Dari layarnya tertulis 'Nenek Lampir', "Mau apa dia telepon jam segini?" Dilihat jam sudah menunjukkan hampir pukul 5 pagi. Heru menggeser layarnya untuk menerima panggilan itu.
"Heru? Daddy ... Daddy!" ucap Bella terbata-bata."Ada apa dengan Daddy?" tanya Heru cemas."Daddy ada di rumah sakit sekarang. Kamu ada dimana? Cepat kemari. Dokter bilang, Daddy dalam keadaan koma, kamu kemari ya? Rumah Sakit Pelita Kasih, IGD," jelas Bella."Oke, tunggu disana," tutup Heru. Mengambil pakaiannya yang berceceran diatas lantai dan memakainya kembali."Duh, Sarah gimana ya?" Dilihat Sarah yang sedang nyenyak tertidur, "nanti gue balik kemari," lanjutnya. Kemudian keluar dan menutup pintunya kembali perlahan.Villa dipagi hari cukup terasa dingin dan berkabut. Masih ada beberapa mobil yang terparkir pada halaman villa selain mobil pengantin. Sepertinya, pesta berlangsung sampai menjelang dini hari, banyak botol-botol miras berhamburan, mejaSetelah perjalanan 1 jam lamanya, taxi pun memasuki kompleks perumahan elite, "Maaf Neng, rumahnya yang mana?" tanya Sopir."Itu pak, yang warna pagarnya putih, yang terbuka lebar, yang ada bendera ...," jawab Sarah kaget melihat bendera kuning berada di depan rumah."Neng mau ke rumah duka dengan baju seperti itu?" tanya Sopir melecehkan."Bapak diam saja. Ini uangnya." Sarah memberikan uang kepada sopir dan langsung keluar dengan menggunakan high heelsnya."Siapa yang meninggal?" gumam Sarah melihat pintu gerbang yang terbuka lebar dan pintu utama yang juga terbuka. Karangan bunga turut berduka cita pun menghiasi halaman rumah, "Daddy?" tanya Sarah dengan keraguan-raguan, "Apa yang terjadi?" gumamnya.Para pelayat yang keluar dari rumah tampak heran melihat Sarah dengan pakaian yang mencolok berwarna merah, tidak seperti pada umumnya orang yang hendak melayat, berwarna hitam atau putih. Daman melihat Sarah yang baru
"Dad, Sarah senang, sudah menjadi bagian dari keluarga ini walau hanya dalam waktu singkat. Ternyata, kita belum sempat membahas aset milik keluargaku yang ada ditanganmu. Sayang, bunda ingin melepaskan aset itu dan ingin memulai hidup yang baru. Andai waktu bisa lebih lama lagi kita berbicara, ada banyak hal yang ingin Sarah utarakan. Tapi sekarang, Sarah tidak layak untuk menjadi anaknya Daddy. Maafkan Sarah, Dad. Secepatnya Sarah akan pergi dari kehidupan kalian. Semoga anak Daddy bisa menemukan seseorang yang lebih baik dari Sarah," ucapnya perlahan sambil meneteskan air mata.Sarah kembali duduk, kali ini Heru yang menghampiri Sarah, tapi Sarah memalingkan wajahnya tak berani menatap Heru. Heru pun tidak bisa berbuat apa-apa, ditambah orang-orang mulai menyalami Heru untuk berbelasungkawa.Berita kematian Sugandi membuat banyak pelayat, beberapa dari teman kampus Heru, diantaranya ada Kalina berserta ayahnya, Teddy Sugiharta, "Heru, om turut berdukacita atas m
"Sialan! Kenapa bos ingin gue datang?" pikir Haryadi mengingat-ingat jika ada hutang yang belum dibayarnya."Ah sudahlah, gue datang aja, daripada tar gue diseret, hiii." Haryadi segera merapikan diri, kemudian keluar dari kamarnya dan pergi ke pub biasa tempat Teddy Sugiharta berkantor, malam itu juga. "Bos?" tanya Haryadi ketika berada di ruang kerja Teddy Sugiharta. "Kamu siapanya Sarah Tjokroaminoto?" tanya Teddy langsung to the point."Sa ... Sarah? Ng ..., dia keponakan saya, bos. Anak kakak saya, Subrata Tjokroaminoto.""Oh, keponakan," ulang Teddy sambil mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja."Bisa kau bawa dia kemari?" tanya Teddy."Apa? Tapi untuk apa?" Haryadi balik bertanya."Akan aku berikan 10 juta untuk membawanya kemari," tawar Teddy."Sepuluh juta?" "Dua puluh juta!""Bos mau kasih dua puluh juta untuk Sarah? Tidak dengan harga murah," batin Haryadi."Hahaha
