Share

Bahak

Author: Be Maryam
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Baswara kembali ke hotelnya dengan diantar Dean. Keduanya kini terlibat bincang hangat. Saling terbuka sambil memperkenalkan diri.

“Apakah Tuan suka dengan keadaan di sini?” tanya Dean dengan senyum sumringah sambil melirik Baswara dari cermin.

“Ya, tapi tidak untuk jangka panjang,” jawab Baswara dengan wajah tenang.

“Apa karena ada seseorang yang Tuan tinggalkan di Indonesia?” tanya Dean kembali, kali ini dengan nada meledek.

Baswara enggan menjawab, namun mimik wajah ceria dan senyum yang terkembang sudah menunjukkan jawaban.

“Apakah Tuan sudah menikah? Jika saya boleh menebak, usia Tuan sekitar tiga puluhan, bukan?”

Baswara mengangguk masih dengan sikapnya yang tenang. Bersandar sambil sesekali menatap ke arah luar jendela.

“Tuan sudah menikah? Aku penasaran wanita seperti apa yang menjadi pilihan hati Tuan?”

“Belum.”

“Andai saja aku bisa be

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Adoration   Boga

    “Tuan, benarkah Tuan akan kembali ke Indonesia esok?” tanya Dean dengan wajah sedih.“Ya, pekerjaanku selesai lebih awal di sini.”“Tuan, bisakah kita bertemu kembali?” tanya Dean kali ini terlihat ia menyeka air mata yang sempat jatuh.Baswara hanya bisa terdiam menatap sikap Dean yang begitu menyukai dirinya. Ia tak menyangka percakapan kecil selama melakukan perjalanan bersama Dean membuat keduanya merasa dekat satu sama lain, meskipun hanya dua hari dua malam bersama.“Tentu saja, aku mungkin akan sering berkunjung kesini,” ungkap Baswara yang segera membuat Dean tersenyum dan mengangguk senang.“Sebenarnya, nenekku begitu ingin bertemu dengan Tuan. Dia sangat kagum saat aku menceritakan sosok Tuan kepadanya. Dia bahkan begitu penasaran betapa tampannya wajah Tuan,” ungkap Dean dengan penuh semangat.“Kalau begitu, bawalah nenekmu saat mengantarkanku besok ke bandara.&rdqu

  • Adoration   Brangta

    Pesawat mendarat dengan baik, tepat sesuai prediksi yang dijadwalkan. Dari salah satu pintu terlihat Baswara melangkah tenang dengan koper di tangannya. Ia berjalan mendekati Sam yang sudah sedari tadi menunggu dirinya.“Kau ingin ngopi dulu atau langsung pulang?” tanya Sam yang terlihat bersiap-siap hendak pergi.“Aku ingin pergi ke suatu tempat,” ucap Baswara dengan senyum terkembang.“Ada apa dengan wajahmu? Kenapa terlihat ceria, bahagia, apa sih yang terjadi di sana?” tanya Sam dengan tatapan curiga.“Banyak,” jawab Baswara lagi-lagi dengan senyum yang semakin mengembang.Seketika pandangan Sam mengarah pada kotak kecil dengan pita merah menghiasinya.“Apa itu? Apa itu hadiah untuk Kana atau justru ....”“Ah, ini. Ini hadiah seseorang untukku. Kau mau?” tanya Baswara yang dengan segera meraih sepotong cokies dan menyulangkan ke dalam mulut Sam. “Bagaima

  • Adoration   Bujana

    Sepanjang perjalanan menuju apartemen Sam, Baswara hanya diam. Wajah cerianya memudar, begitu pula senyumnya. Hanya duduk bersandar dengan kepala terkulai lemas menatap jalanan ibu kota. Hembusan angin yang sibuk berbisik diantara telinga-telinga malam.Sam menyadari ada sesuatu yang tak menyenangkan telah terjadi. Namun, ia tak mau bertanya. Sebagai sahabat terdekat, Sam tahu benar sikap Baswara. Ia akan bercerita dan mengatakan semua yang menjadi bebannya. Apapun itu masalahnya. Bagi Sam, Baswara hanya sedang beradaptasi dengan pribadi barunya dan semua itu butuh proses, hingga ia merasa butuh waktu membiarkan Baswara menyelesaikan masalahnya sendiri terlebih dahulu.Baswara terlihat melangkah tenang dengan koper di tangannya. Kacamata hitam yang terpasang berhasil menutupi raut wajahnya. Meskipun demikian, Sam tetap bersikap layaknya tak terjadi apa-apa. Namun, ia tetap memperhatikan setiap detail gerak gerik pemimpinnya itu.“Apa kau ingin makan sesuat

