Beranda / Romansa / Affair with Playboy / 15. Cara Penyampaian

Share

15. Cara Penyampaian

Penulis: Kaitani_H
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-25 08:39:00

ALVA langsung membuang muka begitu melihat Olivia tersenyum ramah sambil melambaikan tangan ke arahnya. Sedangkan Jeanne yang berada di samping Olivia langsung turut membuang pandang, enggan menatap Alva yang kini lebih memilih menatap wajah menyebalkan Ralf yang berada di sampingnya.

"Gue jadi penasaran, lo sama mereka tadi siang ngomongin soal apa?" tanya Ralf yang kini geleng-geleng kepala melihat sifat kekanakan di antara Alva dan Jeanne.

Dulu, saat pertama kali Alva dan Jeanne saling mengenal. Keduanya memang lebih sering bertengkar, daripada menunjukkan adanya benih-benih cinta. Ajaibnya, kedua orang itu nyatanya tetap bisa jadian dan hubungan itu bertahan sampai sebulan.

Kurun waktu yang menurut Ralf lumayan lama, karena selama ini, Alva hanya mengencani seorang gadis selama dua hari atau seminggu saja.

Alva mengerling. "Apa gue kelihatan kayak orang yang mau ngasih tahu lo? Jangan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Affair with Playboy   16. Cinta Beralasan

    RISA mengeluarkan ponselnya yang kehabisan daya sejak kemarin dan mulai mengisi dayanya. Dia sengaja melakukannya, membiarkan ponselnya kehabisan baterai dan membuat Alan bertanya-tanya akan keberadaannya. Dia ingin Alan memperhatikannya, dia ingin Alan mengkhawatirkannya, syukur-syukur pria itu akan datang ke tempatnya.Namun, semua harapannya pupus begitu ponsel menyala dan tak menemukan satu pun pesan atau panggilan dari Alan. Pria itu seperti mengabaikannya dan menganggapnya benar-benar tak lagi ada di dunia.Lalu, untuk apa dia tetap bertahan dengan hubungan aneh ini?Risa mencari kontak Alan, lalu menghubunginya tanpa pikir panjang. Namun, Alan sama sekali tak menjawab panggilannya. Nomornya aktif, tapi teleponnya tak diangkat. Padahal sebagai seorang direktur utama di perusahaan yang dipimpin olehnya, Alan tidak pernah bisa lepas begitu saja dari ponsel apalagi telepon dari siapa pun.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30
  • Affair with Playboy   17. Kenapa lo nangis?

    ALVA kembali ke kos-kosan Risa setelah ia pulang untuk mengganti pakaian juga membelikan beberapa buah segar. Dia membeli cukup banyak buah, karena ia yakin, Risa akan kembali memakan mie instan simpanannya ketika dia kelaparan saat malam. Sesuatu yang sukses membuat Alva merasa tidak tenang setiap kali membayangkan hal itu dilakukan oleh Risa di balik punggungnya.Bagaimana mungkin dia bisa tenang, ketika Risa terus mengonsumsi makanan tidak sehat itu saat dia sedang mengandung anaknya?Walaupun itu belum pasti. Namun, dia sangat mengharapkan Risa benar-benar sedang hamil dan meninggalkan Alan secara paksa, lalu menikah dengannya. Ide yang sangat buruk. Namun, itu adalah salah satu opsi yang bisa dia harapkan selain menyentuh hati Risa secara perlahan-lahan.Alva sudah mengetuk pintu kamar kos Risa berulang kali, tapi tak ada tanggapan sama sekali. Dia masih menunggu di depan pintu kamar dengan sebuah harapan, bahwa Risa tidak sedang pergi."Risa!" pangg

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-01
  • Affair with Playboy   18. Pengakuan Cinta

    ALVA tidak tahu harus memulai percakapan ini dari mana, tapi dirinya sangat penasaran dengan alasan yang telah membuat Risa menangis setengah jam di kamar mandi kos-kosannya. Pria itu masih membawa mobilnya melaju hingga hampir mencapai perbatasan kota. Kepalanya sesekali melirik Risa yang masih terdiam dengan tatapan hampa terarah ke luar jendela. Bahkan, saat Alva memutar mobilnya dan kembali ke tempat semula. Risa tak berkata apa-apa, seperti dia tidak menyadari ... atau dia memang tidak melihatnya. Alva menarik napas panjang, lalu mengembuskan napasnya perlahan. Tangannya terulur menyentuh puncak kepala Risa yang sontak membuat perempuan itu menoleh ke arahnya. Dia membelai puncak rambut Risa dengan lembut sambil menatap jalan raya dan sedikit mengurangi kecepatan mobilnya. Pria itu menoleh, lalu tersenyum tipis. "Lo mau ke mana?" "Hm ...." Risa menggeleng pelan. "Gue nggak tahu. G

