"Aku akan pamit untuk menyelesaikan segala urusanku. Aku minta kamu dan juga Leon bisa menjaga diri dengan baik. Mungkin ketika Kaisar kembali kemari, aku sudah akan berada di sana. Sampaikan salamku untuk ayahmu, semoga kalian semua selalu dalam keadaan sehat selalu, Dewi Bu..." Langit tidak bisa meneruskan ucapannya, karena Gadis cantik ini sudah keburu memeluknya dengan erat. Suci langsung menangis di bahunya. Leon beserta pengikutnya hanya bisa terdiam dengan berbagai perasaan berkecamuk di benak masing-masing. Jika harus jujur, semuanya merasa sedih melihat pemandangan tersebut. Itu terlihat jelas dari mata para pengawal Leon yang hampir semuanya adalah laki-laki, mereka nampak berkaca-kaca. Namun, mereka bukan sedih karena merasa terharu, melainkan mereka sedih karena merasa iri dan kesal sekaligus dongkol dengan sosok Langit. Seorang Pemuda asing yang baru saja di kenal oleh mereka, tetapi berhasil menaklukan hati Sang Ratu Primadona Cantik Jelita, Bidadari nomor satu di Duni
"Maaf, mungkin ini sangat konyol dan mengganggu kalian, tapi bisakkah kamu sedikit membantuku dengan memberikan sedikit rupiah yang kamu punya? Jujur saja, sudah dua hari ini perutku belum tersentuh apapun, selain dari air yang ada di sungai itu!" seorang pria setengah baya dengan setelan pakaian lusuh, compang-camping dan seadanya. Wajahnya nampak hitam dan berdebu. Dia mencoba memberanikaan diri mendekati meja yang tengah diisi oleh empat orang anak muda yang sibuk bercengkrama, sambil sesekali menyuap hidangan berkelas yang merupakan favorit dan andalan dari Resto besar tersebut. "Hei, siapa anda? Apa anda sedang bertanya kepada kami?" tanya seorang gadis cantik bermata biru, berwajah Indo-Eropa, berambut panjang berwarna merah terurai. "Ohh, ayolah, kenapa orang macam ini bisa masuk kemari? Apakah tidak ada sekuriti yang berjaga di depan sana?" sela temannya, seorang gadis cantik berkata coklat, dengan bulu mata tebal, berambut pendek sebahu kurang senang. "Uhh! Dia sangat bau
"Hei, apa-apaan ini? Apa yang kalian lakukan?" Travis memberontak ketika dipaksa masuk ke dalam mobil. Sementara ketiga temannya, Audrey, Nadine dan Vania sudah lebih dahulu masuk ke dalam Van besar warna hitam yang terparkir di sudut area Restauran. "Berteriaklah kalau kamu memang ingin mati di sini!" ancam pria ber jas itu dengan tegas. Lalu memasukan Travis ke dalam Van, bergabung dengan mereka. Orang-orang berjas, yang secara keseluruhan berjumlah empat orang itu masuk ke dalam Van. Dua orang berada di depan, sementara dua lagi ikut masuk ke pintu tengah tempat Audrey cs berada. "Kalian akan kami ajak menemui kawan kalian, jadi jangan ada satupun yang bertindak bodoh. Karena kami tidak akan segan melukai atau bahkan mengakhiri hidup salah satu dari kalian!" salah satu dari pria ber jas plus kacamata hitam itu berkata menebar ancaman. Sepucuk pistol FN-16 sengaja dikeluarkan dari balik jasnya, bermaksud untuk mengintimidasi para 'Sandera' di sana. "Ada apa ini? Apa kalian sedan