  • Adoration   Bramacorah

    Dering alaram terdengar nyaring. Suara berisik memekakkan telinga itu berasal dari kamar Baswara. Dinding kamar yang sengaja dibuat tak kedap itu dirancang agar Sam dengan mudah mendengar apa yang terjadi pada Baswara. Suara itu terus berbunyi dan ini cukup menyiksa pendengaran Sam yang begitu peka.“Baswara ...!” gerutu Sam yang kemudian bangkit dari ranjang dan mendekati kamar Baswara.Mata sayup menahan kantuk mendadak melotot melihat Baswara tak ada di kamarnya. Ranjang tertata rapi dengan koper tertutup di atasnya. Sambil berdecak kesal Sam mendekati kamar mandi dan betapa kagetnya ia tak mendapati Baswara di dalamnya. Matanya kembali melirik ke arah koper yang ternyata terisi penuh pakaian yang Baswara susun tadi malam.Alaram kembali berdering, angkanya menunjukkan pukul enam lewat sepuluh. Sam bingung dan menelusuri semua ruangan untuk mencari keberadaan Baswara. Dapur, balkon, ruang olahraga, kolam renang, semua terlihat kosong dan tertutup

  • Adoration   Bungah

    Kota kecil yang indah, meskipun ada banyak perubahan di bagian pusat kota, namun suasana dan keadaannya masih sama betul dengan apa yang pernah ia rasakan dulu. Saat pertama kali ia menginjakkan kaki di sini, tanpa kedua orang tua, hanya sebatang kara. Bermodal ransel berisi beberapa potong pakaian, ia lari dari rumah karena gerah harus mengikuti seluruh aturan keluarga. Didampingi pelayan setiap saat dan jutaan jadwal disetiap detiknya.“Aku kembali ke sini. Tapi kali ini aku tidak merasa kacau seperti dulu. Saat ini aku datang karena kemauanku dan dengan modal yang banyak. Mungkin aku bisa melakukan banyak hal di sini, setidaknya dalam tiga hari ini,” gumamnya dengan senyum terkembang.Kacamata yang sedari tadi ia gunakan pun sengaja dilepas. Berjalan tenang di trotoar, menikmati banyak pohon tinggi nan hijau. Ada gunung di balik tingginya gedung kota. Angin yang bertiup begitu menyegarkan.“Tidak menyangka, bisa menikmati ini semua jau

  • Adoration   Calita

    Keadaan kota begitu ramai, kemacetan di jalan, udara yang menyengat dan bunyi klakson mobil yang memekakkan telinga selalu terdengar. Terkadang merasa lelah dan penat dengan semua keadaan ini. Namun, semua harus dijalani. Begitulah yang Sam rasakan pagi ini. “Kemana aja sih, tuh anak. Sepertinya dia balas dendam ke aku. Dulu saat aku sakit, semua pekerjaanku dia yang atasi. Sekarang, dia dengan tenang menikmati liburan tanpa menghubungiku. Mau marah, tapi dia bosnya. Nasibmu lah, Nak,” gumam Sam dibalik gagang setirnya. Setelah sekian lama berdiam diri karena kemacetan, akhirnya mobil Sam bisa kembali melaju menuju kantor. Baru saja mobil Sam memasuki arena parkir, sudah terdengar kebisingan dari arah pos satpam. Mau tak mau, Sam melangkah mendekati pos untuk mencari tahu apa yang terjadi. “Kamu?” tanya Sam ke arah seorang gadis yang terlihat tak asing lagi baginya. “Mana Baswara? Aku ingin bertemu!” ujarnya dengan lantang. Membuat kedua satpam yang b

