Bab 104: Dari Selangor Ke Jatinangor
Pagi hari.., kling! Klingg..!
Hekal bangun tidur dengan iringan sebuah pesan chat yang masuk ke ponselnya. Bukan, bukan sebuah, tapi beberapa.
Kling..!
Kling..!
Kling..!
Tangan kiri Hekal mengucek-ucek mata, tangan kanannya pun meraba-raba, mencari letak ponsel di sekitar bantal dan segera meraihnya. Dengan mata yang masih berat sang teknisi Naikin ini lantas membuka kunci layarnya.
Beberapa pesan chat yang masuk barusan tadi ternyata dari..,
Karena masih mengantuk, mata Hekal menyipit untuk membaca nama sang pengirim pesan, yaitu; POLWAN DEDEMIT!
“Hemmh, Olive, ustazah gadungan,” gumam Hekal pelan.
Ada pun isi pesannya adalah..,
“Abang Naikin..!”
“Abang Ojeeeeek..!”
“Bangun..!”
Hekal menguap. Hoooaaakh..! Sekarang, ia malah ingin tidur lagi! Eiiit..
Bab 105:Tembaklah! Beberapa saat kemudian, Olive telah keluar dari komplek rumahnya. Ia mengendarai motor sportnya dengan kecepatan sedang, menyusuri jalan Kereta Lama, memintas rute lewat jalan Kereta Kencana, hingga tak berapa lama kemudian ia pun telah berada di jalan raya, menghanyut dan membaur dengan segala macam kendaraan di jalan yang sama.Suara motor Olive yang gahar, begitu khas dengan mesinnya yang berkapasitas besar, yang lebih mirip suara mobil Formula 1 daripada motor bebek kebanyakan, sedikit banyak telah menarik perhatian orang-orang. Baik itu ketika ia tengah melaju ataupun ketika berhenti di lampu merah.Penampilannya memang mencolok mata. Seorang wanita, mengendarai motor sport berfairing balap, sedikit membungkuk dan menungging, dengan celananya yang sedikit ketat, ditambah postur Olive yang memang proporsional.., motornya sudah sexksi, orangnya apalagi!Pagi ini, Olive adalah man
Bab 106: Pembeku Hati Tak lama kemudian, upacara bendera pun usai. Lewat aba-aba instruksi dari pemimpin upacara, serentak semua personel melakukan balik kanan, dan braak..! Derap langkah pertama yang sigap pun mengiringi bubarnya barisan.Olive segera melapor pada komandannya di ruangan Subdit I Dikyasa Lalu Lintas. Syukurlah, sang komandan tidak mempermasalahkan ‘tragedi’ di CFD kemarin pagi itu. Olive kemudian diberi perintah untuk mempersiapkan ruang rapat di aula Ditlantas.“Kamu berdua, dengan Jehan, jangan lupa nanti ikut meeting juga ya,” titah sang komandan.“Siap, Ndan.”********Maka, hari ini adalah hari pertama bekerja bagi Hekal pasca ditampik Ayumi kemarin di CFD. Ada rasa yang tidak nyaman di dalam hati Hekal sejak ia memasuki gedung Naikin Electronic tadi pagi.Ia selalu berusaha untuk menghindar dari
Bab 107:Aku Simpan Di Sini Untuk lemari pendingin yang tak ada freezernya itu, sudah selesai Hekal bongkar, dan sudah selesai ia identifikasi penyakitnya. Ternyata ada sebuah perangkat sensor, dan itu terkait dengan timer atau penyetting waktu yang mengalami kerusakan.Hekal sudah mengisi form laporan untuk ditindaklanjuti oleh pihak manajemen. Karena ternyata, perangkat sensor yang dimaksud harus di-indent kepada Naikin Electronic pusat di Jakarta sana.Maka sekarang, Hekal beralih ke mesin cuci. Nah, mesin cuci yang satu ini, meskipun bukan milik Kak Saras, tetapi tipenya adalah sama dengan kepunyaan Kak Saras.Kak Saras?Itu lho, si jablai istri kapten kapal yang pernah menindih Hekal tempo hari. Ya sudah, tak usah dibahas urusan syahwat. Langsung saja kembali ke mesin cuci.Jarot, Alex dan Hendra, rekan Hekal sesama teknisi itu, tidak ada yang mampu memperbaiki mesin cuci tipe ini. C