Sarah mengganti pakaiannya dan merapikan diri, dia akan ke perusahaan Heru untuk bertemu dengan Rahmat."Bun!! Sarah sebaiknya mencoba melamar ke perusahaan Hadiningrat," ucapnya bersiap untuk pergi."Bunda senang, semoga berhasil ya, doa bunda menyertai kamu, nak," ucap Helena tersenyum.Sarah masuk ke dalam mobil dan menyalakannya. Baru beberapa meter berjalan, Sarah kembali memarkir mobilnya kembali ke halaman, "Kenapa, Sar?" tanya Helena.Sarah mengecek dan melihat bannya kempes, "Bannya kempes Bun,""Kempes?" Sarah mengangguk, "Ya sudah Bun, Sarah pergi pakai taxi online saja." Helena pun mengangguk.Tiba-tiba seorang datang dengan motornya lewat, "Neng, ojek?" tanya orang itu dibalik helm full facenya."Eh, ada ojek? Bun, Sarah pakai ojek aja deh, biar cepat," panggil Sarah agar ojeknya mendekat."Hati-hati ya, Sarah," seru Helena yang tiba-tiba saja mendapat firasat tidak baik dari kepergian Sar
***"Pak, notarisnya, pak Samuel, sudah datang, Bu Bella juga sudah datang," ucap Rahmat di ruangan kerja Heru.Rahmat sudah membuat janji bertemu dengan notaris untuk membicarakan surat wasiat yang ditulis oleh Sugandi sebelum dia wafat."Baiklah, kita ke ruang meeting," jawab Heru menutup laptopnya kemudian berjalan mengikuti Rahmat menuju ruang meeting.Tampak notaris dengan asistennya, dan Bella selaku istri dari almarhum. Heru berjabat tangan dengan notaris dan asistennya, kemudian duduk disamping Bella berhadapan dengan notaris dan asistennya."Apakah istri anda tidak ikut pak Heru?" tanya notaris."Tidak pak, apakah perlu?" tanya balik Heru."Sebaiknya sih hadir," ucap notaris."Tapi, kita sudah berada disini, masa kita harus menunggu Sarah datang?" elak Bella."Sebentar, saya telepon Sarah, saya harap pak Sam, mau menunggu sebentar," sanggah Heru."Baik, saya tunggu saja."Heru kelu
"Baiklah, saya rasa sudah cukup sekian penjelasan saya, jika ada yang mau ditanyakan, kantor saya terbuka untuk keluarga almarhum. Atau bisa kontak langsung melalui asisten saya, dan akan senang hati saya menjawabnya." Notaris Samuel bangkit dari tempat duduknya bersalaman kepada semua yang ada di ruangan itu kemudian berpamitan."Sarah? Are you okey?" tanya Heru ketika melihat Sarah terlihat pucat."Gue mau ke toilet dulu sebentar," balas Sarah keluar dari dalam ruangan."Tante pergi, Tante ingin lihat apartemen yang diberikan ayahmu padaku," ujar Bella pamit dan keluar ruangan."Pak, kalau anda membutuhkan saya, saya ada di ruangan," ujar Rahmat ikut keluar ruangan, disertai dengan anggukan Heru."Jadi Daddy ingin kalau Sarah hamil buat nyerahin perusahaan?" gumam Heru memandang langit biru dari jendela kantornya.Heru tersenyum-senyum sendiri membayangkan kejadian ketika dia bercinta dengan Sarah beberapa hari yang lalu, "Apak
"Iya, pak. Pak Rahmat tidak salah mendengar, saya akan bercerai dengan Heru.""Ta ... tapi bagaimana dengan Heru? Bukankah jika bercerai statusnya tidak akan bisa mendapatkan perusahaan dalam waktu 5 tahun ini?" tanya Rahmat meminta penjelasan dari Heru dan Sarah."Saya yang hendak mengajukan gugatan cerai pak Rahmat," aku Sarah melihat Heru memalingkan wajahnya.Heru hanya bisa pasrah dan diam tanpa mengambil keputusan."Pak Heru, apakah anda bersedia untuk bercerai?" tanya Rahmat dengan suara meninggi."Sebagai kaki tangan pak Sugandi selama bertahun-tahun, saya sudah mengenal sifat, watak dan karakter pak Sugandi. Jika beliau masih ada, pasti akan menyayangkan kejadian seperti ini.""Heru, disaat seperti ini, Saya tidak memanggil kamu dengan sebutan pak, karena ini perasaan seorang bapak kepada anaknya. Bagaimana daddy-mu bercerita mengenai kenakalanmu, hingga pernikahan dadakanmu yang disetujui oleh Daddy, tidak terlepas bahw
