" Jangan ngawur kamu Van, jangan buat aku kawatir Van, sudah jangan nangis ada aku, aku janji akan menyelesaikan permasalahanmu... “ Bisik Dendi menenangkan Vania, hatinya resah melihat air mata wanita itu kembali bercucuran keluar.
Tanpa di duga sama sekali, Vania tertawa keras hingga membuatnya kebingungan, ia berpikir apakah Vania memiliki gangguan kejiwaan sehingga moodnya tidak stabil, kekawatiran tumbuh kian besar di hatinya, manakala melihat wanita yang telah mengusik hatinya tiba - tiba tertawa seperti putus asa. " Masalahku tidak seringan itu mas, bukan cuma orang pukul lalu kita balas pukul " jawab Vania getir " Makanya kamu cerita sayang, biar aku ngerti duduk permasalahannya kalo kamu ga cerita gimana aku tau coba.. "Jawab Dendi pelan " Jawaban dari permalasahanku cuma satu mas.. mas jual ginjalku semua selesai " jawab Vania hingga membuat Dendi tersulut emosi,Jangan lupa follow akun ku ya kakak
Bahkan ketika beberapa wanita mencoba menggodanya, sang bartender itu mengkode untuk berhenti menggoda boss muda tersebut. Dendi menitikkan air mata perih mengingat apa yang baru saja terjadi malam ini, Kekecewaan menyeruak jauh di lubuk hatinya, ternyata Vania sama saja dengan Wanita - wanita yang ada di dekatnya selama ini, wanita yang rela melakukan apa saja hanya demi mendapat lembar demi lembar uang dari kantongnya. Runtuh sudah semua kepercayaan yang telah dibangun sejak awal pertemuan, ditambah dengan bumbu yang ia terima dari sahabatnya, dimana sahabatnya mengatakan Vania berbeda dengan yang lainnya, saat itu secercah harapan muncul dalam hati sanubarinya, untuk mencoba memulai keseriusan dalam menjalin kisah asmara yang nantinya menuju mahligai indah bersama, tapi apa yang terjadi? Hancur. Pupus sudah harapannya membangun Keluarga bahagia bersama Vania yang ia k
Setelah selesai menulis surat di selembar kertas, Vania bangkit berdiri, ia berjalan tertatih menggunakan sandal hotel untuk alas kakinya, sembari membawa Koper berisi uang 5 Miliar di tangannya. Dengan sangat hati - hati ia menutup pintu kamar, seolah takut di ketahui kepergiannya, meskipun niatnya tidak seperti itu, ia hanya takut Dendi terbangun di tengah istirahatnya dari perjalanan dinas luar kota yang pasti melelahkan, pikirnya. Setelah menutup pintu, Vania terus berjalan dengan kaki pincang, entah mengapa kakinya semakin terasa perih ketika semakin banyak melangkah. Ia berdiri di depan lift menunggu pintu lift terbuka, hingga terdengar bunyi pintu lift terbuka, lalu ia masuk kedalamnya. Karena masih terlalu pagi, sehingga penghuni lift itu hanya dirinya. Vania keluar lift dengan koper di tangannya menuju lobi.&
Melihat Adam memejamkan mata pasrah, Verrel tertawa terbahak - bahak. " Siapa orang yang menyewa kita, untuk menyakiti wanita tadi malam?! " Tawa Verrel yang lebih menyeramkan dibanding jurang dengan kedalaman ratusan meter bagi Adam saat ini, nyalinya ciut menghadapi emosi boss besarnya yang tengah tidak stabil meskipun ia telah mengirim seorang artis untuk melayaninya hari ini. Ia mengira - ngira akankah snag artis membuat ulah hingga bossnya marah besar? " Anak buah Vincent tuan, mereka membayar kita 3x lipat dari hutang wanita jalang itu tuan.. " Dengan nada ketakutan Adam menjawab sedikit pede karena ia berfikir telah memberi omset kepada Bossnya itu. Tapi bukannya pujian yang ia peroleh justru ciuman dari gagang pistol yang sudah mengenai kepalanya hingga darah mengalir dari kepala itu. D