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-02
  • Affair with Playboy   19. Sentuhan Mendebarkan

    "GUE beneran udah jatuh cinta sama dia, Va."Sekali lagi tamparan itu diberikan Risa padanya untuk memperjelas status di antara mereka. Penolakan tegas dan teramat jelas, jika takkan ada apa pun di antara mereka ke depannya. Alva tersenyum miring setelah dirinya terdiam cukup lama.Ditatapnya Risa dengan tatapan penuh makna. "Kenapa lo bisa mikir, kalau lo udah jatuh cinta sama dia?" tanyanya. Nada suaranya begitu tenang, layaknya air mengalir yang menghanyutkan. Alva melepas peluk di antara mereka dengan perlahan."Karena ...," Risa terdiam, dengan susah payah dia mengatakan kelanjutan kalimatnya, "gue ngerasa sakit hati waktu ngirim pesan buat minta putus ke dia tadi.""Apa itu cukup buat buktiin lo udah jatuh cinta sama dia?" tanya Alva sekali lagi. Dicengkeramnya bahu kiri dan kanan Risa dengan lembut sambil menatap lurus di kedua bola matanya. "Semua itu bukan bukti kalau lo udah jatuh cinta sama dia.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-03
  • Affair with Playboy   20. Putus Cinta atau Keluar dari Penjara?

    "CUMA perasaan gue doang, apa emang muka lo kelihatan jelek banget hari ini?" tanya Alva begitu dia melihat Ralf yang baru datang dan terlihat begitu mengenaskan.Tubuh Ralf terlihat lesu layaknya tak berdaya. Langkah kakinya bahkan agak sedikit sempoyongan. Dan jangan lupakan, kantung hitam di bawah matanya yang kini terlihat begitu mencolok dari penampilannya.Alva mengernyitkan dahi, menatap Ralf dengan wajah serius sebelum bertanya, "Lo nggak lagi abis diputusin sama Sienna semalam, kan?"Ralf langsung mendelik dengan mata nyaris melompat keluar dari matanya. "Lo jangan ngomong yang enggak-enggak. Gue sobek mulut lo yang lemes itu, tahu rasa!""Terus, ngapain aja lo semalaman sampai nggak tidur dan jadi zombie berjalan kayak gini?" Alva mengerling dengan tatapan tidak percaya. "Nggak mungkin, kan, kalau lo tiba-tiba aja ke kelab malam terus lepas perjaka sama salah satu cewek yang ada

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-04
  • Affair with Playboy   21. Alan

    "LO mau ngomong soal apa?" tanya Risa begitu waktu sudah memasuki jam istirahat dan Ralf datang menghampirinya.Perempuan itu memasang senyuman seperti tak pernah terjadi apa-apa, tapi sedikit kantung hitam di bawah mata dan warna mata yang agak kemerahan membuktikan jika Risa telah menangis semalam. Walau entah apa yang terjadi kemudian hingga membuatnya terlihat begitu tenang dan tampak baik-baik saja sekarang."Lo baik-baik aja, kan?" tanya Ralf dengan nada tenangnya.Tak ada niat membela siapa pun, tidak ada niat untuk membantu siapa pun, dia hanya ingin memastikan jika tidak terjadi apa pun dengan Risa dan ia memang sedang baik-baik saja."Lo bisa lihat sendiri kalau gue baik-baik aja, bahkan mungkin lebih baik dari sebelumnya, kan?" Risa masih tersenyum, senyuman yang terlihat tulus hingga mencapai kedua bola matanya."Gue mau nanya apa aja yang terjadi sama kalian b

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-10
  • Affair with Playboy   22. Mana jatah gue?

