Sudah cukup! Aku tidak mau dengar apa-apa lagi darimu!""Ayo, Jane, giliran sidangmu," ujar pengacara berkulit putih itu

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   37 - Aku Nggak Mau Cerai, Jane!

    "Aku pergi dulu ya, Pa," pamitku sembari mencium dahi dan pipinya, berakhir dengan memeluk tubuh yang dulunya tegap, kini semakin kurus."Ya, Nak. Kamu hati-hati ya di jalan. Kalau sudah sampai, jangan lupa kabarin papa.""Baik, Pa. Aku pergi,ya, assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Entah kenapa, ada yang berbeda kali ini. Seperti berat untuk melepaskan Papa sendiri, kendati ada Suster Lia yang sudah terbiasa menangani Papa dan juga ada Zahwa yang tidak bisa meninggalkan sekolahnya. Aku berangkat menuju bandara, menggunakan taksi yang juga bisa dipesan melalui aplikasi online, sama seperti di Jakarta.Di dalam taksi, pandanganku melayang ke luar jendela. Kenapa dengan perasaanku ya? Berkecamuk tak menentu. Jika bukan karena hari ini sidang pertama perceraianku dengan Mas Firman, tentu tidak mungkin aku meninggalkan lelaki yang paling kusayang itu, untuk ke sekian kalinya.Sesampai di bandara, aku segera check in, dan mengurus barang untuk disimpan di bagasi pesawat. Setelah itu, se

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   36 - Terbongkar Kebusukan Firman

    Aku segera merampas kertas di tangan Papa. Membaca isi kertas itu dan dugaanku benar. Pria licik ini membujuk Papa untuk menandatangani surat pengalihan kepemilikan perusahaan, menjadi atas namanya. Kertas itu kusobekkan menjadi serpihan-serpihan kecil yang bertebaran di lantai dan kucampakkan ke atas."Apa-apaan kamu, Jane?" tanya Papa bingung. Matanya menatap kertas yang sudah berubah menjadi serpihan-serpihan kecil yang jatuh ke lantai seperti hujan."Papa jangan mau ditipu sama orang ini. Dia ini jahat, Pa. Dia penipu!" Kudorong bahu Mas Firman hingga terjengkang ke belakang."Penipu? Jahat? Apa sih maksud kamu?""Sebenarnya kami sedang dalam proses cerai, Pa. Dia sudah selingkuh dengan sekretarisnya di belakangku dan dia juga menggelapkan sebagian uang perusahaan."Papa menatapku lalu berpindah ke Mas Firman yang tertunduk lesu di pinggir ranjang."Benar begitu, Firman?" Mas Firman menggeleng cepat. "Nggak, Pa. Itu semua bohong! Aku nggak sejahat itu.""Halah, sudahlah, Mas! Ng

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   35 - Akhir Sandiwara

    KUBALAS PENGHIANATANMU, MAS!💜💜"Jadi, nggak usah macam-macam, Jane. Hidup papa kamu ada di tanganku sekarang," tukasnya pongah. "Jangan sombong kamu jadi orang, selagi hidupmu pun bergantung padaku dan keluargaku, Mas. Budayakan punya malu dikit, dong," Kudorong tubuhnya hingga mundur selangkah.Dengan kesal, aku masuk ke kamar dan membanting pintu. Kuhempaskan tubuh ke atas ranjang dengan hati yang membatu marah. Tak kuduga, Mas Firman menyusulku masuk ke dalam kamar yang lupa untuk dikunci. Aku terperangah melihat pria itu berdiri dengan senyum yang entah."Ngapain kamu ke sini, Mas?""Memangnya kenapa? Kamu masih sah istriku. Itu artinya, aku masih berhak penuh atas dirimu," tukasnya penuh percaya diri.Aku mendengus sinis. "Pede banget jadi orang. Kamu dan aku itu sudah selesai, Mas. Hanya tinggal menunggu ketuk palu aja. Kalau bukan karena Papa, aku sudah nggak mau berurusan denganmu lagi."Mas Firman diam. Ia berjalan pelan ke arah ranjang tanpa sepatah kata."Kamu mau apa,

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   34 - Sandiwara Di depan Papa

    KUBALAS PENGHIANATANMU, MAS!"Omong kosong! Telepon dia sekarang, biar Papa yang ngomong!""Tapi, Pa-- ""Telepon Firman, Jane! Se-ka-rang!"Mau tidak mau kubuka daftar kontak di aplikasi whatsapp, menekan tombol panggil. Terdengar suara nada sambung dari panggilan video tersebut."Halo, assalamualaikum, Jane.""Wa'alaikumsalam, Mas. Kamu lagi apa? Aku kangen," ujarku."Ka-kangen?" Pasti Mas Firman kebingungan dengan ucapanku barusan.Aku melirik ke arah Papa. Ia tengah menatap dengan mata sendunya. Semoga aja Mas Firman bisa mengerti dengan maksudku barusan."Iya, Mas. Aku kangen. Oh ya, ini Papa mau ngomong sama kamu," Kualihkan panggilan video itu ke Papa."Halo, Firman, assalamualaikum," sapa Papa dengan suara serak dan pelan."Halo, Pa. Wa'alaikumsalam. Papa gimana keadaannya, udah sehat?"Papa terbatuk kecil. "Ya, seperti yang kamu lihat. Masih sering ngedrop. Kamu kok nggak ikut ke mari bareng Jane dan Zahwa?"Aku memejamkan mata seraya meneguk ludah. Semoga saja Mas Firman tid