Tak menunggu hingga 2 kali perintah, merekapun bergegas ke dapur dimana beberapa asisten rumah tangga tampak tengah sibuk dengan kegiatan dapur, lalu ia menyampaikan pesan bossnya yang di iringi anggukan sang kepala koki paham permintaan sang boss yang jarang berada di gedung ini. Vania masih tertegun melihat pemandangan yang terjadi di ruangan itu, ia masih berdiri mengingat Adam yang tadi berjalan dengan di papah oleh perawat. Vania bergidik ngeri membayangkan betapa seramnya situasi dan keadaan di rumah ini, Lamunannya memudar seketika, ia di kejutkan ketika ada sebuah tangan memegangi bahunya sambil berkata " Jangan bengong disana ayo silahkan duduk " Ujar Verrel dengan lembut, suara yang jauh berbeda dari tadi malam. Lalu Verrel duduk di sebelahnya tidak seperti bia
Vania merasa dirinya berada di gurun tandus yang mendapat siraman air es di teriknya mentari kala Verrel memperlakukannya bak seorang istri. Tubuhnya menegang ketika Verrel terus menciuminya dari ujung rambut sampai ujung kaki, angannya melambung tinggi menggapai surga kenikmatan disaat Verrel menindih tubuhnya dengan perlahan. Tak kuasa menahan, ia mendesis menikmati hujaman rudal perkasa milik pria tampan yang terus memaju mundurkan tubuhnya, semakin lama semakin menambah kecepatan seiring jarum jam bergerak. Tak ingin hanya menjadi penikmat surga dunia, Vania menarik tubuh Verrel dan meminta untuk bertukar posisi, menciptakan surga bagi pasangan pria nya saat ini, aksinya ini membuat pria itu tersenyum senang. Verrel menikmati sentuhan demi sentuhan yang menggetarkan hati, hingga ia merasa hatinya hampir meledak, menikmati kuluman lidah Vania y
" Sudah, jangan nakal, ikutin saja kata kataku, aku tak akan menyakiti mu " Bisik Verrel mesra seraya mencium telinga Vania yang membuat Vania makin membenci dirinya " Aku harus segera bekerja aku sudah sangat terlambat ku mohon " Pinta Vania kepada Verrel dan mendengar itu Verrel pun mengabulkannya " Baiklah tapi sebelum bekerja kita harus makan dulu kasihan pelayan tua yang sudah susah payah memasakkan untukmu " Ujar Verrel menyebut nama pelayan Itu Vania sontak teringat kemarin kepala nya pusing setelah minum pemberian sang pelayan tua itu. " Apakah kamu memasukkan sesuatu di minumanku semalam? Karena kemarin setelah aku meminumnya aku merasa pusing dan tidak ingat apapun " Tanya Vania ketus. " Ternyata kamu lucu juga sayang.. kemarin kita memulai semua be
Tapi, apaa.!? Ia harus menelan pil kekecewaan, dan kali ini lebih pahit, harapannya pupus, setelah ia melihat dengan mata kepalanya sendiri Vania turun dari mobil mewah seorang pria yang lebih muda darinya dan memiliki wajah yang tampan bak model papan atas, dengan kulit terawat dan tubuh atletis, sangat menjadi idaman para wanita dengan postur tubuhnya yang tinggi. Otaknya langsung berfikir kotor, ketika melihat pria itu tampak akrab dengan mengagndeng tangan Vania, tatapaj pria itu menyiratkan rasa cinta yang dalam terhadap Vania. Pertanyaan demi pertanyaan terus melintas mengisi penuh seluruh rongga otaknya, ia tidak terima dengan perlakuan Vania yang seolah memanfaatkan dirinya, dan meninggalkan dirinya begitu saja pagi - pagi buta, lalu pagi ini ia melihat Vania dengan pria lain, darimanakah mereka? Akan kah Vania bermalam bersama pria muda nan tampan itu semalam suntuk? Pikirannya melayan
Mereka menikmati makanan hasil masakan Vania, dengan senda gurau melepas rindu seolah sudah sangat lama tak bersua, padahal baru semalam mereka bertemu. Dendi dengan kemarahannya Karena tidak mengetahui yang terjadi sebenarnya. Vania beranjak untuk membungkus Pure labu untuk Cameella, dan disaat itu ponsel milik Dendi berdering, perlahan ia merogoh saki celananya dan melihat siapa gerangan yang menghubunginya, terlihat di layar kaca. *Dela memanggil* Dendi mengabaikan ponselnya dan memasukkannya kembali ke kantong celana, ia mengalihkan pandangannya, menatap Vania yang sudah selesai menata makanan untuk dibawa olehnya, senyum mengembang menghiasi wajah tampannya. " Nih, dah siap, moga baby Cameella suka yah, oh ya mas, kenapa kamu ga angkat telpon mas? bukannya tadi berdering, siapa tau penting loh.. " Ujar Vania seraya menyodork