Club Tinju Kick Boxing 'Tendangan Petir'. "Si Bodoh ini tetap tidak mau menyerah, padahal sudah kubilang dia bukanlah lawannya! Tapi aku kagum dengan semangatnya," ujar seseorang di pinggir Ring. Dia sangat intens menyaksikan komite sparring antara petarung muda melawan sang Senior yang juga merupakan instruktur dan salah satu bintang di Sasana itu. "Awan maksudmu? Dia memang sangat antusias, padahal usianya belum genap enam belas tahun, tapi semangatnya sungguh luar biasa!""Ya, Aldo sampai jengkel di buatnya. Sudah lima ronde ini, Awan dibuat jatuh berkali-kali, tapi tetap saja tidak mau menyerah kalah! Apa kamu merasakan sesuatu yang luar biasa pada diri anak itu?""Ya, semangat juangnya! Dia adalah anak sekolah menengah yang hobi dan memiliki bakat berkelahi. Tapi hebatnya dia tidak pernah menunjukannya di sekolah. Dia selalu diam ketika di bully oleh para jagoan di sekolah. Adikku yang bilang seperti itu. Dia adalah korban penindasan dari teman-temannya. Aku sendiri heran kenap
"Siapa orang aneh ini? Kenapa dia bisa dengan bebas bilang bahwa Tiga Bidadari kita diculik? Apa dia salah satu utusan mereka?" hardik Dave sambil menunjuk sosok yang nampak lusuh dan tidak terurus. "Dia adalah salah satu anak Kampus kita, namanya Travis, apa kamu tidak mengenalinya?" ujar Gavin mengingatkan. "Oh begitu? Kalau begitu dia adalah si pengecut yang dengan mudah meninggalkan para wanita termasuk pacarku begitu saja? Sebaiknya dia kubuat jadi bubur saja sampai mampus!" Dave segera melayangkan tinjunya, namun segera di tahan oleh Andre. "Apa yang kamu lakukan bodoh! Dia berjuang mati-matian karena di suruh oleh Audrey untuk mengabarkan dan memberi tahu kita!" "Kenapa dia mau disuruh oleh wanita padahal dia sendiri harusnya melindungi mereka? Itu memang keinginan dia agar bisa selamat dari sana! Dasar lelaki pengecut tidak punya hati dan moral!" hardik Dave tetap berapi-api. "Tenanglah Dave, yang terjadi saat ini adalah murni sebuah musibah. Masih untung kita di beri tah
Langut tertahan beberapa hari di Ibu Kota. Beberapa Presiden Komisaris dan Direktur Utama, serta CEO ari beberapa Perusahaan Besar, Multi Nasional yang selama ini dijalankan oleh mereka dibawah naungan Bendera Roman Emperor, meminta bertemu dengan sang Owner yang selama ini cenderung selalu berada di belakang layar. Mereka adalah orang-orang penting yang memegang beberapa posisi strategis di negeri ini. Bahkan hampir sepertiga dari mereka adalah tokoh-tokoh sentral yang ikut memegang Kebijakan serta mengatur lalu lintas Bisnis, baik pemeratan serta pertumbuhannya. Dengan kata lain mereka ikut memiliki andil yang besar dalam menentukan arah Kebijakan Pembangunan dan Perekonomian negeri ini. Mereka ada yang menjabat sebagai Menteri, Presiden Komisaris BUMN, Gubernur, beberapa Jenderal yang memegang posisi strategis di Kemiliteran, beberapa Ketua Partai Politik Besar, dan beberapa Raja Bisnis, Pengusaha kelas kakap yang hampir dipastikan masuk dalam jajaran elit dua puluh besar orang-o
Audrey, Nadine dan Vania di bawa ke sebuah ruangan yang cukup luas dan nampak terawat. Jauh berbeda dengan kamar tempat mereka berada sebelumnya. Beberapa perabotan lux dan mewah nampak berjejer dan terpampang di sana. Menandakan bahwa rumah besar tersebut bukanlah rumah kosong yang tidak berpenghuni, tapi merupakan rumah seseorang yang sengaja dijadikan tempat untuk penyekapan. Namun bukan itu yang menarik perhatian mereka. Audrey Cs melihat bahwa di ruangan itu terdapat beberapa puluh orang berpakaian jas hitam yang nampak berdiri mengelilingi sebuah sofa besar, dan disana telah duduk menanti tiga orang asing yang kelihatannya merupakan orang-orang penting, pimpinan dari mereka semuanya "Selamat datang di kediaman ku para bidadari cantik!" ujar seseorang yang duduk ditengah-tengah. Seserang memakai masker putih, dengan ikat kepala putih menutupi kepala, memakai pakaian jubah serba putih. Walau aksennya terdengar asing, dia cukup fasih menggunakan bahasa negeri ini. Suaranya terden