"Ceritakan pada Bunda, apapun itu, Sarah tetap adalah anak Bunda. Dari pengalaman terdahulu, Bunda belajar, bahwa semua yang sudah terjadi, tidak dapat kita ubah, yang bisa kita ubah, hanya hati kita, sabar dan ikhlas, kemudian mencari jalan keluar. Bunda banyak belajar hidup kita hanya sepersekian detik. Andai Bunda tidak tertolong, Bunda meninggal dengan kebencian. Sekarang, bunda ingin hidup dengan damai, menerima apapun yang sudah Tuhan gariskan dalam hidup Bunda. Jadi, jangan kuatirkan Bunda. Ceritakan pada Bunda, kita akan mencari jalannya keluar bersama-sama," bujuk Helena.Sarah membalikkan badannya kemudian memeluk pinggang bundanya. Helena hanya bisa mengusap-usap rambut Sarah agar lebih tenang."Kalau Bunda mau marah, Sarah terima, ini memang dosa Sarah, Bun--.""Sttt!! Ceritakan dengan tenang dari pertama, agar Bunda bisa memahamimu," sanggah Helena dengan tersenyum.Sarah akhirnya duduk, mengusap air matanya dan menghela nafas panjan
"Apa?" tanya Sarah sambil terisak."Tante Bella sudah tidak ada." Heru menelepon resepsionis untuk meminta didatangkan seorang dokter.Sarah menelepon Helena untuk memberitahukan kalau dirinya sudah bertemu dengan Bella."Sarah, disini jam 3 pagi, ada apa telepon Bunda? Apa ada masalah? Kau sedang menangis?" tanya Helena yang baru bangun dari tidurnya."Bun, aku menemukan tante Bella!" isak Sarah."Bella? Kamu gak bercanda kan sayang? Ini jam 3 pagi loh!""Disini jam 10 malam Bun. Aku tidak bercanda.""Oke! Ceritakan pada Bunda, apa yang terjadi disana." Helena mendengarkan Sarah dengan lebih serius.Sarah menceritakan bagaimana dia bertemu dengan Bella, dan bagaimana Bella bisa berada di Paris, dan bagaimana Bella mengalami penyakit dan bagaimana Bella meninggal dunia."Kasihan Bella, dia sudah jahat, tapi biar bagaimanapun juga, Bella adalah adik iparku. Dia sudah menuai apa yang sudah dia tabur. Jadi apa yang akan kau lakukan?""Pesan terakhirnya tante Bella ingin kembali ke Indones
"Apa yang Tante inginkan?" tanya Heru."Sebelum aku pulang, aku ingin keadaanku bersih. Aku tidak meminta uangmu. Aku sudah tidak berarti lagi. Setidaknya aku menghargai diriku untuk yang terakhir kalinya," ucap Bella menundukkan kepala, namun Heru tak mengerti maksud Bella."Baiklah Tante, Sarah mengerti maksud Tante. Kita akan ke hotel bersama." Sarah menggandeng lengan Bella untuk bangkit dari kursi."Apa maksudmu. Sarah?" tanya Heru."Aku akan mendandani Tante Bella sebelum pulang ke Indonesia," ucapnya dengan tersenyum.Bella berjalan dengan tertatih-tatih didampingi oleh Sarah, dan Heru mengikutinya dari belakang.Bella terpukau ketika dia tiba di hotel bintang lima yang sangat mewah. Dia hanya bisa melihatnya dari jauh tidak pernah terpikirkan olehnya untuk dapat masuk ke hotel mewah tersebut. Entah apa yang membuatnya ke menara Eiffel ini. Josh tinggal jauh dari Paris. Dia hanya tinggal dipinggir kota dengan bank kecil sebagai tempat pekerjaannya. Berulang kali dia meminta Josh