  • Adoration   Hirsa

    Sam merasa lebih tenang setelah bertemu dengan Kana. Kana berhasil membuat ia berprasangka baik akan keadaan Baswara.“Kamu gadis yang luar biasa Kana. Kamu begitu lembut dan pengertian, tidak heran Baswara tergila-gila padamu. Meskipun aku begitu dekat dengannya, namun kamulah yang bisa mengerti dirinya. Aku jadi malu sendiri sudah mengaku-ngaku mengenal baik diri Baswara,” gumam Sam sembari mengendarai mobil kecilnya.Jalan terlihat sepi dengan langit yang berkabut. Udara dingin dan suara geluduk menemani perjalanan malam Sam. Sesekali ia melirik ke arah jam yang ada di tangannya, sudah menunjukkan pukul sembilan. Rasa lelah fisik dan pikiran membuat Sam ingin segera pulang dan beristirahat. Namun, itu semua percuma, karena ia tetap merasa tak tenang karena belum mendapatkan kabar tentang Baswara.“Apa aku terima aja tawaran Kana untuk menghubungi teman baik Kana yang ada di sana? Eh, enggak deh. Takutnya malah timbul berita jelek lagi tentan

  • Adoration   Ibut

    Pesawat penerbangan dari Amerika mendarat di bandara Soekarno Hatta. Seorang gadis berambut blonde terlihat melangkah anggun menggaet kopernya. Berjalan penuh pesona hingga membuat banyak mata melirik ke arahnya. Tak hanya fisiknya yang nyaris sempurna, namun gaya berpakaiannya pun indah layaknya putri raja. Senantiasa tersenyum dan terkesan ramah, membuat semua mata memandan takjub ke arahnya.Sebuah mobil pribadi siap menjemputnya, mobil mewah dengan seorang supir profesional di dalamnya.“Nona ingin saya antar langsung ke apartemen?” tanyanya dengan penuh santun.“Tidak, saya ingin ke suatu tempat. Rasanya tidak afdol jika tidak menemuinya terlebih dahulu,” ungkapnya dengan senyuman yang terkembang.Mobil mewah melaju dan menuju jalan kota. Keramaian lalu lintas dan kebisingan suasana jalan membuat dirinya cukup kesal. Namun, semua itu tidak berarti karena ia ingin menemui sang pujaan hati.Akhirnya tiba, setelah melewati

Latest chapter

  • Adoration   Hadiah Terindah

    Kana dan Soga dibawa ke sebuah tempat di kota kecil. Mereka melakukan perjalanan delapan jam lamanya. Menelusuri jalan sempit dengan banyak pohon tinggi di sekitaran. Jalanan yang menanjak dan udara yang sejuk seperti menuju puncak.“Bas, kita mau ke mana?” tanya Nesa yang merasa bingung akan jalan yang tengah mereka tuju.“Ke rumah kita,” sahut Baswara dengan senyuman.“Rumah kita? Maksudnya kamu beli rumah baru untuk kita?” tanya Kana yang merasa tak mengerti akan maksud ucapan Baswara.“Daddy ingin beri kejutan loh, Bun. Iya kan Dad?” sahut Soga yang kini mulai menikmati perjalanan. Bibirnya terus tersenyum. Sesekali ia membuka kaca jendela dan membiarkan angin menyapu lembut rambut merahnya.“Soga apa kamu siap?” tanya Baswara.“Oke, Dad.”Mobil pun berhenti di te

  • Adoration   Keluarga Baru

    Baswara tak sadarkan diri. Ia pun kini terbaring lemas di atas ranjang. Tertidur dengan wajah memucat dan pipi memerah. Bingung, Kana meminta dokter pribadi keluarga Soga untuk datang memeriksakan Baswara.“Semuanya baik-baik saja. Tidak ada masalah yang berarti. Suhu tubuhnya pun normal, begitu pula dengan tekanan darahnya. Saya rasa Tuan Baswara hanya sedang kejang otot saat berenang. Yang kemungkinan karena tidak melakukan pemanasan sebelumnya,” jelas Dokter yang kemudian memberikan obat lalu permisi pulang.“Dad, rencana kita berhasil,” bisik Soga yang sedari tadi berdiri di samping Baswara. Sedangkan kana keluar kamar untuk mengantarkan dokter pulang.Baswara mengedipkan matanya. Lalu keduanya kembali berakting saat Kana memasuki kamar.“Soga ambilkan air hangat ya untuk Bunda,” ucap Soga yang dengan sengaja meninggalkan Baswara dan Kana berdua. Tak lupa ia me