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   33 - Dilema Buah Simalakama

    KUBALAS PENGHIANATANMU, MAS! "Kalau begitu, suruh Firman besok datang ke mari. Papa kangen sama dia." "Tapi, Pa-- " "Nggak ada tapi-tapian! Suruh Firman datang ke sini besok, titik!" Aku dan Zahwa kembali saling pandang. Papa merupakan sosok yang tegas dan sulit untuk dibantah perintahnya. Tapi, bagaimana mungkin aku membawa Mas Firman ke sini. "Eyang, aku mau ke kamar dulu ya. Gerah, pengen mandi. Sekalian beresin barang-barang," pamit Zahwa. Papa mengangguk. Sebelum ke luar, Zahwa mendaratkan sebuah kecupan hangat di dahi kakeknya. "Eyang, cepat sembuh ya. Aku kangen jalan-jalan lagi sama Eyang." "Doain eyang ya, Nak." Zahwa mengangguk tersenyum, lalu beranjak ke luar. "Papa udah makan?" "Udah tadi sama suster." Kuraih tangannya dalam dekapan. Kemudian mencium punggung tangan itu. Lagi-lagi ada sesuatu yang berdenyut di dada. "Kamu pasti lagi ada masalah 'kan, Jane?" tebak Papa tepat. Aku menggeleng. "Nggak ada, Pa. Aku cuma kangen Papa. Aku terlalu sibuk dengan uru

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   32 - Suamimu Mana, Jane?

    Steve mengantarkanku dan Zahwa sampai ke bandara. Bang Yudha tidak bisa mengantar, karena ia sibuk mengurus perusahaan dan mengurus perceraianku dan Mas Firman. "Kamu diantar sama Steve aja ya. Abang sibuk ngurusin perusahaan abang yang di Surabaya. Besok ada meeting, ditambah persoalan pengalihan aset Firman menjadi milikmu dan perceraianmu juga. Diantar sama Steve aja ya," Begitu kata Bang Yudha tadi. Beruntung ada Steve yang selalu siap membantu. Meski entah ada apa di balik kebaikannya. 'Ah, tidak tidak', Cepat kutepis perasaan. Baru saja hati terluka. Mana mungkin sudah semudah itu aku membuka hati. Harusnya aku lebih hati-hati dalam menata perasaan ini. "Kamu hati-hati ya, Jane. Sampai sana kabarin aku langsung, ya?" Aku mengangguk. "Terima kasih banyak ya, Steve. Kamu udah baik banget selama ini. Aku nggak bisa balas." Steve terbahak. "Apaan sih kamu? Lebay deh!" Pria blasteran Inggris-Indonesia itu menghampiri Zahwa. "Hai, Cantik. Nanti sampai sana, kamu wajib langsung

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   31 - Aku Cemburu

    Steve tidak mau menyerah begitu saja. Ia bangkit dan membalas memukul orang asing yang menggunakan masker yang menutupi separuh wajahnya, jaket hoodie dan bertopi. Hanya dengan sekali sentak pukul saja, orang tersebut terjerembab ke belakang. Ia mengaduh sembari memegang perutnya yang dihantam bogem Steve tadi. Sontak jeritan pengunjung restoran terutama wanita, semakin riuh ketika orang asing tersebut terjatuh menghantam kursi. Steve berjongkok lalu membuka topi dan menarik paksa masker yang menutupi wajah orang asing tersebut. Astaga, Mas Firman! "Mas Firman?" "Papa?" Ia menundukkan kepala, sembari masih mengaduh kesakitan. "Ada apa ini?" Dua orang security menghampiri. "Orang ini tiba-tiba datang dan langsung memukul saya, ketika saya lagi makan," jelas Steve. "Ayo, ikut kami ke kantor untuk diproses." "Eng, sudah, tidak usah, Pak. Saya kenal orang ini. Biar saya selesaikan secara kekeluargaan," tukasku. "Mbak yakin?" "Ya, saya yakin sekali. Biar saya urus. Sekali lag

  • Akan Kubalas Pengkhianatanmu!   30 - Pemukulan Steve

    "Ini semua akibat keserakahanmu, Jane!" "Apa maksud Ibu?""Seandainya kamu tidak merebut villa dan empat kontrakan Firman, kami tidak sampai terlantar seperti ini. Bahkan bisa-bisanya Firman sampai tidak mengantongi sepeser uang pun. Karena deposito dan tabungannya juga ludes dirampas oleh abangmu.""Itu emang sudah semestinya. Karena anak Ibu sudah menggelapkan uang perusahaanku. Itu pun masih kurang jika harus menutupi semua yang diambil oleh anak Ibu itu," tandasku tak mau kalah.Ibu sontak terdiam. Sedangkan Bapak sejak tadi hanya diam, sibuk menghisap rokok kreteknya. Sehingga ruangan penuh dengan kepulan-kepulan asap."Masih untung anak Ibu itu nggak aku laporkan ke polisi. Atau nggak, mungkin saat ini dia sudah mendekam di balik jeruji besi.""Lagipula, ke mana hasil grosir dan warung jamu Ibu? Aku pikir, jika hanya untuk biaya sekolah Lastri dan kehidupan sehari-hari kalian, rasanya cukup. Kecuali ….""Kecuali apa, Jane?" tukas Ibu ketus."Kecuali, jika untuk kebutuhan gaya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status