Bab 108:Emak-emak Raja Jalanan “Selalu aku bawa ke mana-mana.”“Aku simpan di sini, di selangkangan.”Olive sampai tersedak membaca isi pesan Hekal ini. Dirinya yang terlanjur meminum air mineral dari sebuah botol, kontan saja menyemburkan air itu kembali dari mulutnya. Untung, untung saja Jehan duduk di samping dan bukan di depannya.“Hahaha..!” Olive pun tertawa sejadi-jadinya.“Apaan sih, Liv??” Tanya Jehan.“Tidak, tidak ada apa-apa.” Olive menggeleng cepat, sambil sesekali masih tersedak-sedak menahan geli.Beberapa menit yang lalu, Olive merasa jenuh ketika mengikuti meeting bersama jajaran perwira Ditlantas. Namun sekarang, di sesi break ini ia kembali segar. Sama segarnya dengan bunga-bunga yang tumbuh di taman aula Ditlantas, tempat ia dan Jehan berdua duduk beristirahat.Pesan chat dari Hekal barusan bena
Bab 109:Tilanglah! Selesai dengan pekerjaannya di Naikin Electronic, Hekal segera saja pulang. Bukan pulang ke rumah kontrakannya, tetapi pulang sementara ke base camp ojek favoritnya di warung kopi Bang Fahmi.Apa pun, ia ingin cepat menghilangkan batang hidungnya dari kawasan Naikin Electronic ini, supaya ia tidak bertemu dengan Ayumi yang.., “Oh, Ya Allah, seksinya dia pakai rok mini ketat begitu!” Umpat Hekal dalam hati, saat melihat Ayumi yang baru saja melintas tak jauh dari dirinya. Setelah mengambil tas sandangnya dari loker, Hekal berjalan keluar, menuju areal parkir karyawan lewat pintu belakang, bukan lewat pintu samping seperti biasanya.“Dasar kutu kupret si Ayumi ini!” Hekal bersungut-sungut lagi dalam hati.“Dia yang aku hindari, malah dia yang pertama kutemui di tempat parkir.”Maka tak pelak, Hekal terpaksa menebal-nebalkan jiwa
Bab 110:Si Kecut dan Si Norak Bang Aje tidak bisa berdiri? Hah? Kenapa pula? Batin Hekal yang sontak cemas.Maka dengan membawa rasa penasarannya itu Hekal menekan handel pintu rumah Bang Aje. Pelan-pelan ia mendorong daun pintu, dan segera melihat Bang Aje yang tengah berbaring di lantai ruang tamu.Pantas saja Bang Aje tidak bisa berdiri, pikir Hekal. Ternyata, ia sedang terlentang, sementara tubuh bagian atasnya itu, dari mulai perut sampai ke dada dipergunakan oleh Tiara sebagai alas bermain boneka.“Hahaha..!” Seketika saja Hekal tertawa.Hekal merasa begitu geli bukan hanya karena posisi Bang Aje yang terlentang itu. Tetapi juga karena wajahnya yang penuh dengan coretan-coretan, mungkin spidol atau krayon, yang dibuat sedemikian rupa hingga tampak seakan memakai riasan.Seperti macan; ada kumisnya, ada belangnya, ada taringnya, hidungnya juga diwarnai merah, persis maca