    ALVA tidak tahu apa yang hilang atau kembali dari diri Risa yang sekarang. Karena menurutnya, Risa masih terlihat sama saja dengan Risa yang dikenalnya sebelum ini. Kecuali, mungkin, aura yang menguar di sekeliling tubuhnya terlihat agak berbeda.Risa sekarang lebih terlihat begitu memikat dan teramat mempesona. Alva tidak bisa menahan diri untuk tidak jatuh cinta dan menginginkan Risa dalam dekapan tubuhnya. Alva ingin membagi suhu tubuh dalam dinginnya malam bersama, tak lupa memuja seluruh inci tubuh perempuan itu dengan perasaan bangga luar biasa.Namun, dia sadar sepenuhnya kalau sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk meminta hal seperti itu dari perempuan itu. Terutama, setelah apa yang baru saja dialami oleh Risa tiga hari lalu.Alva tahu batas untuk tidak mengganggu ketenangan yang kini dibangun dengan susah payah oleh Risa. Jadi, Alva tidak akan mengganggunya, tapi bukan berarti dia hanya terdia

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-10
  • Affair with Playboy   23. Malam Minggu

    RISA memegangi lengan kirinya dengan perasaan gelisah. Tatapannya terus berubah-ubah, menatap satu arah lalu arah lainnya secara bergantian. Bahkan semenjak Alva membukakan pintu untuknya, perempuan itu sudah tidak bisa menyembunyikan rasa tidak nyaman yang menggerogoti dadanya secara perlahan.Padahal, dia datang kali ini bukan karena ingin lepas perawan. Dia sudah tidak perawan sejak minggu lalu dan pria itu pula yang mengambil kesuciannya itu.Risa menarik napas panjang, lalu mengembuskannya dengan perlahan. Tepat saat itu Alva menyentuh bahunya dan menggiringnya untuk lantas duduk di sofa yang ada di ruang utama."Nggak usah tegang kayak gitu juga kali, Sa. Sini makan dulu! Gue baru pesan seafood khusus buat makan malam kita hari ini."Risa menelan ludah susah payah. Ditatapnya Alva dengan dahi mengernyit penuh tanya. Bukannya mereka akan melakukannya? Kenapa Alva malah menyuruhnya makan? Apa ini tipe

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-10

Bab terbaru

  • Affair with Playboy   Epilog

    Beberapa bulan sebelumnya ...."Kantor kita, katanya dapat personel baru.""Ah, yang katanya mutasi dari kantor pusat itu?"Beberapa mendengkus pelan. "Apes, apes, dari kantor pusat malah dilempar ke sini, pasti ada yang nggak beres sama kerjaan mereka di sana.""Sialnya, salah satunya bakal masuk divisi kita!""Sial! Nambah beban mulu, jadi pengin resign aja bawaannya!"Ralf menyimak gerutuan rekan-rekan kerjanya dengan ekspresi datar. "Ribut banget, cuma ketambahan satu orang aja kayak ketambahan seratus orang. Dasar manusia julid!""Emang lo bukan salah satunya?" Alva tertawa pelan.Ralf mendelik ke arahnya. "Gue nyinyir ke orang yang tepat aja. Nah, mereka? Lihat manusianya aja belum, udah nyinyir aja kayak nenek lampir." Tiba-tiba pria itu

  • Affair with Playboy   45. Akhir yang Bahagia

    ALVA mengernyitkan dahi begitu membuka mata dan tak menemukan siapa pun berada di sampingnya. Pria itu langsung duduk tegak dengan sempurna, walau efeknya rasa pusing langsung menyergap kepalanya."Risa?"Tanpa memperhatikan penampilannya yang belum berbusana. Dia bergerak menuju kamar mandi, mencari keberadaan Risa tapi tak ada sosok perempuan itu di sana.Alva menggeram pelan. Dia mengambil dalaman, kaus, celana panjang dari koper miliknya. Tanpa repot-repot pergi ke kamar mandi, Alba langsung mengenakan pakaiannya. Setelah selesai, dia menuju tempat kunci mobilnya berada, sambil mengacak rambut hitam yang mulai memanjang.Namun, kunci itu tidak ada di tempatnya.Alva melirik ponselnya, lalu dengan cepat dia mengambilnya dan lekas memanggil nomor Risa. Sekali, dua kali, dia mengulangi panggilan itu, tapi tak ada jawaban apa pun."Di mana dia?" geramnya lalu menutup panggilan.Dia mengambil laptop yang ada di kopernya untuk ia keluar