  • Adoration   Tragedi di Kolam Renang

    Hari-hari dilalui dengan senyuman dan kebahagiaan. Kana tak menyangka kehdarian Baswara di rumah mereka mberhasil menyempurnakan hidup mereka. Pagi ini Kana telat bangun, betapa kagetnya ia saat melihat ke arah jam dinding.“Telat!” gumam Kana yang segera melompat dari tempat tidur. Ia merasa bingung sendiri harus ngapain. Terlebih Baswara sudah tak lagi ada di atas ranjang.“Tenang, tenangkan dirimu Kana. Basuh wajah dan ke dapur. Oke!” ucapnya yang kemudian lari ke kamar mandi.Kini Kana terduduk di depan cermin. Matanya terlihat sendu menatap wajahnya. Berulang kali jemarinya menyentuh bagian pipi dan mata.“Pucat banget yah, sembab gitu matanya. Apa aku pakai make up aja? Tapi aku enggak biasa pakai begituan. Aku ... ah, udah ah. Begini aja,” gumam Kana yang kemudian pergi meninggalkan kamar.Kakinya melangkah membawa menuju dapur, te

  • Adoration   Perjuangan Meraih Restu

    “Pagi sayang,” sapa Baswara yang kini tersenyum menatap wajah Kana.“Udah jam berapa?” tanya Kana yang seketika kaget melihat Baswara sudah mengenakan kemeja rapi.“Kamu bobok aja. Aku harus melakukan panggilan video ke klien. Jadi aku harus mengenakan kemeja yang rapi kan?” ucap Baswara.Kana hanya bisa tersenyum geli melihat keadaan Baswara saat ini. Mengenakan kemeja dengan celana olahraga di bawahnya. Kana hanya bisa menggeleng kepala melihat tingkah Baswara.“Jam empat?” gumam Kana yang tak menyangka bahwa ini masih pagi buta.“Yah, maaf kalau ganggu tidur kamu,” ucap Baswara yang kini kembali membuka kemejanya. Ia pun menaiki ranjang dan kembali berbaring. Tangannya memeluk manja tubuh Kana dengan kepala yang bersanda menyentuh lengan Kana.“Aku masih ingin tidur,” sambungnya setela

  • Adoration   Budak Cinta

    Tiada hari tanpa kemesraan dan kini Kana mulai terbiasa dengan hal ini. Tak hanya melakukannya di kamar, bahkan kini mereka berani melakukannya di banyak tempat. Seperti yang terjadi saat ini.Kana yang tengah asik duduk di taman pun dikejutkan akan kedatangan Baswara. Ia hadir membawa nampan berisi buah dan segelas jus jeruk. Bak pelayan yang sedang melayani putri raja, Baswara merundukkan badan untuk menyerahkan nampan.Seakan memainkan peran, Kana pun dengan angkuhnya berucap, “Sulangi saya!”Baswara pun tersenyum. Ia meletakkan nampan dan duduk di samping Kana. Tangan kanannnya siap hendak menyulangkan. Namun, bukannya mengangakan mulut. Kana justru kembali berlakon. Ia menunjuk ke arah lantai seraya berkata, “Enggak ada pelayan yang duduk sebangku dengan tuan putri!”“Ba, baik, Tuan putri,” ucap Baswara yang kini bangkit dan bersiap hendak berdiri dengan kedua