Bab 111:Tak Mungkin Dia “Aku baru tahu deh, Kal.”“Ternyata yupi ada juga yang berbentuk ‘love’..,”Setelah mengirmkan pesan itu, Olive kemudian merebahkan dirinya ke ranjang. Tangan kanan yang memegang ponsel jatuh di sisi kanan, dan tangan kirinya jatuh pula di sisi kiri. Ia memandang ke atas, pada langit-langit kamarnya yang putih nan cerah.Sang Polwan ini tersenyum pula, seperti Rose yang berdiri dengan tangannya yang terkembang di haluan kapal Titanic, dalam peluk dan rengkuh tangan Jack Dawson yang tampan, di dalam gelimang cinta yang seakan tak berkesudahan. “Mudah-mudahan kamu mengerti, Kal..,” kata Olive di dalam hatinya yang berbunga-bunga.“Mudah-mudahan kamu paham..,”“Tentang yupi yang berbentuk ‘love’ itu..,”“Karena aku ter-love-love sama kamu!”&nbs
Bab 112:Dia Yang Enggan “Oh, iya. Olive, aku mau tanya nih.”“Apa?”“Sepanjang karir kamu di kepolisian, apakah kamu pernah memukul seseorang?”“Aje gile kamu! Memangnya aku ini algojo?! Tukang pukul, begitu?!”“Maksudku..,”“Aku ini polisi, Kal! Aku ini abdi negara! Aku ini pelindung dan pengayom masyarakat!”“Maksudku..,”“Bahkan sekarang ini aku dituntut untuk menunjukkan eksistensi polisi yang ramah dan menjadi sahabat untuk anak-anak sekolah!”“Liv, dengar dulu.”“Oh, Hekal! Seandainya kamu tahu dengan tugas yang aku emban sekarang ini, kamu pasti..,”“Olive, dengarkan aku dulu..,”Sekonyong-konyong..,“Baik, Kakanda, aku dengarkan kamu.”Hekal tersentak. Cepat ia melepas ponselny
Bab 303: Selendang Cinta “Saya terima nikah dan kawinnya Karin Jazmina Zachrie binti..,” Kalimat Aje terputus lagi! Bintinya, binti siapa? Aje lupa! Siapa tadi nama ayah kandung Karin? Siapa tadi namanya, ini, lelaki di hadapanku yang menggenggam tanganku ini! Mengapa lidah Aje menjadi kelu begini? Tiba-tiba saja hatinya bergetar dahsyat. Ia merasa tengah berada di dalam sebuah dimensi yang tak terdefinisi. Seakan-akan ia berada di suatu kegelapan, di mana sekarang tengah dipampangkan di depan matanya, seluruh kolase hidupnya yang bersambungan bak deretan potret. Dia yang dulu menikah dengan Diana., Dia yang dulu menjalani hidup nan bahagia.., Diana yang kemudian mengandung.., Diana yang dimasukkan ke ruang operasi…, Diana yang tak sadar dan terus pergi.., Darah Aje mendesir begitu derasnya. Bulu romanya pun serentak meremang. Entah apa yang ia rasakan sekarang. Namun, tiba-tiba kegelapan yang menyungkupinya tadi menghilang. Digantikan suasana yang terang benderang, de
Bab 302: Riam Kanan Riam Kiri “Eeem, ini, Abang ada masalah, Kal.”“Masalah? Masalah apa, Bang?”“Jadi begini, besok malam, eee.., besok malam.., Abang mau.., ini, ckk, eee..,”“Mau apa?” Kejar Hekal.“Emmm, Abang mau melamar seseorang.”“Melamar?”“Iya.”“Siapa?”“Kamu pasti tahu orangnya.”“Mbak Karin?”“Iya.”“Tunggu, tunggu dulu, Bang.”“Kenapa?”“Aku bilang cie dulu ya.”“Silah..,” belum sampai ‘kan’, Hekal sudah,“Ciiieeeee..!”Nah, masalahnya adalah, Aje sudah tidak mempunyai orang tua lagi. Kerabat terdekat ayahnya yang dituakan justru tinggal di kota yang berbeda dan itu jauh.Aje bisa saja, dan ia berani melakukan itu, melamar Karin seorang diri. Akan tetapi, ia juga tidak bisa mengabaikan etika.Semestinya, untuk berbicara dengan orang tua Karin harus melalui perantara orang tua juga, dalam hal ini keluarga.“Abang sudah meminta tolong Pak Sali untuk menjadi perwakilan keluarga Abang. Tapi, dia tidak berani. Grogi, begitu katanya.”“Oh, begini saja, Bang. Aku ada ide.”“Ap