"Tante Bella?" Heru melihat ke arah Sarah yang sedang melihat kepada seorang gelandangan. Gelandangan itu sedang membuka-buka tong sampah yang berlokasi tidak jauh dari tempatnya duduk.Heru bangkit dari duduknya, kemudian menarik tangan Sarah, "Kita pastikan, dia tante Bella atau bukan!" ucapnya berjalan ke arah orang tersebut.Gelandangan itu memakai baju hangat tebal berwarna hitam hingga sampai ke lutut, sepatu boot dan tas selempang dari kantong kresek berwarna merah, membungkuk ke arah tong sampah.Ditepuk-tepuk pundak gelandangan itu oleh Heru, dan gelandangan itu melihat kepada siapa yang menepuk pundaknya, betapa kaget Heru, dan gelandangan itu, karena memang benar apa yang dilihat Sarah adalah Bella.Bella kaget melihat Heru di depannya. Seketika itu pula, dia melarikan diri. Namun Heru dengan sigap menarik tangan Bella."Lepaskan!!! Lepaskan aku, Heru!!!" teriak Bella."Tante!! Tante tenang dulu!" Semua orang yang lalu lalang berhenti untuk melihat apa yang sedang terjadi. N
"Ya, saya bersedia!" jawab Heru sambil memandang Sarah yang berdiri dihadapannya."Sarah, apakah kau menerima Heru sebagai suamimu, dalam keadaan suka maupun duka? Dalam untung dan malang? Dalam sehat maupun sakit?" tanya seorang Pastor."Ya, saya bersedia!" jawab Sarah memandang Heru yang sedang tersenyum padanya."Heru dan Sarah, mulai saat ini, kalian sah menjadi pasangan suami istri. Heru, silahkan mencium istrimu," ujar Pastor mempersilahkan kedua pengantin untuk berciuman.Heru memandang lekat pada Sarah kemudian dicium bibir Sarah dengan lembutnya. Para bridesmaid-nya membuka confetti sehingga terdengar suara meriah disertai dengan kertas warna warni menghujani pengantin baru.Semua tamu undangan bertepuk tangan untuk Heru dan Sarah yang sudah sah menikah baik secara agama maupun secara negara.Acara pemberkatan dilanjutkan dengan acara resepsi. Para tamu undangan dipersilahkan untuk duduk dan menikmati makanan-makanan dan minuman yang lezat yang hilir mudik berdatangan. Pada ba
***"Papi, Kalina sudah tidak tahan disini," ucap Kalina pada sambungan telepon di ruang sipir penjara."Sayang, akan papi kirim seseorang pengacara, agar kamu bisa dikeluarkan dengan jaminan, oke? Apa si Heru itu tidak mau bertanggung jawab sudah menghamilimu tapi juga melaporkanmu ke penjara? Bangs*t benar si Heru!" tanya Teddy dengan rasa marahnya mendengar dari jauh putrinya dipenjara oleh suaminya sendiri."Hm, bukan Heru yang hamilin Kalina, pih ....""Apa!! Kau! Bagaimana bisa kau menikah dengan Heru tapi hamil dengan orang lain?!" gertak Teddy yang kesal dengan kelakuan putrinya."Kalina pikir, dengan cara seperti ini, bisa membuat Heru cepat menikahi Kalina," bela Kalina."Memang! Heru cepat untuk menikah denganmu, tapi pada akhirnya apa? Dia yang membatalkan pernikahannya dan melaporkan kamu ke penjara!""Maaf, papi!""Huft! Sudah tenang! Jika masalah sudah selesai, kau kemari saja! Tak usah lagi pikirin Heru! Papi butuh kamu di Hongkong! Mulai hidup baru dengan papi!"Kalina
"Dimanakah ibu Bella, sekarang?" tanya Hotman Ferris kembali."Terakhir, ketika kami kehilangan Sarah dan ibunya, pada waktu kami sedang mengikutinya, ibu Bella memberi kami sejumlah uang untuk menyuruh kami untuk mengecek di area pelabuhan, terminal, stasiun di pulau Jawa, jadi kami pulang ke Jawa.""Lalu, siapakah Ningrum itu?""Bos Kalina yang mengganti nama Bella menjadi Ningrum agar tidak mudah dilacak," jawab Hercules dengan keadaan tertunduk."Berarti dalang untuk melakukan pembunuhan adalah Kalina atau Bella?" tanya Hotman Ferris."Bukan aku pelakunya!! Tante Bella yang melakukannya!!" teriak Kalina.Tok! Tok! Tok!! "Sekali lagi mohon tersangka tidak berbicara sebelum gilirannya! Jika sekali lagi tersangka mengganggu jalannya persidangan, maka saya perintahkan tersangka untuk kembali ke ruang selnya," ancam Hakim."Mereka adalah yang menyuruh kami untuk mencelakai Sarah dengan ibunya," ringis Hercules.