"Hmm, sepertinya seseorang belum menceritakannya kepadamu. Baiklah, aku akan menceritakannya, tapi nanti. Karena sebelum itu, aku memang ada keperluan penting untuk mendatangimu! Wahai anak muda bernama Langit, apakah kamu pernah berjanji pada sahabatku ku agar bisa membantu dia untuk membereskan tentang masalah pembalakan hutan beberapa waktu yang lalu, apakah kamu masih mengingatnya?""Sahabatmu? Pembalakan Hutan? Aku... Ya Tuhan... !Kamu benar! Kenapa aku bisa lupa? Maha Patih Gunung Mulia, Ki Maung Bodas!""Bagus! Berarti kamu ada hutang yang harus di bayar. Kamu ada janji yang harus kamu penuhi! Asal kamu tahu anak muda, Ki Meong Bodas adalah sahabatku! Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang? Apa kamu akan membayar segala hutangmu, atau aku akan menagih paksa atas janji yang belum pernah kamu tunaikan?""Aku tidak akan pernah mengingkari janjiku kakek! Tapi saat itu, bahkan saat ini, kekuatanku masih belum begitu mampu untuk mencapai ke ranah sana. Tapi aku akan terus berjuang
Gurick segera melompat dengan cepat dari bukit kecil tersebut, langkah kakinya yang ringan menjadikan dia terlihat seperti tidak sedang menapak tanah. Di tangan kanannya tergenggam sebilah Pentungan sepanjang satu meter berbentuk gada dengan ujung bulat, dipenuhi dengan duri yang runcing. Gada berduri terbuat dari batu Pualam Stalaktit tersebut merupakan senjata andalan dari Jenderal Gurick, salah satu Jenderal Goblin terkuat. "Tuan, biar aku yang hadapi dia!" Bullock bersiap dengan kuda-kudanya. "Tidak Bullock, mundurlah! Dia tidak seperti yang kau kira! Kekuatannya, jauh berada di atasmu!" Langit mencegah sambil bergerak cepat mendahului Bullock. Sekilas saja dia sudah bisa menakar dan mengetahui Kekuatan dari Jenderal Goblin satu ini. Setidaknya, dia sudah berada di Ranah Alam Master! "Tuan, tapi.... " "Bullock, dengarkan saja apa kata Tuan Langit! Apa kau tidak merasakan Aura Kuat dari Goblun itu?" David Huang ikut mengingatkan. "Tapi, apa kita harus berpangku tangan
Tiga sosok itu nampak memandang tajam ke arah Langit dan Kawan-kawan. Mata mereka yang besar seperti ingin meloncat keluar. Sepasang taring terselip di sela-sela bibirnya. Denga telinga mereka yang lanncio dan muka mereka yang lonjong dan agak panjang mirip seperti tokoh-tokoh monster fiksi di film kolosal. Dan wajah mereka terlihat marah! "Tuan.... Kemungkinan mereka adalah pemimpin dari para Goblin ini, sebaiknya kita harus lebih berhati-hati agar tidak ditangkap oleh mereka!" ujar Marcella mengingatkan. "Memang kenapa kalau sampai di tangkap oleh mereka? Apa mereka akan menyiksa kita?" tanya Mei Hua penasaran. "Tidak, mereka tidak menyiksa, mereka hanya akan... Menjadikan kita Makan malam!" "Aa..Apa...!?" "Yang benar saja! Kenapa kita bertemu mahluk seperti ini lagi?" "Bukankah aku pernah bilang bahwa mereka adalah Mahluk pemakan segala, termasuk Manusia!" "Hiiiyy... Apa kamu pernah bilang begitu sebelumnya? Bukankah itu hanya berlaku pada Kumpulan Monyet..." "Mer