*** Seminggu setelah kejadian pertemuan Vania dan nyonya Iriana di Mall. Tampak Verrel menemani Vania duduk menikmati suasana pagi melakukan olahraga yoga di samping kolam renang dekat taman bunga Anggrek mereka. Vania tampak melipat matras yoga nya, dan berjalan menghampiri Verrel yang tengah duduk memperhatikan perut buncitnya. Dengan manja Vania mengelendot duduk di sisi Verrel. “ Makasih sayang, sudah menemaniku olahraga, kamu mau kerja di kantor atau di ranjang? “ Vania mengerlingkan sebelah matanya. Sontak tawa Verrel mengisi area yang sepi itu. “ Mumpung anak-anak sedang private…” Bisik Vania lagi, merebahkan kepalanya dengan manja di dada bidang pria yang telah menyempurnakan hidupnya. “ Apapun yang kau
Dua Tahun kemudian… Pagi itu terlihat Verrel tengah bermain bersama putra pertamanya yang masih berumur 1 tahun 6 bulan di sebuah taman di rumah mereka, terlihat disana dilengkapi fasilitas bermain. " Reeceee...sudah bermainnya, Daddy harus bekerja nak.." Ujar Vania yang mendekat kearah ayah dan anak yang tengah bermain dengan sangat seru " lihat lah Daddy mu Reecce baju nya sudah basah semua..." Lanjut Vania mengulurkan kedua tangannya kepada sang putra Reece Bibby Gondokusumo. Tapi sang putra yang memilih mengabaikannya dan melanjutkan bermain kuda-kudaan bersama sang ayah, membuat Vania mendengus kesal karena merasa di abaikan oleh anak dan ayah yang tengah asyik bermain. Sedangkan Verrel tersenyum menggoda Vania karen
" Dok.., coba deh rasakan sentuhan angin malam ini terasa damai bangettt. Keluarin tangan dokter Dendi abis tu pejam kan mata lalu tarik nafas dalem-dalem dan rasakan sensasinya…” Lanjut Monica seraya membuka kaca mobil di dekat Dendi. Dendi yang semula terlihat enggan mencoba apa yang di sarankan Monica akhirnya dengan ragu-ragu dia mengeluarkan tangannya dan mengikuti saran Monica dengan mengeluarkan tangannya menerpa angin malam. Dendi perlahan tersenyum walau itu belum terlihat jelas di balik wajah frustasinya namun hal itu cukup melegakan bagi Monica yang sedikit kawatir jika dokter berprestasi seperti Dendi mengakhir hidupnya secara tragis hanya karena permasalahan kecil yang di hadapinya. Walau Monica juga tak bisa menjengkali permasalahan Dendi karena setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya sehingga Monica memilih menghormati Dendi d
Sementara itu disisi lain, di tempat yang berbeda. Setelah keluar dari rumah Verrel dan Vania, tampak Dendi seperti kehilangan arah saat itu. Malam semakin larut tapi Dendi terus mengendarai mobilnya, dia hanya berhenti ketika di SPBU untuk pengisian bahan bakar mobilnya, setelah itu dia akan kembali menginjakkan gas mengitari kota Jakarta tanpa arah dan tujuan. Saat ini dia hanya tak ingin keluar dari mobil itu, seolah dunianya telah runtuh sehingga dia memilih berada di dalam mobil dan terus mengendarai mobil sport miliknya. Dendi bahkan masih tak mempercayai tindakannya di hadapan Verrel, pria yang telah merebut seluruh hati Vania. Entah apa yang telah terjadi mengapa dia keluar dari rumah itu dengan tanpa wanita yang dia cintai. Dia meneteskan air mata meski tanpa suara tangis. Hatinya pilu menyadari betapa dirinya telah menyia-nyiakan cinta dan kesempatan yang ada dengan memilih ber
“ Yuk sayang, keburu Jessica pergi karena terlalu lama menunggumu…” Bisik Verrel kepada sang istri yang merengut sembari mencubit perutnya. Verrel hanya tersenyum simpul melihat kejahilan sang istri. Lalu mereka bangkit dari ranjang dan berjalan menaiki lift yang menghubungkan dari lantai kamarnya menuju lantai dasar. Verrel berjalan menuju ruang kerjanya, sedangkan sang istri menemui Jessica yang terlihat tengah mengobrol dengan malu-malu bersama Arjun. Terlihat Arjun tersentak dan salah tingkah melihat kehadiran Nyonya rumah itu, lalu Arjun berpamitan dan berjalan menuju ruang kerja, dimana bossnya pasti telah menunggunya disana. Waktu beranjak dengan cepat, hingga tanpa sadar hari telah senja, Verrel meminta Arjun mengantar Jessica pulang. Dan Verrel menitip pesan p
