Latif tersenyum licik begitu melihat nomor ponsel Awan dan langsung menekan tombol panggil.
Tanpa perlu menunggu lama, Awan yang saat itu masih dalam perjalanan langsung mengangkat panggilan telpon dari nomor Nadya.
Latif mendengar suara Awan dari seberang telpon dan berkata dengan singkat, "Kalau kamu ingin melihat kekasihmu selamat, datanglah ke hotel B segera!"
Tanpa menunggu balasan dari Awan, Latif langsung menutup telponnya dan kemudian, dengan tatapan seperti menelanjangi menatap Nadya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Kalian, bawa gadis ini ke kamarku!" Perintah Latif pada pengawalnya.
"Tidak-tidak, tolong jangan lakukan itu, tuan muda Latif! Bukankah anda telah berjanji akan melepaskan kami jika aku memberikan nomor Awan pada anda?" Teriak Alina coba menghentikan para pengawal Latif yang hendak membawa Nadya pergi.
Tentu saja, Latif tidak berniat sekedar mengurung Nadya di dalam kamarnya.,
Latif sudah tertarik pada Nadya
"Ciitt!!!"Roda mobil berlambang berlian tersebut berdecit dengan keras karena dipaksa berhenti oleh pengemudinya. Untungnya, asisten Erika memiliki keahlian mengemudi yang cukup tinggi dan bisa mengendalikan mobil dengan baik meski ia memaksa kendaraan yang sedang ia kendarai berhenti mendadak.Penyebabnya adalah jeritan terkejut Lona di bangku belakang karena Awan yang sebelumnya duduk di sebelah Lona menghilang secara tiba-tiba."Apa yang terjadi? Di mana Awan?" Tanya Erika segera setelah ia melihatnke bangku belakang dan tidak menemukan keberadaan Awan di sana."Aku-aku tidak tahu. Tadi, dia masih ada di sini dan tiba-tiba... menghilang!" Jawab Lona kebingungan dan juga syok.Dua menit yang lalu, ia masih berbicara dengan Awan sampai sebuah panggilan telpon mengalihkan Awan.Lona tidak tahu siapa yang menghubungi Awan karena setelah itu, ekspresi Awan tiba-tiba berubah dingin yang membuat bulu kuduk Lona jadi merinding hanya dengan
Kekacauan yang dibuat Awan sangat besar dan hampir mustahil dibersihkan begitu saja. Untungnya, hotel tersebut adalah milik keluarga Harsya. Sehingga, Erika bisa menutupi kejadian tersebut untuk sementara.Meskipun begitu, bukan berarti ini adalah pekerjaan yang mudah bagi Erika. Karena dirinya sampai harus menelpon kakeknya sebelum bisa menggunakan koneksi keluarganya untuk meredam kejadian ini.Dengan menggunakan nama keluarganya juga, Erika berhasil menekan nyonya besar Dehen dan keluarganya untuk tidak membuka mulut dan harus merahasiakan kejadian hari ini rapat-rapat.Masalahnya adalah keluarga Winata.Karena bagaimanapun, Latif Winata dan belasan pengawal pribadinya menjadi korban.Hanya saja, Erika sangat cerdik dengan terlebih dahulu membuka rekaman cctv yang ada dalam aula dan menunjukkan kalau memang Latif dan para pengawalnya yang terlebih dahulu melakukan provokasi serta menyerang Awan.Bukan pekerjaan yang solid mengingat
Lona tertegun lama merenungkan setiap ucapan Erika dan akhirnya ia menyadari darimana sebagian besar emosinya berasal.Seperti kata Erika, dia memang terkejut ketika melihat Awan membunuh banyak orang tepat di depan matanya dan saat Lona menyadari kalau tindakan tersebut dilakukan Awan demi melindungi wanita yang dicintainya, ia justru merasakan apa yang digambarkan oleh Erika padanya.Wanita yang mendapat perhatian dan perlindungan seperti itu pasti sangat beruntung dan sayangnya, wanita itu bukan dirinya tapi saudara sepupunya.Lalu, apa Lona bisa melupakan Awan atau membencinya? Ternyata, tidak!Setelah bergelut lama dengan perasaannya, Lona akhirnya memutuskan apa yang ingin dilakukannya.Lona justru semakin mengagumi Awan dan menyukainya."Tidak, aku tidak akan merebutmu dari Nadya. Tapi, selama kalian belum menikah aku akan berusaha mendapatkan sebagian kecil hatimu." Gumam Lona optimis dan seketika wajahnya yang semula terlihat muram berubah menjadi bersemangat.Di lain sisi,
