Share

Bab 37

Author: Mr. Crawford
last update Last Updated: 2025-04-15 04:00:00

Anisa menelan saliva dan mengangguk, "Saya sangat mengerti, Bu Rianti. Saya tidak akan memanfaatkan situasi untuk bersikap sombong dan merendahkan orang lain. Saya tidak akan mengecewakan Anda, dan orang yang telah merekomendasikan saya." 

"Baguslah, jika kau paham!" ujar Rianti, sebelum mengambil sebuah map dari meja dan menyerahkannya pada Anisa, "Antarkan ini ke kantor Presiden di lantai paling atas gedung ini! Aku beri tau padamu, Presiden bukanlah orang yang bisa di ajak bercanda. Jadi, Berhati-hatilah saat bicara dengannya, atau kau akan kehilangan pekerjaan ini. Meskipun aku tidak tau siapa yang merekomendasikanmu ke perusahaan ini. Tapi ketahuilah, jika kau sampai membuat Presiden tidak senang, kau pasti akan selesai!"

Anisa menerima map tersebut dari tangan Rianti sebelum mengangguk, "Baik, terimakasih telah mengingatkan. Kalau gitu, saya permisi dulu." 

Setelah itu, dia membungkuk sedikit dan berbalik

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 38

    Anisa langsung mengangguk, karena memang ada banyak yang ingin dia tanyakan ke Safak. Mereka lalu keluar dari ruangan kantor Presiden dan duduk di kursi koridor yang sepi. Safak agak gugup, namun mencoba untuk tetap terlihat tenang.Dia tersenyum dan berkata, "Nisa, senang sekali bisa bertemu denganmu lagi. Bagaimana kabarmu?"Safak memang sudah tahu semua kabar tentang Anisa. Namun untuk basa-basi, tidak ada salahnya juga bertanya seperti itu. Setidaknya, begitulah yang dia pikirkan sekarang."Aku cukup baik. Kamu sendiri bagaimana?" balas Anisa.Safak mengangguk, "He he, yahh... aku juga cukup baik."Karena sudah lama tidak mengobrol seperti ini, keduanya benar-benar menjadi canggung.Anisa menghela nafas dan menatap Safak, "Kamu juga kerja di sini?"Safak ingin menjawabnya, namun Anisa menyela saat d

    Last Updated : 2025-04-15
  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 39

    Safak langsung tersadar dari kegirangannya dan menarik tubuhnya kembali. "Maaf, maaf! Aku... Aku barusan lupa diri karena terlalu senang."Anisa hanya menghela nafas, sebelum berkata, "Sudahlah, jangan terlalu berlebihan. Aku memang sudah memaafkan kamu, tapi bukan berarti semua akan kembali seperti dulu. Kita tetap bisa bersikap berteman, namun harus menjaga sikap profesional dan batas-batas yang sesuai di tempat kerja."Safak mengangguk, "Ya, betul. Aku setuju. Baiklah, maaf atas tindakanku yang tadi. Aku berjanji tidak akan mengulanginya. Dan sekali lagi, terima kasih karena kau telah memaafkanku."Setelah jeda beberapa saat, Anisa bertanya lagi, "Emm... Safak. Kalau boleh tau, sebenarnya kamu bekerja di bagian apa? Kenapa tadi bisa ada di ruangan Presiden?"Sebenarnya Safak tidak ingin membohongi Anisa, namun karena takut wanita ini akan pergi jika dia berterus terang, ya akhirnya dia berbo

    Last Updated : 2025-04-15
  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 40

    Anisa yang merasa panik dan tegang, tidak bisa berbuat banyak selain menunggu dengan gelisah. Dia merasa sangat menyesal atas kesalahannya yang tidak disengaja. Namun dia tetap berharap agar Presiden atau Pak Hermawan memberinya kesempatan untuk membuktikan bahwa dia bisa belajar dari kesalahan tersebut.Panggilan telepon dari Rianti langsung diangkat oleh Hermawan. "Ya, ada apa, Rianti?""Pak, maaf mengganggu waktu Anda, tapi ada yang ingin saya laporkan. Ini bukan tentang pekerjaan, melainkan tentang kelalaian saya mengatur bawahan. Sebelumnya saya minta maaf Pak, saya benar-benar minta maaf. Tadi saya belum sempat memberitahu seorang karyawan baru bernama Anisa. Hingga membuatnya salah masuk dan naik lift khusus Presiden Direktur. Saya salah karena lalai, dan Anisa juga salah karena tidak bertanya lebih dulu. Jadi bagaimana baiknya kita menyelesaikan masalah ini?" jelas Rianti."Saya merasa sangat khawatir, keja