Seiring Kabut yang meluruh turun ke dataran Padang Batu di sekitar Gua, Langit merasakan ada Aura penampakan sosok-sosok yang bermunculan dari segala arah, mereka terlihat seperti Siluet yang bergerak di antara Kabut. Sosok-sosok bertubuh pendek namun lebar dan gempal, berdatangan dari segala arah, seperti hendak mengepung meereka. Langit memperkirakan jumlah mereka semua lebih dari pada seratus orang! "Tu.. Tuaaannn.... " "Tetap tenang dan waspada! iSepertinya kita sudah mulai!" Langit memberi isyarat. "Ta.. Tapi Tuan... Aku merasakam malas dan segan untuk melawan mereka, aku.... Aku...." David Huang merasakan Kepalanya berputar hebat. "A... Aku ju... Juga...."Dakhor ikut menimpali. Bukan cuma mereka berdua, hampir semua orang ikut merasakan hal yang sama. Merasakan pusing luar biasa, seiring dengan Kabut Asap yamg terus meluruh turun menuju Bumi. Semuanya merasakan pandangan mereka mulai berbayang, terasa berat dan kabur. "Kenapa ini? Ada apa dengan kalian? Apakah ini karen
"Gila, tidak. bisa ku percaya! Apa yang terjadi sebenarnya?" "Kenapa mesti di pertanyakan lagi kakak? Bahkan sekelas Arson, Pemimpin Utama para Elf di Hutan Larangan berhasil di kalahkannya. Benar kata Tuan Muda Veganza, ini sungguh sangat menarik!" Aurora tersenyum senang. Veganza ikut menganggukan kepalanya. Dia ikut tersenyum menanggapi. "Hei, jangan lupa taruhan kita! Apa kamu sengaja pura-pura tidak mengetahuinya?" Nebula mengingatkan. *Iya, berisik! Aku tidak akan lupa, nanti akan aku ganti dengan Black Diamond Lizard, apa itu cukup membuatmu senang adikku yang cerewet?" "Hmm, padahal aku ingin kamu jadi pelayanku! Tapi baiklah, itu tidak buruk. Aku akan menerimanya!" Nebula mengangkat bahunya. "Huh, pura-pura tidak butuh, padahal kamu sangat menginginkannya!" "Sudah ku bilang jangan mengganggu Tuan Veganza dengan permainan bodoh kalian! Tuan Veganza, apa kamu tidak sebaiknya menghukum mereka berdua?" tanya Andromeda sambil mendelik kesal. "Hehe, tidak perlu, mereka suda
Dari tangan Arson keluar lingkaran Api berwarna biru disertai dengan Petir yang berputar menyemuti seluruh tubuhnya. Seperti layaknya Tornado yang mengeluarkan hawa panas, menggulung dengan cepat lalu melesat keluar memapaki serangan ke tujuh Hewan Buas itu, dan mengenai mereka semuanya dengan telak! Ketujuh Sabbertooh Unicorn itu meraung panjang seperti kesakitan, ketika tubuh mereka dihantam dan tersengat oleh Tornado Api Petir berkekuatan besar tersebut. Mereka terlempar dengan keras, dan terpelanting ke segala arah, terkena serangan hebat dan dahsyat milik Arson. Semua terkejut melihatnya! Mereka baru pertama kali melihat sebuah pemandangan yang hebat seperti ini. Sungguh kemampuan yang dahsyat luar biasa! "Gila! Apa dia seorang manusia!? Orang ini bisa mengeluarkan Api dan Petir sekaligus!""Dia bukan manusia, dia adalah Elf! Bukannya kalian tadi sudah di beri tahu?""Inikah kekuatan dari para Peri? Sungguh mengerikan!""Ya, kekuatan yang bahkan bisa setara dengan Bom, kuras
"Hei, apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka malah turun tangan tanpa Persetujuan kita!?" Veganza terkejut. Dia tidak menyangka bahwa para Penguasa Hutan Larangan hadir tanpa pemberitahuannya. "Bukankah Aurora yang memutuskan untuk melepas Macan-macan itu sebelumnya? Betul demikian?" seseorang bertanya dengan tegas. Ketiganya serentak menoleh. Sosok gagah dan tampan berpakaian ala Bangsawan berwarna Hitam-hitam, berjalan dengan langkah tegas menghampiri mereka Andromeda! "Ouww, ada apa dengan kakak kita ini? Bukannya kamu sedang bersama Tuan Muda Ancelot untuk mengurus sesuatu?" Aurora terkejut sambil balik bertanya. "Iya, tapi aku tidak tenang dengan kalian yang selalu mengganggu Tuan Muda Veganza! Lagi pula Tuan Muda Ancelot sekarang sedang kedatangan Tetua Lord Cyrus di Kediamannya. Apa sebenarnya yang sudah kamu lakukan Aurora? Bukankah ini melanggar aturan?" Andromeda segera duduk di sebelah Veganza. "Aurora tidak salah, aku memang yang sengaja memerintahkan dia untuk b