Arya dan istrinya keluar dari sebuah kamar dan melihat ke sekeliling mereka dengan sedikit canggung. Terutama Alina, setelah apa yang dilakukannya kemarin dan kata-kata kasarnya terhadap Awan, namun Awan masih bersedia menampungnya.Bagaimana tidak? Alina diam-diam ternyata masih mengharapkan bisa memiliki menantu orang kaya raya. Tapi, apa yang dilakukan oleh Latif sebelumnya telah membuat semua bayangan indah Alina pupus. Jika saja bukan karena Awan, suaminya mungkin sudah mati hari ini dan putrinya mungkin juga akan kehilangan kehormatannya.Sekarang, perasaan Alina terhadap Awan menjadi sangat rumit antara takut, malu dan sekaligus berterima kasih.Takut karena kekejaman mengerikan yang ditunjukkan Awan hari sebelumnya.Malu karena setelah semua kalimat kasar dan penghinaan yang keluar dari mulutnya namun ternyata Awan masih mau menampungnya. Padahal, keluarganya sendiri dengan begitu tega membuang dan tidak lagi menganggap dirinya keluarga hanya karena ia dan keluarga kecilnya s
Di dalam kamarnya, Awan senyum-senyum sendiri saat membayangkan reaksi Nadya pagi ini. Ia kira Nadya masih marah padanya atas apa yang terjadi hari sebelumnya.Karena saat Awan membawa Nadya dan keluarganya pergi dari hotel waktu itu, Nadya hanya diam dan tidak berbicara sepatah katapun hingga mereka sampai di vila.Awan menyadari jika saat itu ia sedikit lepas kendali karena Latif yang mencoba menodai Nadya. Sangat wajar jika Nadya syok atau mungkin trauma melihat penampilan Awan yang seperti itu.Itu sebabnya, Awan sengaja membiarkan Nadya sendiri hingga pagi ini sampai ia tenang dan siap diajak bicara.Itu sebabnya, pagi-pagi buta Awan sudah membuat sarapan sebelum melakukan latihan ringan.mRencananya, setelah sarapan ia baru akan berbicara lagi dengan Nadya dan sekalian membahas rencana masa depan mereka.Kemudian, entah apa yang terjadi selama rentang waktu kemarin hingga lagi ini dan Awan sudah bisa melihat senyum Nadya kembali.Apa mungkin karena Nadya bisa sudah bisa menerima
"Apa? Kamu baru saja menolak sebuah hotel bintang lima berharga puluhan milyar?" Teriak Alina syok.Siang itu, Awan dan keluarga Nadya menyambut Erika dan juga Lona di ruang tamu vila. Selain karena Erika melaporkan bahwa situasi hari sebelumnya sudah berhasil dikendalikan, Erika juga memiliki pribadi tersendiri yaitu mendekati Awan secara diam-diam seperti yang diperintahkan oleh kakeknya.Itu sebabnya, Erika menceritakan apa yang sebenarnya telah dilakukan Awan sampai keluarga Harsya-nya bersedia mendukung Awan.Sampai pada cerita di mana Awan menolak pemberian kakek Erika sebagai bayaran atas jasanya, keluarga Nadya menjadi begitu terkejut.Bagaimana tidak? Aset yang diberikan oleh keluarga Harsya tidak sembarangan. Nilai paling rendah adalah tujuh puluh miliar dan Awan telah menolaknya begitu saja saja.Tentu saja yang paling histeris adalah Alina. Ibunya Nadya tersebut menatap Awan dengan kesal dan kepala seperti berasap. Ia berpikir bahwa tidak ada orang yang sebodoh Awan karen