    Last Updated : 2025-04-15
  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 41

    "Anisa, apakah kamu sudah sadar akan kesalahanmu?" tanya Hermawan dengan nada tegas dan serius.Anisa mengangguk cepat, "Ya, Pak Hermawan. Saya benar-benar tidak sengaja naik lift khusus Presiden. Saya tidak tahu kalau itu adalah lift khusus. Saya sangat menyesal atas kesalahan ini.""Hmm, baiklah. Saya hanya ingin memastikan bahwa kamu sadar akan kesalahanmu dan siap menerima konsekuensinya. Jangan biarkan hal seperti ini terulang kembali," jelas Hermawan dengan tegas.Anisa kembali mengangguk, "Saya berjanji, Pak. Saya akan sangat berhati-hati di masa depan. Saya tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.""Baiklah, meskipun hal semacam ini tidak akan membuatmu dikeluarkan, tapi kamu tetap harus menerima konsekuensinya. Kamu harus paham, kalau salah tetaplah salah dan itu tidak bisa dibenarkan. Jadi, yang namanya salah tetap harus dihukum sesuai aturan perusahaan. Agar menjadi pelajaran bagim

    Last Updated : 2025-04-16
  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 42

    Widia pun terkekeh, "He he... Jadi kau mengaku sebagai orang kepercayaan Presiden Direktur, ya? Agak lucu sih, karena kau Presiden Direkturnya sendiri, tapi malah jadi orang kepercayaannya, sekarang.""Lucu juga gak apa. Yang penting, aku bisa bersama Anisa tanpa ada jarak. Dan yang lebih penting lagi, aku tidak akan terganggu dengan mulut cerewetmu itu!" jawab Safak."Heee, iya deh iya. Huh, padahal aku mau ajak Kak Nisa beli mobil baru, sebagai hadiah. Tapi karena kalian akan bersama-sama malam ini, uh aku gak akan ganggu kalian lagi!" ujar Widia.Meskipun kesal, namun dia juga merasa senang, karena kakak dan calon kakak iparnya itu bisa berduaan.Setelah mematikan panggilan, Safak langsung turun dari ruang kerjanya menuju ruang kerja Anisa. Orang-orang yang melihatnya, tentu langsung memberikan penghormatan, dengan membungkukkan badan mereka sedikit.

    Last Updated : 2025-04-16
  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 43

    Anisa lalu tersenyum kecut dan berkata, "Dari dulu gak pernah berubah, selalu ada... saja, cara buat maksain kehendak."Safak hanya memamerkan giginya dan menjawab, "Heee... Makanya nurut, biar gak dipaksa."Setelah menggelengkan kepala dan menghela nafas, Anisa akhirnya melangkah naik ke dalam mobil Rolls-Royce Phantom. Saat itu jantungnya berdebar-debar, karena ini adalah pertama kalinya dia naik mobil mewah seperti ini."Sudahlah, jangan tegang begitu! Aku bakal sering-sering ajak kamu naik mobil ini, supaya kamu jadi terbiasa," ucap Safak, ketika dia naik ke kursi pengemudi."Tidak perlu! Cukup sekali ini saja aku naik mobil ini. Besok-besok aku tidak mau," ujar Anisa.Safak menoleh ke arah Anisa dan bertanya, "Loh, kenapa emangnya? Kau tenang saja, mobil ini punyaku dan meskipun kau mau memakainya juga tidak masalah."Anisa menghela naf

    Last Updated : 2025-04-16
  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 44

