"Aku bisa saja melakukannya. Tapi, dia harus memenuhi janjinya terlebih dahulu." Ujar Awan dengan acuh tak acuh menunjuk Jay."Aku..."Ditunjuk secara langsung oleh Awan seakan menyadarkan Jay tentang taruhan yang telah mereka buat sebelumnya.Saat itu Jay begitu yakin kalau dokter Alice yang ia undang akan berhasil menyembuhkan kakeknya. Karena itu, Jay sama sekali tidak pernah terpikir kalau pada akhirnya Alice tetap saja gagal dan bahkan kondisi kakeknya menjadi kritis seperti sekarang.Jay ingin menyangkal dan menolak untuk berlutut pada pada Awan, apalagi sampai memanggilnya dengan sebutan bos. Itu sama saja menjatuhkan harga dirinya sendiri."A-apa maksudmu? Tadi-tadi itu hanya main-main.""Main-main?" Ucap Awan dengan senyum sinis."Apa ini adalah karakter keluarga Harsya yang sebenarnya? Jika saja sekarang aku adalah pihak yang kalah, kamu mungkin tidak akan melepaskanku begitu saja, bukan?""Oh, aku masih ingat kalau k
Para pengawal pribadi tuan besar Harsya terkejut dan sulit mempercayai apa yang sedang mereka lihat saat ini.Bagaimana tidak?Penyebab kenapa tuan besar Harsya sampai berakhir seperti dalam kondisi sekarang adalah karena ia memaksa menerobos agar bisa naik level yang menyebabkan meridiannya pecah dan diafragmanya hampir hancur.Hanya saja, para pengawal pribadi tuan besar Harsya hanyalah para petarung. Tidak satupun dari mereka yang memiliki pengetahuan medis sehingga mereka tidak dapat memastikan kondisi tuan besar Harsya.Ledakan energi yang sangat besar seakan dapat menghancurkan ruangan dan membahayakan semua orang. Beruntung, Awan saat itu berhasil menekan ledakan energi tuan besar Harsya dengan membentuk pembatas energi sehingga hanya menyebabkan letupan kecil sebelum menghilang dengan sendirinya."A-apa yang terjadi barusan?" Tanya Alice yang masih syok dengan apa yang baru saja dilihatnya.Menerobos? Totokan tujuh jiwa? Ledakan ener
Tuan besar tertegun beberapa saat lamanya. Ia mengira jika pemberiannya menyinggung Awan dan tidak sebanding dengan apa yang telah dilakukan Awan untuknya. Karena itu, uan besar Harsya buru-buru berkata, "Ah, maaf jika tawaran saya kurang, nak Awan. Bagaimana kalau begini saja, kamu ambil saja sepuluh properti ini. Bagaimana?"Apa? Sepuluh properti keluarga Harsya? Bukankah itu saja memberikan sepertiga aset keluarga Harsya?Semua orang tercengang dengan kemurahan tuan besar Harsya.Erika dan semua anggota keluarga Harsya terkejut dengan perubahan sikap kepala keluarga mereka. Hanya saja, mereka tidak berani memprotes sedikitpun. Walau bagaimanapun, tuan besar Harsya adalah kepala keluarga dan ia memiliki wewenang untuk memutuskan apapun yang ia inginkan.Namun, yang membuat semua orang lebih terkejut adalah sikap Awan yang lagi-lagi menolak pemberian tuan besar Harsya."Pak Malik, anda sepertinya salah paham. Aku dan cucu anda, Erika sudah membuat kesepakatan sebelumnya. Dia sudah me
"Dokter jenius Awan, tunggu!"Saat Awan bersama Lona dan Erika keluar dari pintu kediaman keluarga Harsya, seorang wanita berteriak menghentikannya.Wanita itu ternyata dokter Alice bersama beberapa asistennya.Mereka ternyata tidak langsung pergi karena Alice memilih menunggu Awan di luar rumah.Setelah melihat kemampuan Awan, membuat Alice merasa begitu penasaran dan ia memiliki tujuan sendiri dengan menunggu Awan di luar dan berbicara langsung dengannya.'Dokter jenius?' Pikir Awan terkejut dan merasa panggilan tersebut terdengar begitu aneh di telinganya. Apalagi panggilan tersebut datang dari bibir dokter Alice yang beberapa waktu lalu sama sekali tidak memandang dirinya.Meski begitu, Awan tetap menyambut hangat dokter Alice, "Dokter Alice, ada yang bisa ku bantu?""Aku lihat anda sedang terburu-buru. Karena itu, saya akan langsung saja. Saya, bersama tim saya meminta maaf atas kejadian tadi. Kami telah meremehkan dan merendahkan anda. Kami, sangat malu akan hal itu." Ucap alis