"Siapa kamu manusia? Sepertinya kamu bisa mengerti Bahasa kami!? Sebaiknya lepaskan ikatan Kuasa mu pada Ketujuh Hewan ini. Karena mereka adalah Tujuh Pemimpin dari Tujuh Klan Raja Harimau yang menjaga dan melindungi hampir keseluruhan dari Hutan Larangan ini. Jika kamu ingin selamat, sebaiknya lepaskan mereka segera!" ujar seseorang dari mereka. Seorang pria gagah dan tampan dengan wajah klimis berambut pirang panjang yang di ikat rapi sampai ke punggung, Bertubuh tinggi tegap dengan Out fit Kebesaran berhiaskan Mutiara, Zamrud dan Intan di setiap sisi baju jubah merahnya. Pakaiannya sendiri terbuat dari Sutera yang terlihat mewah, menambah Elegan dan Agung penampilannya. Sebab Mahkota Kecil nampak bertengger di kepalanya. Sementara di sisi kiri dan kanannya berjajar masing-masing tiga orang dengan pakaian dan jubah yang hampir sama mewahnya, namun berlainan warna. Mereka adalah Tiga Wanita yang terlihat sangat cantik seperti boneka dan empat laki-laki yang juga terlihat sangat ta
"Selamat malam Tetua Lord Cyrus., Terima kasih sudah menyempatkan datang kemari. Mohon maaf jika saya sudah merepotkan anda! " Anceelot menjura hormat. Di hadapannya hadir seorang pria setengah baya nerrubuh tinggi tegap dengan Jubah Putih besar yang menyelimuti hampir seluruh tubuhnya. Rambutnya yang panjang sebahu dan sudah mulai beruban, nampak diikat rapi ke belakang. Sebuah Ring berwarna Emas tanda seorang Lord memghiasi Kepalanya Wajahnya yang bulat telur dengan sepasang mata yang kecil namun tajam, berhidung lancip hanya tersenyum tipis menanggapi mukadimah pendek yang disampaikan oleh Ancelot. "Aku langsung saja pada topik, anakku. Aku mulai khawatir dengan segala perkembangan yang ada hari kemarin, hari ini, dan juga hari kedepannya. Apakah ada yang bisa kamu jelaskan kepadaku?" Lord Cyrus duduk di sebuah Kursi Kayu mewah berukir Lambang kebesaran Akademi. "Mengenai itu, besok baru akan saya sampaikan pada Pertemuan dengan Para Tetua dan Mentor terpilih...""Kamu harus cer
"Bullock, kamu tidak apa-apa?" Maecella berteriak khawatir. Dia tidak memungkiri, dia begitu mencemaskan 'teman dekatnya' ini.Bullock saat ini tengah berjibaku dengan dua dari Lima Sabbertooh bertanduk seukuran Kerbau besar itu dengan mengandalkan kecepatan dan Tinju Jarak Jauhnya yang kuat. Dua kali Tinju Jarak jauhnya di arahkan pada kawanan Macan Besar bertaring Pedang itu dengan harapan bisa melumpuhkan mereka. Namun Bullock tidak menduga sama sekali ketika mereka berhasil menghindar dari Tinju andalan miliknya. Bahkan Macan itu seperti memiliki insting dan naluri yang kuat, Mereka langsung menyebar ke dua sisi, mengurung dan mengapit Bullock dari dua arah, lalu melakukan serangan dengan cepat, membuat Bullock urung melakukan serangan, dan memilih menghindari mereka dengan bergulingan di tanah!Dua ekor Macan itu terus memburunya, membuatnya harus jatuh bangun menghindari mereka. Bullock mau tidak mau harus bertindak lebih cepat, hingga akhirnya dia memutuskan untuk menghadapi