    Mereka adalah Tegar dan Dinda. Dinda yang memang sudah berseteru dengan Anisa langsung berkata, "Kalau tidak mampu makan di restoran mewah seperti ini, tidak perlu kau paksakan. Sok pakai acara nyewa ruangan VVIP segala. Kau pikir kau mampu membayar biaya sewa ruangan VVIP yang harganya satu juta per jam? Apakah kau sudah lupa dari mana asalmu, Anisa?" Terlihat sekali, kalau Dinda sangat meremehkan Anisa bahkan sengaja memprovokasi dia.Sebenarnya, kedatangan Tegar dan Dinda ke ruangan itu juga bukan hanya kebetulan. Saat Safak dan Anisa masuk ke restoran mewah ini, Dinda sangat terkejut dan tidak mempercayai yang dilihatnya. Untuk memastikan jika yang dilihatnya tidaklah salah, dia mengajak tegar untuk mengikuti Safak dan Anisa.Hingga sampai di depan pintu ruang VVIP dan keduanya mendengar perdebatan antara Safak dan Anisa, barulah mereka sadar kalau mereka tidak salah mengenali orang. Untuk lebih pastinya lagi, mereka langsung

    Last Updated : 2025-04-16
  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 45

    Dinda yang mendengarnya langsung membuka mata dan mulutnya lebar-lebar. Dia juga sangat terkejut, "Astaga, Tegar. Tidak disangka ternyata Anisa benar-benar serendah ini. Dia... pantas saja dia berani mengajukan cerai padamu, ternyata dia sudah kembali berhubungan lagi dengan mantan pacarnya. Sial, Nisa... Kau benar-benar menjijikkan! Apakah tidak ada laki-laki lain lagi yang mau sama kamu? Sampai-sampai kau kembali bersama masa lalumu?"Tegar yang sudah sangat marah begitu tahu kalau laki-laki di sebelah Anisa adalah Safak, mantan pacar istrinya itu. Menjadi bertambah marah begitu mendengar komentar dari Dinda. Dia menatap tajam pada Anisa, "Nisa, apa maksudmu seperti ini? Kau... Kau masih istriku! Berani sekali kau malah berkencan dengan mantan pacarmu!" Tegar langsung memegang tangan Anisa dengan kasar, "Ayo pulang! Aku akan menghukummu, karena kau telah berani selingkuh dengan mantan pacarmu di belakangku!"Anisa mencoba melepaskan

    Last Updated : 2025-04-16

Latest chapter

  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 58

    Minah menjawab, "Sudah sebulan yang lalu. Ya, aku lupa mau memberitahu kamu. Kamunya juga sangat sibuk, jadi mana sempat aku bicara ke kamu. Lagian, aku tidak pernah berpikir semuanya akan jadi seperti ini. Aku tidak pernah berpikir kalau wanita itu akan seberani itu menuntut harta gono-gini padamu. Aku juga tidak mengira, kalau wanita itu akan bisa membayar seseorang pengacara besar seperti Pak Erickson. Melihat kondisinya, untuk membayar pengacara biasa saja sepertinya mustahil. Tapi bagaimana bisa dia tiba-tiba punya uang untuk membayar pengacara besar seperti Pak Erickson?"Hana yang dari tadi diam, tiba-tiba angkat bicara, "Eh Kak Tegar, benarkah yang Kakak katakan? Si jalang itu membayar Pak Erickson sebesar 30 miliar hanya untuk menyelesaikan kasus perceraian ini? Lalu apa Kak Tegar percaya begitu saja?"Tegar menatap Hana, "Apa maksudmu?"Hana menghela nafas dan mulai menjelaskan, "Ya, secara... Seperti yang Ibu bilang barusan. Kita semua di sini tau kon

  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 57

    Anisa dan Safak mengangkat kepalanya bersamaan dan menatap Dilla. "Ya, ada apa?" tanya Anisa."Barusan Nona Widia sudah mengirim pesan, beliau menunggu saya di luar, jadi saya mau pamit pulang dulu sama Jihan," ujar Dilla.Anisa cukup terkejut mendengar yang dikatakan Dilla, "Apa? Widia sudah di luar?" Dia berdiri, "Di mana dia sekarang? Aku mau ketemu dia sebentar."Sementara itu, Safak hanya berpikir, 'Ohh, jadi anak itu sudah di luar? Ha ha... Dasar, tau juga kalau Kakaknya lagi pengen berduaan, jadi dia gak datang buat ganggu!'"Em, Nona Widia bilang, beliau tidak mau mengganggu pekerjaan anda, makanya beliau tidak masuk. Beliau juga meminta pada saya untuk menyampaikan pesan," jelas Dilla."Pesan? Pesan apa itu?" tanya Anisa."Beliau berpesan agar anda tetap melanjutkan pekerjaan Anda saja. Nona Widia tidak mau mengganggu pekerjaan Anda