"Awan, terimakasih ya karena sudah mau memenuhi permintaan kakekku." Ujar Erika saat mereka berada di dalam mobil,"Hahaha, aku yang seharusnya berterimakasih karena sudah menyelamatkanku." Ujar Awan mengibaskan tangannya dan merasa lega karena sudah bisa jauh-jauh dari Lona.Sepupu Lona itu memang berbahaya dan Awan bahkan kesulitan menghadapinya.Jika saja, Erika tidak membawanya saat ini, entah kegilaan apalagi yang akan dilakukan oleh Lona.Bayangkan saja, masih ada Nadya di dekat mereka namun Lona berani diam-diam berbisik nakal padanya, "Aku sudah memutuskan untuk terus mengejarmu dan aku tidak keberatan jadi yang kedua."Nekad gak itu namanya?Untung saat itu Nadya tidak sedang melihat ke arah mereka. Jika tidak, entah bagaimana Awan harus menjelaskannya pada kekasihnya.Jadi, tanpa mempedulikan apa permintaan keluarga Erika, Awan langsung menyetujuinya tanpa ragu dan ingin segera pergi dari sana.”Hmn, sepertinya kamu begitu senang pergi denganku! Atau jangan-jangan kamu ingin
"Jalan ini bukan ke kediaman kalian?" Tanya Awan saat melihat arah yang sedang mereka tuju berbeda dengan kediaman utama keluarga Harsya.Memang Awan pertama kali berada di kota ini dan juga pertama kali baginya berkunjung ke rumah keluarga Harsya. Namun, memiliki ingatan yang sangat kuat. Ia bisa mengingat setiap detail yang pernah ia lihat meskipun hanya sekali pandang."Benar, tujuan kita adalah ke rumah keluarga jenderal Saka." Ucap Erika dengan jujur.Erika lalu menjelaskan kalau permintaan yang sebenarnya diminta tolong oleh kakeknya adalah menyembuhkan sahabat dekatnya, seorang jenderal bintang tiga, Aiman Saka.Keluarga Saka merupakan satu dari empat keluarga besar di kota Samarda.Berbeda halnya dengan keluarga Harsya yang kuat dalam dunia bisnis, keluarga Saka justru kuat dalam bidang militer dan pemerintahan.Hampir sebagian besar anggota keluarga mereka memegang peranan penting dalam dunia militer dan juga pemerintahan. Itu sebabnya, keluarga Saka dapat disejajarkan dengan
"Apa yang mereka lakukan?""Bodoh! Mereka malah melakukannya sendiri tanpa perlu kita paksa. Hahaha!"Melihat dua tetua keluarga Saka yang dengan 'bodoh'nya coba menyelamatkan dua rekannmereka yang ada di tengah kolam membuat Edi tertawa terbahak-bahak. Ia melihat kalau keduanya sudah melakukan tindakan sangat bodoh tanpa menyadari ada sesuatu di bawah permukaan kolam.Benar saja, saat keduanya melintasi permukaan kolam yang tenang, monster ular yang sedang bersembunyi di bawah kolam langsung menyergap dan hampir saja menelan keduanya secara hidup-hidup. Jika saja Awan tidak datang tepat waktu, niscaya keduanya sudah berpindah alam dan menjadi bagian dari isi perut sang ular.Meski begitu, apa yang dilakukan Awan tidak memberi dampak apa-apa selain hanya berhasil mengalihkan perhatian si ular. Bahkan dengan serangan seperti itu tidak meninggalkan satu goresan di permukaan kulit ular monster tersebut.Edi tertawa mencemooh, "Hahaha, dia pikir dia siapa? Menyerang binatang spritual ting
Di tempat lain.Ribuan binatang spritual berlarian masuk ke dalam gua seolah sedang berlomba untuk berebut makanan. Derap langkah mereka yang besar membuat seluruh gua bergetar hebat seolah sedang dilanda gempa bumi.Pemandangan ini akan membuat siapapun gemetar ketakutan. Bahkan tiga tetua pembentukan jiwa yang dibawa oleh Edi tidak urung merasa khawatir. Jika jumlahnya puluhan, mereka mungkin masih dapat dengan mudah membunuhnya layaknya menginjak kawanan semut.Namun, jika jumlahnya sudah sebanyak ini, mereka tidak akan bisa keluar tanpa cidera."Tuan muda, situasi ini tidak terlihat bagus. Kita harus bergerak cepat!""Tetua, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Edi yang ditanya seperti itu justru balik bertanya dengan ekspresi bingung dan tegang.Kepercayaan diri yang ia tunjukkan beberapa menit sebelumnya sudah berubah menjadi ekspresi tegang. Rencana yang seharusnya mudah justru menjadi sangat sulit saat ini. Meskipun mereka berhasil mendapatkan teratai bumi dan inti monster