  • Affair with Playboy   44. Restu Fara

    MALAM itu, Alva sudah terlelap saat ponselnya tiba-tiba saja berbunyi. Risa meliriknya berulang kali. Berpikir, apakah dia harus membangunkan Alva ataukah langsung saja mengangkat panggilan yang masuk ke ponsel pria itu?Risa terdiam cukup lama hingga nada dering panggilan itu selesai. Namun, sekali lagi ponsel itu berbunyi dan ia tak bisa menahan dirinya lagi.Dia menggoyangkan tubuh Alva secara perlahan sambil memanggil-manggil namanya. "Va! Alva!""Hm?" sahut pria itu terdengar malas-malasan.Dia malah menarik bantal dan menyembunyikan kepalanya ke balik bantal itu. Terlihat jelas jika dia tidak mau diganggu, dia ingin beristirahat penuh malam ini setelah bercinta panas dengan Risa sejak sejak yang lalu."Ponsel kamu bunyi mulu dari tadi. Nggak mau kamu angkat dulu?" Risa mengingatkan Alva pada ponselnya yang masih berbunyi.Alva pasti juga mendengar suara ponselnya walau hanya sayup-sayup suaranya saja. Itu alasan kenapa dia mengam

  • Affair with Playboy   43. Pengakuan Rahasia

    "KENAPA kamu tiba-tiba bertanya seperti itu?" Risa terkejut setelah mendengar soal terakhir yang Alva berikan padanya. Dia bahkan sampai melepas paksa pelukan di antara mereka.Alva tersenyum miring. "Aku hanya ingin memastikannya. Kamu mau, kan, menjadi istriku, Sa?""Bukannya, aku sudah pernah menjawab pertanyaanmu ini sebelumnya?" Risa balik bertanya dengan kepala berpaling ke arah lain, rona merah sudah menghiasi pipi dan membuat seluruh wajahnya terasa panas bukan main.Alva menggeleng pelan, tangannya terulur menyentuh rambut Risa dan membelainya dengan perlahan. "Saat itu kamu memang menjawabnya, tapi bukan jawaban seperti itu yang mau aku dengar. Ayo, Sa, jangan terus menerus menghindar. Apa kamu tidak mau memberiku sebuah kepastian tentang pernikahan kita?"Alva masih ingat dengan baik jawaban Risa sebelumnya— yang jujur saja terdengar sangat mengkhawatirkan untuknya. Walaup

  • Affair with Playboy   42. Pelukan Menenangkan Ditambah Lamaran?

    "MAAF, aku malah membuat pertunjukan mengerikan seperti itu di depanmu tadi." Alva mengatakannya tanpa melirik ke arah Risa, begitu mereka sudah berada di dalam mobil yang menyala dan mulai meninggalkan rumah orang tuanya.Walaupun dia dengan tulus meminta maaf, tapi Alva tak sepenuhnya menyesali perbuatannya. Karena nyatanya, Alva memang ingin Risa mengetahui semua hal termasuk aib tentang dirinya, juga tentang semua kebusukan anggota keluarganya. Dia hanya merasa bersalah jika Risa sampai terkena serangan mental atau serangan jantung setelah melihat peperangannya dengan Jared secara langsung.Ibunya saja tak pernah sanggup melihatnya bertengkar dengan sang ayah, apalagi Risa yang notabenenya masih orang baru dalam lingkup dunianya. Perempuan itu pasti sangat terkejut tadi, Alva bisa memahaminya. Mungkin juga Risa ingin menyerah begitu saja, tapi Alva tak ingin membiarkan Risa melepaskan dirinya.Apa pun

  • Affair with Playboy   41. Luapan Emosi

    TAK ada satu pun yang berubah dari rumah ini. Alva masih bisa merasakan hal yang sama setiap kali dia masuk ke dalam rumahnya sendiri. Dia juga tidak begitu mengerti kenapa hal seperti itu bisa terjadi. Dia juga tidak tahu apa alasannya hingga dia menjadi seperti ini setiap kali ia kembali. Namun, memang sejak dulu dia tidak pernah merasa betah, ketika ia sedang berada di rumah.Jika Alva bisa pergi, maka dia akan pergi meninggalkan rumah. Entah itu untuk pergi bermain, pergi ke rumah Alan, ke rumah teman-temannya yang lain, juga pergi ke kelab malam. Dia hanya akan pulang ketika dia butuh tempat tidur untuk semalam, itu pun setelah dewasa dia kadang lebih memilih menyewa hotel untuk ia tiduri daripada pulang ke rumah.Namun, semuanya menjadi semakin menjadi semenjak Alva kuliah. Dia yang akhirnya bisa hidup sendiri dan bisa mencari uang sendiri dari jalan kecil yang ditemukannya pun merasakan sebuah kenyamanan yang membua