  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 56

    Dengan perlahan, Anisa menatap Safak, matanya penuh dengan keraguan. Hingga akhirnya, dia memutuskan untuk mengambil sepotong makanan dan mencicipinya. Rasa makanan yang lezat langsung menyapa lidahnya, membuat Anisa tidak bisa mengangkat kedua alisnya, "Ini... Ini... Ini enak sekali! Bagaimana ada makanan seenak ini?"Safak merasa sangat puas dengan reaksi Anisa, dan dia tersenyum. "Lihat kan? Sudah kubilang, makanan ini sangar enak. Aku tidak mungkin ajak kamu makan di tempat yang asal. Aku pasti mencarikan yang terbaik buatmu."Menghembuskan nafasnya, Anisa membalas, "Hemm, mulai... mulai... dengar ya Safak, aku memaafkanmu hanya demi teman-temanku. Karena sebenarnya aku belum benar-benar memaafkan kamu. Jadi, jangan gombal-gombal gitu. Gak bakal ngaruh buat aku."Safak tersenyum kecut, "Iya deh iya. Terserah kamu, mau itu demi teman kamu atau demi siapapun. Yang penting sekarang, kita makan dulu. Kamu harus mengisi k

  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 55

    Anisa terdiam sejenak, matanya menatap Safak dengan penuh pertimbangan. Akhirnya, setelah beberapa saat berpikir, dia tersenyum kecut dan menghela nafas panjang. "Baiklah, aku maafkan kamu, Safak. Kita bisa makan siang bersama."Safak tersenyum lega, "Terimakasih, Nisa. Ayo, mari kita makan bersama-sama."Semua orang bersorak, "Yeay!"Safak lalu memberikan kode lewat kepalanya pada para pelayan, untuk meletakkan satu persatu makanan di tangan mereka ke meja kargembira. Dan para pelayan segera melakukan seperti yang diperintahkan. Dan mereka juga segera pergi begitu makanan sudah diletakkan di meja."Kita akan menikmati makanan yang seumur hidup tidak mungkin bisa kita nikmati!" ucap salah satu staff bernada sangat gembira.Staff lain menyahut, "Kita harus berterimakasih pada Anisa. Bagaimanapun ini berkat dia. Jika dia tidak mengenal Pak Safak dengan baik, huh kita ti

  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 54

    Orang itu menjawab, "Ya, siapa tau kan? Siapa tau...""Cukup! Tidak ada siapa tau siapa tau. Lebih baik kau diam, jika masih ingin bertahan bekerja di sini!" potong rekan kerjanya yang sebelumnya sambil melotot.Sementara itu, Safak dan semua orang yang dibawanya masih dengan sabar menunggu Anisa di luar ruangan tempat Anisa, Dilla, dan Jihan berada. Cukup lama untuk orang-orang itu menunggu, sebelum akhirnya Anisa keluar sendirian dari sana. Dan dia benar-benar terkejut saat melihat deretan pelayan yang membawa makanan di tangan mereka."Apa ini? Mereka... Mereka benar-benar mengantar semua makanannya?" tanya Anisa, sebelum menatap Safak.Safak tersenyum, "Tentu saja, mereka harus mengantarnya. Jika tidak, kita tidak akan bisa menikmati makan siang bersama yang sempat tertunda tadi.""Haaaa? Lupakan itu, aku tidak mau makan siang berdua denganmu lagi. Aku masih