"Tetua Arsyad, kenapa anda berhenti di sini?" Tanya salah seorang prajurit keluarga Saka heran.Karena tetua Arsyad yang memimpin mereka tiba-tiba berhenti, membuat semua orang di belakangnya ikut berhenti dan menatapnya dengan penuh tanya,Seharusnya mereka harus bergegas kembali ke kediaman keluarga Saka. Karena disamping mereka harus membawa pil untuk kepala keluarga, mereka juga harus segera melaporkan tentang misi penyelamatan dua tetua mereka yang dipimpin oleh Dian dan meminta tim bantuan.Namun, bukannya harus bergegas kembali, tindakan tetua Arsyad yang tiba-tiba berhenti dan menunjukkan gelagat mencurigakan membuat semua orang kebingungan."Cony, serahkan pilnya padaku!" Ujar tetua Arsyad mengulurkan tangannya."Tetua, apa maksudmu? Kita harus bergegas kembali dan melapor pada keluarga utama." Ujar prajurit Cony tidak langsung menuruti permintaan seniornya tersebut."Apa perintahku kurang jelas? Cepat, serahkan pil itu padaku!" Ulang tetua Arsyad dingin."Maaf, tetua! Kami t
Ternyata, Awan sudah memperhitungkan semua kemungkinan bahaya yang dapat membahayakan dirinya dan orang-orang disekitarnya. Itu termasuk semua orang yang pernah menentang Awan seperti halnya kelompok Shelma.Tetua Dion sempat meragukan kecurigaan Awan saat itu. Menurutnya, Shelma seperti halnya semua prajurit dalam keluarga Saka adalah karakter yang sangat loyal. Karena salah satu persyaratan agar mereka bisa diterima sebagai prajurit keluarga Saka adalah mereka harus bersumpah setia menggunakan darah yang membuat mereka tidak bisa mengkhianati keluarga Saka.Hanya saja, alasan akan cukup masuk akal dengan menjelaskan kalau dirinya hanya orang luar yang membuat Shelma ataupun rekan-rekannya bisa saja menghabisi dirinya. Ditambah jika ada seseorang yang mampu meyakinkan mereka.Siapa lagi, kalau bukan Edi Purnama.Itu sebabnya, sesaat sebelum masuk ke dalam gua, sesuai dengan arahan Awan, tetua Dion sengaja memberi tanggungjawab pada Shelma dan rekan-rekannya secara khusus menjaga keam
Edi sempat salah tingkah saat Awan tiba-tiba bertanya padanya dan menjawab dengan nada agak tinggi, "Apa maksudmu bertanya seperti itu? Bagaimana aku tahu apa yang ada di dalam sana! Seperti kata Dian, seharusnya kita menyelamatkan tetua Elang dan tetua Evan sebelum ular monster itu kembali.""Begitukah?" Ujar Awan dengan senyum licik yang membuat Evan merasa gelisah layaknya seorang maling yang baru saja tertangkap basah."Bagaimana kalau kamu sudahi saja sandiwara ini, tuan muda Edi? Atau, aku sendiri yang akan membongkar kebohonganmu?""Kebohongan apa maksudmu? Jika ada yang perlu dicurigai di sini maka itu adalah kamu. Kita semua sudah melihat kalau dua tetua Saka ada di sana. Tapi, bukannya bergegas menyelamatkan mereka, bajingan ini justru membuat tuduhan tidak mendasar dan mengulur waktu yang membuat nyawa mereka bisa saja tidak dapat diselamatkan." Balas Edi ketus dan membalikkan semua kesalahan pada Awan.Selain tetua Dion, para prajurit keluarga Saka tampak mulai termakan de
