Saat Ayas dan Tira pergi menjauh dari rumah, kepala pelayan masuk ke dalam rumah.
Tuk! Tuk! Tuk!
Seorang wanita paruh baya berjalan menghampiri kepala pelayan, “Apa mereka sudah pulang?” tanya wanita itu, pada kepala pelayan.
“Sudah, Nyonya!” jawab kepala pelayan, sambil menunduk.
Wanita paruh baya itu memang tidak lain adalah Sisca— Mamah Tira, ia sudah mengetahui kedatangan Putra dan Menantunya.
Maklum saja di rumah tersebut banyak sekali kamera pengawas dan penjaga, Sisca menerima laporan jika Tira datang berkunjung. Jadi dia langsung bersembunyi dan meminta kepala pelayan menyambut mereka.
Ayas saat ini sedang berada di dalam mobil yang dikendarai oleh Tira, “Kesepian?” tanya Ayas, sambil mengernyitkan alis.
Tira mengangguk tanpa memandang Ayas yang ada di sampingnya, Tira tahu betul bagaimana rasanya kesepian seperti apa yang ia alami selama 4 tahun ini.
Melihat Tira seperti itu me
Tim penyelamat segera mengeluarkan Yoga dan Gita dari dalam mobil, suasana hujan masih sangat deras dan sedikit berangin.Beruntung posisi tumbangnya pohon besar tadi tidak merusak sistem keselamatan mobil sehingga airbag pun mengembangkan, bagian yang tertimpa pohon pun hanya bagian mesin mobil yang terlihat jelas mengalami kerusakan yang parah.Yoga masih sedikit sadar dan melihat Gita sudah tidak sadarkan diri, “Gita,” panggil Yoga, lirih dengan kesadaran yang sangat sedikit.Yoga dan Gita lalu dibawa ke rumah sakit terdekat untuk menerima perawatan.“Mereka beruntung pohon itu gak menimpa bagian penumpang,” gumam petugas penyelamatan.Wiu! Wiu!Suara sirine ambulance bersahutan dengan suara hujan, hingga akhirnya ambulance tersebut sudah sampai di rumah sakit terdekat.Setelah tiba di rumah sakit Yoga dan Gita segera menerima perawatan di IGD, mereka lalu dipindahkan ke ruang rawat inap dengan ranjang yang
Malam ini di sebuah hotel yang ada di Solo, Ady sedang berada di sebuah ruangan bersama dengan beberapa orang anak buahnya.“Bos, rumah itu pengamanannya sangat ketat. Kita gak bisa masuk begitu aja,” ucap anak buah Ady.“Gitu aja gak bisa, kalian harus cari cara dong!” marah Ady, kesal pada anak buahnya yang menyerah begitu saja.“Bukan, Bos. Bukan begitu! Ini Bos, Anda bisa lihat sendiri!” balas anak buah Ady, menyerahkan beberapa foto yang ia ambil pada Ady.Setelah Ady melihat foto-foto tersebut ia tampak tersenyum tipis, “Kamu memang hebat, Tira. Membuat penjagaan yang begitu ketat hanya untuk menjaga seorang Bocah,” gumam Ady, merasa terkesan dengan pola pikir Tira yang seperti itu.Namun, dendam Ady jauh lebih besar dari apa yang Tira pikirkan. Karena semua yang ada di dunia ini tidak ada ada yang sempurna, termasuk dengan pengawalan yang Tira lakukan untuk Vano.“Jadi bagaimana, B
Perlahan Gita memberanikan diri melihat tangan milik siapa, dalam hati Gita berdoa agar tangan itu lengkap tidak hanya sebuah potongan tangan dari makhluk lain.Set!“AAAAAAA!” Gita berteriak sangat keras, karena saat menoleh ia melihat sesosok wajah pucat tepat berada di depan wajahnya.Gita yang panik terus berusaha membuka pintu tadi yang tak kunjung terbuka juga.Hahaha!Tiba-tiba saja sosok tersebut tertawa, yang sontak saja membuat Gita mengerutkan alis dan menoleh. “Mas, kamu jahat banget sih!” marah Gita.Sosok tersebut memang tidak lain adalah Yoga yang mengarahkan lampu flash ponsel ke wajahnya sendiri, “Lagian kamu kenapa, sih?” balas Yoga.“Aku takut, Mas. Tadi tuh ada bayangan hitam, udah dia kali aku liat!” ujar Gita, gemetat ketakutan.“Hii, Jangan-jangan ada ...,” ucap Yoga terhenti.“Ada apa? Jangan nakut-nakutin, Mas!” tanya Gita, a
Gita masih belum sadar siapa pria tua yang tadi dia antar, sementara Yoga juga tidak terlalu memikirkan masalah tersebut.Lalu Yoga mengajak Gita untuk kembali ke dalam kamar, dan benar saja setelah itu Gita bisa tidur dengan nyenyak sampai petugas rumah sakit membangunkan Gita.Setelah melakukan pemeriksaan dan dinyatakan kondisi Gita dan Yoga baik-baik saja, akhirnya mereka diperbolehkan untuk pulang hari itu juga.Saat keluar kamar Gita sempat melirik ke arah kamar si pria tua karena pintunya terbuka, tapi Gita tidak melihat keberadaan pria tua itu di dalam kamar.Saat itu Gita melihat ada petugas yang duduk di meja jaga, “Mbak, saya mau tanya. Kakek yang dirawat di kamar itu ke mana?” tanya Gita, pada petugas rumah sakit.Petugas rumah sakit itu tampak mengerutkan alis, “Kamar yang mana?” tanya balik, petugas rumah sakit. Petugas rumah sakit itu terlihat kebingungan dengan Kakek yang Gita maksud.“Yang itu!&