  • Adoration   Perjuangan Baswara

    Kana masih tidak menyangka ia telah menikah dengan Baswara. Hampir setiap malam ia tidak merasa tenang. Tidur dengan Baswara masih terasa asing untuk dirinya. Ia berulang kali menatap diri di cermin dengan jutaan perasaan yang bercampur aduk.“Kok aku jadi begini? Kenapa enggak bisa bersikap biasa aja?” gumamnya yang terus merasa ada sesuatu yang kurang dari wajahnya.Kembali teringat akan pembicaraan mereka di malam pertama. Saat itu Kana terlihat tak siap untuk tidur bersama Baswara. Sikapnya yang menjaga jarak dengan pria membuat ia bingung sendiri. Namun, ia sangat bersyukur karena Baswara sangat mengerti dirinya.“Kamu malu?” tanya Baswara sembari menatap genit Kana.“Ah, kamu udah makan?” tanya Kana mengalihkan pembicaraan.“Aku belum selera. Tapi aku mau makan yang ada di sini,” ledek Baswara. Ia semakin senang menggoda Kana

  • Adoration   Siasat Baswara

    “Aku mengirim seseorang untuk bekerja di sana. Ia orang yang cerdas. Dengan mudah ia bisa mengetahui semua informasi tentang perusahaan. Membaca kinerja dan cara kerja mereka. Dari dia pula, aku tahu kamu dipaksa menikah dengan Arya.”“Kenapa kamu diam aja? Apa kamu mau aku menikah dengan Arya?” ungkap Kana kesal. Ternyata selama ia terjepit keadaan, Baswara mengetahui dan memilih diam. Betapa kesalnya ia. Padahal ia begitu berharap akan kedatangan Baswara untuk membantunya.“Jangan begitu, wajah itu membuat aku ingin menciummu lagi dan lagi,” ucap Baswara dengan tangan menyentuh dagu Kana.Wajah cemberut Kana pun seketika berubah menjadi malu. Pipinya memerah, entah sejak kapan Baswara menjadi lembut dan perhatian begini. Hingga membuat Kana bertanya-tanya dalam hati, “Ini Baswara kan?”“Nah, gitu dong. Kan manis.”Kana

  • Adoration   Pengakuan Baswara

    Mulai terbiasa disentuh Baswara. Kini Kana tak lagi malu jika bermanja di rumah. Bahkan di setiap saat, keduanya terus lengket seperti perangko. Duduk di ruang tengah sambil membaca majalah, Baswara senang menjadikan paha Kana sebagai bantal. Begitu pula saat di taman, Baswara yang duduk bersandar pada bangku membiarkan lengannya menjadi sandaran Kana.Kebahagiaan yang Kana rasa ternyata juga dirasakan penghuni rumah lainnya. Mereka pun mulai mengatakan apa yang mereka ketahui tentang Arya.“Bun, maaf ya, Bun. Maaf banget. Sebenernya ...”Si Mbok pun membuka cerita. Ia berulang kali mendengar Arya menghubungi seseorang dan membahas harta yang akan didapatkan Soga. Arya berniat merubah jumlah itu dan membiarkan ia mendapat jatah cukup banyak setelah menjadi orang tua asuh Soga.“Kenapa Mbok baru cerita sekarang?” tanya Kana dengan nada sedikit kecewa. Meskipun begitu, ia tidak

  • Adoration   Daddy

    Baswara memutuskan untuk tinggal di rumah Soga. Mengawali hari yang baru di sana. Sebagai keluarga, Soga sudah menerima Baswara sepernuh hatinya. Bahkan mereka begitu dekat dan kerap menghabiskan waktu bersama. Membuat Kana geleng-geleng kepala melihatnya.“Bun, Soga berangkat dulu yah!” ucapnya sembari memberi kecupan pada Kana. Lalu berjalan mendekati Baswara melayangkan tinju yang kemudian dibalas dengan tinju Baswara. Lalu tersenyum dan melambaikan tangan seraya berkata, “Bye, Dad!”Terperangah, Kana merasa tak salah mendengar. Hingga ia pun mendekati Baswara yang sedang duduk di meja makan.“Daddy? Soga panggil kamu Daddy?” tanya Kana dengan wajah polos dan lugunya.“Kamu salah dengar kali,” jawab Baswara dengan cueknya.“Enggak kok. Aku dengar jelas tadi dia bilang ‘bye,dad’.”&ldqu

DMCA.com Protection Status