"Ogah! Gue gak mau bekas orang. Lo aja kasih orang, apalagi gue, hahaha!" jawab Setiawan."Hahaha, setiap kejahatan, pasti ada hukumannya. Thanks bro, buat hasilnya," ucap Heru."Okey, gue balik ke klinik dulu, thanks buat ngopinya," pamit Setiawan meninggalkan Heru.Dengan tersenyum, Heru pun kembali ke kantornya.***"Kalina Sugiharta?" tanya polisi dengan pakaian lengkap datang ke rumah Heru."I, iya, saya, ada apa yah pak?" tanya Kalina dengan cemas melihat beberapa orang polisi dengan berpakaian lengkap membawa surat tugas penahanan."Kami membawa surat tugas untuk menahan ibu Kalina Sugiharta untuk dimintai keterangan perihal dugaan rencana pembunuhan atas Sarah Tjokroaminoto dan ibunya, Helena.""A, apa? Tapi saya tidak melakukan apa-apa!" jawab Kalina dengan panik, emosi dan tidak terima."Anda bisa menjawabnya di kantor polisi. Sebaiknya, sekarang anda bersiap untuk kami bawa ke kantor polisi," perintah polisi."Tidak! Saya tidak mau pergi!! Saya tidak melakukan apapun! Pergi!
"Tamu? Gak kok, aku sendirian aja disini. Bagaimana meetingnya?" Tanya Kalina mengalihkan pembicaraan."Cukup bagus. Mungkin dalam waktu dekat, proyek akan segera berjalan. Tunggu beberapa kali pertemuan. Mungkin bulan depan. Sekarang aku mau mencari tenaga profesional untuk menangani perusahaan baru itu," ucap Heru melangkah ke kamar mandi."Fiuh! Untung Mike cepat pulang, gue pikir Heru gak bakalan pulang hari ini," gumamnya sambil mengoleskan krim malam ke wajahnya. Dipakainya lingeri untuk merayu Heru dan ditutupnya dengan bathrobe. Tidak lupa rambutnya dikeringkan dengan hair dryer dan disemprotkan minyak wangi untuk memikat Heru.Tak lama Heru pun selesai mandi dan bersiap untuk ke ruang kerjanya, "Loh, Sayang, mau kemana?" Kalina tampak kecewa Heru tidak mengindahkan dirinya."Aku mau ke ruang kerja dahulu. Ada beberapa laporan yang harus aku cek," ucap Heru keluar dari kamar menuju ruang kerja.Dinyalakan lampu dan dibuka laptopny
***"Bagaimana dok, sudah bisa pulang?" tanya Heru."Lukanya sudah mengering, bisa pulang hari ini," jawab dokter selesai memeriksa Sarah. Helena tersenyum senang sudah seminggu lebih dia berada di rumah sakit, akhirnya Sarah boleh keluar."Aku akan memesan tiket pesawat untuk kita bertiga," ucap Heru dengan senang. Sarah mengemasi barang-barang dibantu oleh Helena. Setelah menyelesaikan segala hal administrasi rumah sakit, Heru, Sarah dan Helena naik taksi menuju bandara. Sebagian barang dikirim melalui jasa kurir, sedangkan Sarah dan Helena hanya membawa apa yang diperlukan pada saat naik pesawat.Helena duduk di dekat jendela, Sarah ditengah dan Heru disampingnya. Digenggamnya tangan Sarah dan diletakkan pada dadanya. Sarah merasa risi, tapi tidak dihiraukannya, bahkan Heru mencium jari jemari tangan Sarah."Bisakah kau hentikan itu?" tanya Sarah berbisik, karena dia tidak ingin bundanya mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh Heru.