“M-Mas Yoga mau apa?” tanya Gita, gugup.Semakin lama jantung Gita berdetak semakin cepat, napasnya pun seolah terasa sangat berat.Sementara Yoga terus mendekat ke arah Gita yang sejak tadi hanya mematung.Ceklek!Ternyata Yoga hanya menutup pintu yang belum tertutup rapat, padahal saat itu jantung Gita hampir saja copot. ‘Mas Yoga ini benar-benar iseng,’ batin Gita.“Aku tidur di sini ya?” tanya Yoga, meminta izin.Sontak saja Gita langsung menaikkan alis dengan pertanyaan Yoga barusan, karena bagaimanapun juga Yoga adalah seorang pria dewasa.Yoga berjalan ke arah dapur Gita, “Mas, kamu mau ke mana?” panggil Gita.Yoga tidak peduli dan membuka lemari es milik Gita, “Lumayan lengkap juga isi kulkas kamu, tolong buatkan aku makanan!” ucap Yoga, datar.Gita menyipitkan matanya sambil menggigit bibir bawahnya, rasanya ia ingin sekali memukul Yoga dengan teflon ya
Ady hendak menemui seorang pria yang merupakan tamunya, ia datang jauh-jauh dari luar negeri khusus untuk bertemu dengan Ady.Ady yang dulu dihancurkan Tira hanyalah sampah, tapi sekarang dalam waktu beberapa tahun saja Ady sudah memiliki kekuasaan yang luar biasa.Ady menghampiri pria itu, “Selamat datang, Tuan James!” sapa Ady, sambil bersalaman dengan tamunya yang bernama James.Ady mempersilakan James untuk duduk, di dalam ruangan tersebut tidak hanya mereka berdua.Ada Tretan juga yang merupakan orang kepercayaan Ady, karena Tretan akan bekerja sama dengan James dalam sebuah tugas yang penting.“Jadi, Tuan Ady. Apa yang harus aku dan anak buahku lakukan?” tanya James, pada Ady.Tampilan James mengenakan setelan jas hitam dengan rambut cokelat dan sebuah cerutu di mulutnya, benar-benar terlihat seperti Bos Mafia pada umumnya.Begitupula dengan Ady yang tampilannya tidak jauh berbeda dengan James, “Aku
Yoga sejak tadi memandangi Gita dari sofa tempat ia berada, Gita yang sedang tidur sambil memeluk guling terlihat sangat seksi bagi Yoga.Terlebih lagi pakaian yang Gita kenakan hanya sebuah tanktop dan hotpants berbahan babyterry berwarna merah muda.Hal tersebut semakin membuat tubuh Gita terlihat seksi di mata Yoga, bahkan Yoga sedang berdoa jika dirinya jangan sampai khilaf karena pemandangan yang ada di depan matanya.Yoga menghela napas kasar, “Kayanya aku ini emang udah kelamaan jomblo,” gumam Yoga, sambil bangkit dari sofa dan menuju ke dapur untuk mengambil minum.Namun saat itu Yoga malah berhenti di depan pintu kamar Gita, Yoga memandangi Gita dari luar kamar.Entah berapa kali Yoga terlihat mengagumi Gita, tapi yang jelas diantara mereka berdua tidak ada yang mau mengaku satu sama lain.“Huhh!” Yoga kembali menghela napas kasar dan melanjutkan niatnya untuk mengambil minum.Setelah minum dan merasa
Gita terkesiap, “Wah, gawat!” gumam Gita, sambil menoleh ke arah orang yang mengaku mengenal Ayas.Seketika orang itu langsung dikerubungi oleh staff lainnya yang tentu saja ingin tahu identitas Ayas, karena Gita yakin kalau Ayas juga tidak ingin ada orang yang tahu.Maka, Gita juga ikut menghampiri orang tersebut berharap bisa ikut membantu.Karena Gita memang termasuk staff senior, jadi apa yang dikatakan Gita pasti akan berpengaruh.“Jadi gimana, kamu tau siapa dia?” tanya salah seorang staff.Orang yang mengaku tahu siapa Ayas terlihat sedang berpikir, “Aku tuh pernah liat dia, aku yakin banget kalo dia itu dulu kerja di sini!” jawab orang itu, merapatkan bibir. Ia sedang mencoba mengingat-ingat siapa Ayas.Gita mengerti kalau sebenarnya orang itu tidak yakin benar-benar mengenal Ayas, jadi saat ini Gita memilih untuk diam dan menyaksikannya saja.“Ayo dong, masa kamu lupa!”&