“ Atau bung Dendi menginginkan video ini berada di tangan polisi? Saya bisa menyerahkannya sekarang juga, dan kasus ini bisa di persidangkan, saya sengaja tidak membawa kasus ini ke ranah hukum kenapa? Karena saya percaya hukuman yang saya berikan akan membuat mereka berfikir ribuan kali untuk menyentuh milik saya, saya harus melindungi apa yang menjadi milik saya hingga nafas terakhir saya…” Verrrl melirik Dendi yang memasang wajah tegang. “ Andai bung Dendi malam itu tidak dapat mengurangi kesalahan bung Dendi, dengan memberikan pertolongan Vania, mungkin seluruh peluru pistol ini sudah bersarang di dada bung Dendi dan menembus ke jantung, hingga membuat bung Dendi dan pasangan bung Dendi merasakan sakitnya sekarat di tempat saya mengeksekusi orang, mengapa saya menganggap kesalahan ini juga milik bung Dendi? Karena pemicu semua penderitaan Vania sumbernya adalah bung Dendi! Andai bun
Hatinya bertanya-tanya. Siapa gerangan yang berani membocorkan rahasia ibuku? Adakah orangku berhianat lagi setelah sekian lama hanya demi uang? Oke, baiklah aku harus sedikit bersabar agar mengetahui titik terang, sejauh mana pria bodoh di hadapanku ini mengetahui tentang rahasia sisi gelapku? Jika dia tahu lebih banyak, hal itu bisa di pastikan informasi yang di dapat dari orang salam, sebaiknya aku harus lebih bersabar, agar tidak mengecewakan istriku, karena janji kami harus mendapat restu orang-orang yang kami kenal, demi kebahagiaan kehidupan pernikahan kami, tapi aku harus menyelesaikan semuanya hari ini, terlebih pria bodoh ini sudab berani membawa ibuku ke dalam permasalahan kami, hmm. Sepertinya dia kehabisan akal dan berusaha keras memancing amarahku dan mempertontonkan pada istriku bahwa aku seperti yang dia klaim. Tidak bisa di biarkan! Melihat Verrel terdiam, Dendi merasa di
Seminggu berlalu setelah Vania mengembalikan koper berisi uang 5 Miliar milik Dendi yang pernah dia ambil untuk membayar hutangnya kepada Verrel. Pagi itu Verrel mengajak Vania untuk check up ke dokter kandungan, kali ini Verrel berpindah rumah sakit ibu dan anak agar terhindar dari sang mantan yang mungkin menyimpan dendam terhadapnya sehingga dia sengaja menghindarinya. Mereka menuruni lift di rumah itu lalu menuju mobil yang telah bersiap di depan pintu rumah megah milik Verrel. Mereka menaiki mobil dimana Arjun telah berdiri disana menyambut mereka. Setelah pintu tertutup, Arjun memasuki mobil di bangku depan samping sopir seperti biasa, kemudian sang sopir melajukan mobilnya menuju pintu gerbang rumah itu. Begitu pintu gerbang terbuka otomatis, sang sopir tiba-tiba menghentikan mobilnya dan menoleh kearah Arjun yang kemudian membu
Pagi itu langit begitu cerah dan cuaca begitu sejuk, angin terasa damai menghembus di antara wajah kedua insan yang telah terikat dalam tali perkawinan. Vania dan Verrel menikmati sorenya di taman anggrek sembari menikmati sarapan pagi bersama. Seminggu berlalu setelah Vania menemui Aaron di kantornya. Dan pagi ini jadwal Vania adalah ke sebuah bank dimana Vania menyimpan uang milik Dendi yang pernah dia pinjam dahulu. Vania sengaja menyimpan di Bank, berharap nantinya akan mengembalikan dengan utuh seperti pertama kali Dendi memberikan padanya, dengan menjual rumahnya, namun apa hendak di kata, banyak kejadian hingga membuatnya tak sempat berfokus pada penjualan rumah, dan kini terpaksa mengembalikan uang tersebut menggunakan uang milik Verrel suami. Sejak awal dirinya tak ingin membebani Verrel, tapi ses