Bab 301:Bunda Untuk Tiara Aje mengendarai motornya dengan perasaan yang melambung. Seakan-akan ia baru saja menghirup gas helium, membuat dirinya dan juga motornya terasa amat ringan.Rasanya seperti mau terbang saja. Mungkin benar apa yang dikatakan pujangga lama dari antah berantah itu, bahwa bagi orang-orang yang sedang jatuh cinta, mereka tak butuh sayap!Seperti inikah dampak dari sesuatu yang dinamakan asmara itu?Apakah ini merupakan pengalaman yang paling baru bagi Aje?Tidak juga. Bersama almarhumah Diana dulu ia pernah merasakan gejolak yang seperti ini. Momen ketika dulu ia bertemu dengan almarhumah Diana pun kembali membayang di dalam benak Aje, seiring dengan perjalanannya bermotor kembali ke rumah.Di dalam bus metro, ya, di situlah ia dulu bertemu dengan Diana sewaktu masih tinggal di Jakarta. Cerita pun bergulir dari beberapa pertemuan hingga menjadi perkenalan.
Bab 300:Kamu Oke Aku Pun Oke “Ayim!”“Jazmin!”Tiba-tiba saja, bumi berhenti berputar, angin berhenti berhembus, bunga dan pepohonan tak bergerak, kupu-kupu diam mengambang.., semua yang ada di taman ini seakan terpasung pada waktu yang abadi.Pelan-pelan, Karin melirik ke arah Aje. Pelan-pelan juga Aje melirik ke arah Karin. Beberapa detik mereka berdua saling bersitatap, lalu serentak saling mengalihkan pandangan. Canggung, grogi, gugup, kikuk.Aje dan Karin telah tertangkap basah dengan kata-kata mereka sendiri, Saat ini Karin merasa bagai pencuri ayam yang terkurung di dalam kandang.Aje pun merasa bagai maling celana dalam yang dipergoki sang pemilik jemuran.“Naaah..!” Kata Olive menunjuk Hekal. “Sudah dengar Kakak kan? Gebetannya Mbak Karin itu cuma Ayim!”“Sudah dengar juga kamu kan?” Sahut Hekal pula. &ldq
Bab 299:Ayim & Jazmin Aje mengendarai motornya dengan kecepatan yang sedikit lebih dari biasanya. Ia tidak ingin Hekal terlalu lama menunggu, lalu membuat penerima paket pun ikut menunggu.Barang yang tidak biasa, dengan layanan yang tidak biasa pula. Butuh cepat, begitu kata Hekal tadi. Ongkosnya saja dua kali lipat dari yang semestinya.Sesekali Aje berhenti di lampu merah, atau di ruas jalan yang kebetulan sedang ada kemacetan. Ia barengi proses mengendara motornya itu dengan berpikir, tentang apa pun yang kebetulan melintas di dalam benaknya.Nah, tiba-tiba ia teringat lagi pada mimpinya beberapa waktu yang lalu. Tentang seorang wanita di bawah joglo yang ditunjukkan almarhumah Diana.Atau, bagaimana jika.., joglo dalam mimpinya itu memiliki pengertian yang tidak harfiah. Artinya bukan joglo dalam bentuk fisik, tapi joglo dalam bentuk yang.., heemm, Aje terus berpikir, terus melamun, se