Rombongan Awan masuk ke dalam gua.Gua itu sendiri memiliki lebar tidak lebih dari dua setengah meter.Hanya saja, siapapun yang masuk ke dalam gua akan merasakan tekanan yang sangat besar seolah mereka sedang memasuki mulut harimau. Tidak terkecuali mereka yang berada di ranah pembentukan inti seperti halnya tetua Dion dan yang lainnya. Mereka merasakan tekanan yang belum pernah mereka hadapi.Tidak heran, Dian yang berada di ranah pembentukan fondasi tampak begitu tertekan. Sampai-sampai ia tidak berani berada jauh dari sisi Awan. Berada di dekat Awan satu-satunya cara yang membuatnya merasa agak aman.Karena di dalam gua terdapat binatang spritual tingkat empat dan juga lebar gua yang relatif sempit, mereka tidak memiliki pilihan selain berjalan kaki dan berusaha untuk menyembunyikan hawa keberadaan mereka.Hanya saja, belum lama mereka berjalan masuk ke dalam gua, mereka terpaksa berhenti karena di depan mereka terdapat beberapa lorong.Tanpa mereka sadari, gua tempat mereka ber
Keserakahan terkadang membuat seseorang bisa kehilangan akal sehat dan nuraninya. Itulah yang terjadi pada Edi Purnama.Menurut Awan, Edi memiliki tujuan utama yang membuatnya sampai rela menjadikan wanita yang disukainya sebagai alat untuk mendapatkan keinginannya. Bisa jadi, Awan dan tim keluarga Saka akan dijadikan sebagai pengalih perhatian.Hanya saja, Awan tidak bisa menyimpulkan apa yang sedang dicari oleh Edi sampai berani mengorbankan banyak orang untuk mendapatkan keinginannya. Yang bisa dilakukan Awan saat ini adalah mengikuti permainan Edi dan membuat langkah antisipasi untuk menghindari jatuhnya korban di pihak mereka.Setelah menjelaskan rencananya pada tetua Dion, Awan lalu membuat pil pemulihan untuk kepala keluarga Saka seperti janjinya. Yang mengejutkan, pembuatan pil ini sendiri tidak menggunakan tungku alkimia seperti kebanyakan alkemis lainnya dan Awan bahkan hanya membutuh waktu kurang dari lima menit untuk memurnikan empat pil tingkat atas."Astaga! Dokter jeni
Awan dan tetua Dion sampai di area pinggir hutan yang relatif sangat sepi dan bagian belakang mereka adalah tebing yang cukup tinggi. Sebuah tempat yang cukup ideal untuk meramu pil."Dokter jenius Awan, katakan saja, apa yang anda ingin saya lakukan?" Tanya tetua Dion begitu hanya ada mereka berdua di tempat tersebut.Awan tersenyum kecil dan berkata, "Hmn, tetua Dion sangat bijak. Saya kagum, tetua dapat membaca maksud saya mengajak anda ke sini.""Jangan mengejek saya, dokter jenius Awan! Di depan anda, saya justru tidak ada apa-apanya.""Saat anda mengajak saya untuk menjaga anda membuat pil, saya menyadari kalau ada sesuatu yang anda inginkan dari saya tapi tidak ingin diketahui oleh yang lainnya. Saya melihat anda dapat mengalahkan hewan spritual tingkat tiga dengan mudah. Bagi orang lain, mungkin itu suatu keberuntungan karena mengira tetua Armen sudah tenaga dan melukai monster itu sebelumnya. Tapi, saya tidak melihatnya demikian. Ular itu bahkan tidak terluka sama sekali oleh
"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?" Tanya Dian meminta saran Awan dan para tetua.Meski dalam hati Dian sangat ingin menyelamatkan dua orang tetuanya yang ditangkap oleh monster ular tersebut. Namun, Dian masih dapat mengendalikan ketenangannya dan mempertimbangkan jalan terbaik yang harus mereka ambil.Misi menyelamatkan dua tetuanya jelas adalah misi yang hampir mustahil. Pertama, mereka tidak tahu bagaimana nasib kedua tetua tersebut saat ini. Entah mereka masih hidup atau sudah mati. Kedua, kalaupun mereka nekad pergi menyelamatkan keduanya, peluang keberhasilan mereka sangatlah kecil.Bagaimanapun lawan yang menanti mereka adalah binatang spritual tingkat empat. Sementara mereka hanya memiliki empat ahli pembentukan inti tahap menengah. Itupun jika Edi Purnama bersedia membantu mereka serta ditambah oleh lima orang pembentukan inti tahap awal.Untuk Awan sendiri, Dian tidak mungkin melibatkannya dalam misi berbahaya ini. Bagaimanapun, Awan adalah harapan kesembuhan kakeknya.