  • Affair with Playboy   40. Datang Meminta Restu

    "APA Alan bakal balik lagi ke Bandung, ya?"Alva yang semula mau memejamkan mata dan terlelap ke alam mimpinya, langsung membuka matanya lebar-lebar. Kepala menoleh dengan cepat ke arah Risa yang berbaring di sebelahnya. "Kenapa kamu tiba-tiba bahas soal dia?""Memangnya nggak boleh? Kamu nggak suka aku bahas soal dia?" Risa mengedipkan kedua matanya sembari menatap Alva yang wajahnya terlihat tidak sedap dipandang. Apa dia marah? batinnya, heran sekaligus penuh pertanyaan. Kenapa Alva bisa terlihat semarah itu hanya karena Risa membahas Alan?"Boleh aja, sih, tapi kalau bisa jangan bahas dia sekarang." Alva memejamkan mata sambil mengembuskan napas panjang. Harus berapa lama dia merasakan perasaan tak nyaman ini setiap kali Risa membahas soal sepupunya?"Kenapa?" Risa mengernyitkan dahi. Kali ini dia benar-benar tak mengerti alasan yang membuat Alva hingga tak menyukai bahasan soal Alan, yang notabenenya masih saudara pria itu sendiri."Sa, kamu b

  • Affair with Playboy   39. Penuh Energi Cinta

    ALAN langsung mendatangi rumah kedua orang tuanya untuk mengabarkan jika dia batal menikahi Risa. Mamanya langsung memarahinya habis-habisan, bertanya apa alasannya hingga dia melakukannya dan terus menanyakan hal yang sama berulang kali. Bahkan papanya langsung mengambil senapan dan siap menembaknya di tempat saat itu juga.Alan tersenyum tipis sembari menyesap kopi yang dibuatkan mamanya sebelum kemarahan di antara mereka berkobar. Dia meletakkan cangkir itu kembali di piring, sebelum menatap kedua orang tuanya dengan sorot mata dipenuhi kepedihan."Aku yang salah, Pa, Ma. Aku tidak bisa mempertahankannya dengan baik, aku juga pernah bermain di belakangnya. Aku yang salah, hingga dia berpaling ke pelukan pria lain dan merasa nyaman di sana. Kami sudah mengambil langkah masing-masing, jalan di antara kami tak lagi sama. Dia telah memilih jalannya dan menemukan kebahagiaannya sendiri, sedang aku masih harus larut pada penyesalan karena telah menyia-nyiakannya sebelum i

  • Affair with Playboy   38. Menanti Datangnya Hujan

    "JADI, Alan udah balik ke Jakarta?" tanya Risa begitu Ralf pergi dari sana, meninggalkan mereka hanya berdua saja di ruangan itu. Menurut penjelasan Ralf sebelum ini, Risa harus menginap di rumah sakit untuk sementara waktu, sampai keadaannya benar-benar membaik. Esok harinya, dia akan melakukan USG untuk mengecek keadaan kandungannya setelah dia pingsan sebelumnya. Risa pun disarankan untuk pergi ke dokter kandungan secepat mungkin untuk kebaikan dirinya serta bayinya. Walaupun sekarang Risa merasa tubuhnya sudah lebih baik setelah menelan makanan yang dipesan Alva, dia ingin pulang, tapi dia tak bisa melakukannya. Lantaran, sejak tadi Alba terus menatapnya tajam. Sebuah tatapan yang menyiratkan ancaman, jika Risa tidak mau menurut padanya, maka dia akan melakukan sesuatu yang tak perempuan itu suka. Risa mengembuskan napas kasar begitu mengingat peristiwa beberapa saat lalu. "Tentu saja dia harus pulang dan memberi tahu semua keluarga besarnya. Sala

DMCA.com Protection Status