Latif Winata merupakan sepupu langsung Andreas dan termasuk keluarga utama.Melihat kemunculannya di acara ulangtahun neneknya, Nadya sudah bisa menebak jika tujuan kedatangan Latif ada hubungannya dengan Andreas.Wajar saja, jika jantung Nadya berdetak lebih cepat saat ini.Namun, yang tidak Nadya mengerti, bagaimana Latif dan keluarga Winata bisa datang ke acara jamuan keluarga Dehen? Padahal keluarga Dehen tidak memiliki hubungan bisnis dan berhubungan dekat dengan keluarga Winata. Lalu, sikap dingin neneknya hari ini, apa ada hubungannya dengan keluarga Winata?Jika benar, apa neneknya akan setega itu melemparkan anggota keluarganya sendiri ke mulut harimau?Berbagai dugaan muncul dalam benaknya dan semuanya membuat Nadya merasa kalau ia dan keluarganya berada dalam masalah besar kali ini.Apa keputusan mereka untuk meminta bantuan keluarga Dehen adalah salah?Pertanyaan-pertanyaan Nadya terjawab saat Latif dan neneknya tampak bic
Latif tersenyum licik begitu melihat nomor ponsel Awan dan langsung menekan tombol panggil.Tanpa perlu menunggu lama, Awan yang saat itu masih dalam perjalanan langsung mengangkat panggilan telpon dari nomor Nadya.Latif mendengar suara Awan dari seberang telpon dan berkata dengan singkat, "Kalau kamu ingin melihat kekasihmu selamat, datanglah ke hotel B segera!"Tanpa menunggu balasan dari Awan, Latif langsung menutup telponnya dan kemudian, dengan tatapan seperti menelanjangi menatap Nadya dari ujung rambut hingga ujung kaki."Kalian, bawa gadis ini ke kamarku!" Perintah Latif pada pengawalnya."Tidak-tidak, tolong jangan lakukan itu, tuan muda Latif! Bukankah anda telah berjanji akan melepaskan kami jika aku memberikan nomor Awan pada anda?" Teriak Alina coba menghentikan para pengawal Latif yang hendak membawa Nadya pergi.Tentu saja, Latif tidak berniat sekedar mengurung Nadya di dalam kamarnya.,Latif sudah tertarik pada Nadya
"Ciitt!!!"Roda mobil berlambang berlian tersebut berdecit dengan keras karena dipaksa berhenti oleh pengemudinya. Untungnya, asisten Erika memiliki keahlian mengemudi yang cukup tinggi dan bisa mengendalikan mobil dengan baik meski ia memaksa kendaraan yang sedang ia kendarai berhenti mendadak.Penyebabnya adalah jeritan terkejut Lona di bangku belakang karena Awan yang sebelumnya duduk di sebelah Lona menghilang secara tiba-tiba."Apa yang terjadi? Di mana Awan?" Tanya Erika segera setelah ia melihatnke bangku belakang dan tidak menemukan keberadaan Awan di sana."Aku-aku tidak tahu. Tadi, dia masih ada di sini dan tiba-tiba... menghilang!" Jawab Lona kebingungan dan juga syok.Dua menit yang lalu, ia masih berbicara dengan Awan sampai sebuah panggilan telpon mengalihkan Awan.Lona tidak tahu siapa yang menghubungi Awan karena setelah itu, ekspresi Awan tiba-tiba berubah dingin yang membuat bulu kuduk Lona jadi merinding hanya dengan
Kekacauan yang dibuat Awan sangat besar dan hampir mustahil dibersihkan begitu saja. Untungnya, hotel tersebut adalah milik keluarga Harsya. Sehingga, Erika bisa menutupi kejadian tersebut untuk sementara.Meskipun begitu, bukan berarti ini adalah pekerjaan yang mudah bagi Erika. Karena dirinya sampai harus menelpon kakeknya sebelum bisa menggunakan koneksi keluarganya untuk meredam kejadian ini.Dengan menggunakan nama keluarganya juga, Erika berhasil menekan nyonya besar Dehen dan keluarganya untuk tidak membuka mulut dan harus merahasiakan kejadian hari ini rapat-rapat.Masalahnya adalah keluarga Winata.Karena bagaimanapun, Latif Winata dan belasan pengawal pribadinya menjadi korban.Hanya saja, Erika sangat cerdik dengan terlebih dahulu membuka rekaman cctv yang ada dalam aula dan menunjukkan kalau memang Latif dan para pengawalnya yang terlebih dahulu melakukan provokasi serta menyerang Awan.Bukan pekerjaan yang solid mengingat