  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 53

    Rianti langsung mengangguk, "Baik Pak, saya paham. Saya akan mencoba yang terbaik untuk menyembunyikan identitas Anda." Setelah mengatakan itu, dia teringat sesuatu dan menambahkan, "Oh iya, lalu bagaimana dengan karyawan yang lain? Semua orang di sini sudah mengenal Anda, dan mengetahui kalau Anda adalah pemilik perusahaan. Bagaimana jika Nona Anisa sampai tau tentang identitas Anda dari mereka?""Nah, itu yang akan menjadi pekerjaanmu," ujar Safak.Rianti yang belum paham berkata, "Menjadi pekerjaan saya? Maksud Anda bagaimana ya? Saya tidak mengerti."Safak menghela nafa san berkata, "Kau ini, sudah menjadi Manager Operasional, tapi tidak paham juga masalah semudah ini. Ya kaulah yang akan memberitahu semua karyawan di sini, tentang mereka semua yang tidak boleh membocorkan identitasku pada Anisa. Aku beri tau kau, Anisa hanya tau, aku adalah orang kepercayaan Presiden. Jadi beri tau semua orang, kalau mulai sek

  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 52

    Meskipun masih tidak yakin, namun Anisa hanya berkata, "Jadi begitu? Ya sudah." Anisa yang teringat sesuatu langsung menambahkan, "Eh sebentar, Bu Rianti sebenarnya baru saja saya ingin menemui Ibu di kantor, karena ada yang ingin saya bicarakan dengan Ibu. Tapi karena kita sudah ketemu di sini, bisakah kita bicara di sini saja?"Melihat ke arah Safak sebentar, Rianti tersenyum dan menjawab, "Bisa, apa yang ingin kamu bicarakan?""Sebenarnya begini, Bu Rianti. Barusan anak saya rewel dan menangis terus, mungkin karena saya telat menyusuinya. Jadi saya mau minta ijin untuk beberapa saat menenangkan anak saya sambil menyusuinya. Bolehkan, Bu?" jelas Anisa.Sebenarnya, hal seperti ini belum pernah dilakukan perusahaan sebelumnya. Namun yang meminta ijin adalah Anisa, yang saat ini telah disadari Rianti kalau wanita ini ternyata punya hubungan dekat dengan pemilik perusahaan, jadi bagaimana mungkin dia tidak memberikan

  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 51

    Mendapatkan perintah dari pemimpinnya, semua pelayan itu langsung bergerak dan bergegas untuk mengantarkan hidangan khas Prancis ke perusahaan Tifana Group. Dengan langkah cepat, mereka segera bergegas menuju kendaraan untuk mengantar makanan tersebut.Sementara itu, Safak dan Anisa sudah sampai di depan perusahaan Tifana Group. Keduanya segera keluar dari mobil, begitu melihat Dilla ada di sana dan sedang mencoba menenangkan Jihan."Nyonya, akhirnya Anda kembali. Jihan rewel terus, sepertinya dia sudah laper," ujar Dilla."Aku mengerti, berikan padaku!" Anisa langsung mengambil Jihan dari tangan Dilla.Setelah Jihan ada di tangannya, Anisa juga langsung bersiap untuk menyusuinya. Hanya saja dihentikan oleh Safak, "Nisa, tunggu! Ayo kita ke atas, kita cari tempat tertutup untuk kalian. Lagian di sini kurang nyaman untuk menyusui bayi."Menghembuskan nafasnya, da

  • ASI Untuk Bayi Miliuner   Bab 50

    Safak pun terkekeh sebelum mencoba membujuk Anisa, "Hei, ayolah. Bukankah aku sudah minta maaf? Jangan ngambek gini ah. Mending kamu duduk dulu, lalu pesan makanan yang paling kamu suka."Safak kemudian memegang kedua bahu Anisa dari belakang. Dan dengan sedikit paksaan, dia mendudukkannya di kursi. Meskipun masih cuek dan cemberut, namun Anisa juga tidak menolak saat Safak melakukan itu."Ayo, kamu mau makan apa?" tanya Safak sambil menyerahkan menu pada Anisa.Tidak menjawab, Anisa kembali memalingkan wajahnya ke arah lain.Safak yang melihatnya kembali terkekeh sebelum menghela nafas lalu berkata, "Baiklah, jika kamu tidak mau pesan sendiri. Biar aku saja yang pesan buat kamu." Safak menoleh ke arah resepsionis wanita, yang sedari tadi masih berdiri di sana, "Eh kamu, aku mau pesan semua hidangan khas yang ada di restoran ini. Pokoknya sajikan dengan cara yang paling spesia

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status