Bab 298:Yang Bertengkar Sepanjang perjalanannya menuju alun-alun ini, benak Karin terus diganggu dengan banyaknya pertanyaan. Ia tak habis pikir, masalah apa yang sedang dihadapi Olive itu hingga ia meminta bantuan pada dirinya.“Mudah-mudahan, Olive nanti bisa kuat dan menyelesaikan masalahnya sendiri dengan Hekal,” harap Karin dalam hati.“Mudah-mudahan aku tidak perlu campur tangan.” Olive bilang di telepon tadi, dia bertengkar dengan Hekal suaminya itu. Pasal apakah? Apakah ini menyangkut fisik Olive yang tidak sempurna lagi dan Hekal yang kakinya juga cacat?“Sepertinya, tidak mungkin.” Bantah Karin pula.Sebab, dengan pandangannya sendiri ia bisa menilai ketulusan Hekal pada Olive dan begitu juga sebaliknya.Atau, ada rahasia lain?Misalnya, Olive frigid, dan Hekal impoxten hingga tak mampu menafkahi batin istrinya itu? Hemm,
Bab 296:Antara Tangisan dan Orderan Masih pukul sepuluh pagi, Karin ingin mengambil break dari pekerjaannya dengan keluar menuju kantin yang terletak di antara komplek perkantoran Ditreskrimum dan Ditlantas.Ia berharap segelas teh manis dengan campuran irisan lemon bisa menyegarkan pikirannya.Sejak kemarin ia diperintah oleh Kompol Corina untuk membaca-baca buku, artikel, atau jurnal yang membahas psikologi wanita.Ini terkait dengan sebuah kasus kekerasan dari sebuah Polres yang sekarang tengah mendapat supervisi dari komandannya itu.Karin membaca, membuat resume, dan menyunting semua hal yang perlu dari bacaannya itu, untuk selanjutnya nanti akan ia diskusikan bersama.Tak sampai dua menit kemudian Karin telah sampai di kantin dan segera memesan segelas teh lemon.Ia sengaja memilih duduk di meja yang paling pojok. Selain karena memang itu nalurinya sebagai petugas rese
Bab 296:Lumer “Aku tadi sudah ke Rowo Bening, Bang,” kata Hekal mulai buka percakapan.“Hem-hem? Ke tempat siapa?”“Tentu saja ke rumah Abang.”“Nah, Abang kan lagi mengojek.”“Itu dia yang aku lupa. Ya sudah, sekalian saja aku silaturrahmi ke rumah Kak Eda. Sekalian juga aku nengokin Tiara.”Aje tersenyum. Ia memindahkan jaket Ayo-Jek-nya dari meja ke kursi, supaya ia bisa melipat tangannya di meja itu. Cangkir kopinya ia geser juga sedikit.“Pantas saja aku pangling dengan Tiara ya, Bang.”“Kenapa?”“Tiara makin comel begitu, pipinya makin chubby, rambutnya pun makin panjang.”Aje tersenyum lagi.“Tiara rupanya sudah lupa dengan aku, Bang. Mau kugendong dia tak mau. Mau kucium apa lagi. Aku keluar dulu, beli es krim, barulah dia mau kugendong. Hahaha.
Bab 295:Duren Montong Sepanjang perjalanan pulang ini Aje sesekali tersenyum. Ia merasa geli ketika teringat keberhasilannya melakukan ‘prank’ kecil pada Karin di gazebo tadi.Begitu lucunya mungkin bagi sang Polwan itu. Sampai ia tertawa tergelak-gelak. Berhenti sebentar untuk bertanya jawab, lalu tertawa dan tergelak-gelak lagi.Karin bahkan sampai bangkit dari posisi duduknya dan mencubiti bahu Aje.Memori di gazebo belum lama tadi ia padan-padankan dengan memorinya yang dulu bersama almarhumah Diana.Prank pura-pura tertidur akibat terkena hipnotis sendiri, dulu juga pernah ia lakukan pada istrinya itu.Betapa senang dan gembiranya Diana ketika itu. Ia tertawa begitu lepas, dan menggeram-gerami dirinya dengan pukulan bantal guling.Aje lalu menangkap bantal guling, menarik tangan Diana pula, lalu segera menyambar bibir Diana yang merona itu dengan ciuma