"Baiklah, Saatnya telah tiba! Ayo kita mulai!" Kakek Gongbin berkata dengan serius. Gongbin lalu berjalan menaiki panggung batu, Ansen mengikuti dibelakangnya dengan serius. Lalu mereka berdua saling berhadap-hadapan. Kemudian Kakek Gongbin berkata, "Ansen! Apakah kau sudah siap!" "Aku siap Kakek Gongbin!" Ansen menjawab dengan mantap. Wuchai, Dong'er dan Fengbin berdiri dikelilingi panggung batu itu. Mereka berjaga-jaga untuk menghadapi segala kemungkinan yang ada. "Haahhhh!" Gongbin langsung mengeluarkan semua kekuatannya. Seketika badannya bercahaya keemasan sempurna. Cahaya itu langsung menerangi tempat itu. Wuchai, Dong'er dan Fengbin juga mengeluarkan kekuatannya. Tubuh mereka segera bercahaya keemasan. Namun cahaya mereka masih kalah dengan cahaya Gongbin. Gongbin lalu membuka kedua tangannya ke depan, Lalu perlahan terbentuk sebuah pusaran energi berwarna putih yang berbentuk bola. Semakin lama pusaran energi itu semakin cepat. Bersama dengan itu seluruh c
Semua orang langsung terkejut, Awalnya mereka mengernyitkan dahi. Mereka tidak memahami tindakan Ansen. Namun akhirnya mereka semua paham, Fengbin langsung tertawa-tawa dengan senang. "Kau,............! Aku akan membunuhmu! Dasar kurang ajar!" Wulong langsung berteriak-teriak dengan marah. Wulong langsung menyerang Ansen, Dia ingin sekali membunuh Ansen. Fengbin dan Dong'er hanya bisa menatap gerakan Wulong yang sangat cepat. "Ansen,.........!!!!" Fengbin menjerit memperingatkan Ansen. Ketika serangan Wulong akan mencapai Ansen, Seketika juga Ansen menghilang bak ditelan oleh bumi. "Apaaaa,.........! Dasar kurang ajar! Ansen! Kelak aku akan kembali dari Alam Surgawi untuk membunuhmu!" Wulong berteriak-teriak dengan histeris. Lalu seketika Wulong diterangi cahaya putih yang begitu agung. Perlahan-lahan Wulong terangkat naik ke angkasa. "Tidak, Tidak! Aku tidak mau ke Alam Surgawi! Jangan, Jangan bawa aku! Ansen, Aku akan membalasmu nanti!" Wulong menjerit-jerit tidak
Saat ini Fengchai dan Meilin sudah sampai di Kota Danzou. Mereka kemudian pergi menemui Keluarga Anaya. Mereka sudah tidak sabar lagi bertemu dengan Anaya. Mereka akhirnya sampai di Rumah Anaya, Disana seluruh Keluarga Anaya menyambut mereka. Bahkan Keluarga Anaya juga menyiapkan sekelompok penari untuk memeriahkan suasana. Rombongan Fengchai masuk dengan senang sekali, Disekelilingnya berdiri pria tegap berbaju merah dengan gambar naga di punggung mereka. Mereka adalah pengawal khusus Keluarga Naga. "Tuan Wiradi! Tidak usah begitu repot! Terimakasih atas penyambutannya!" Fengchai berkata dengan senyum sumringah. "Tuan Fengchai! Kami sangat beruntung bisa menjadi besan keluarga kalian! Maaf, Hanya ini sambutan yang bisa kami berikan!" Wiradi berkata merendah. "Akhhh! Tuan Wiradi, Ini sudah sangat luar biasa! Terimakasih banyak!" Fengchai berkata dengan sungkan. "Ayo, Silahkan masuk!" Wiradi kemudian mempersilahkan Fengchai untuk masuk ke dalam rumah. Di belakangny
Rolane mengambil handphonenya dari dalam sakunya, Kemudian Dia segera menghubungi ibunya. Rehana merasakan handphonenya berdering, Kemudian Dia melihat ternyata Rolane memanggilnya. Rehana langsung menjawab panggilan Rolane. "Ibu,......! Tolong aku! Seseorang ingin membunuhku!" Rolane langsung menjerit histeris. Sontak Rehana langsung terkejut, Lalu dengan buru-buru Dia memberikan handphone itu kepada Fengshou seraya berteriak-teriak, "Ada yang ingin membunuh Rolane! Tolong Fengshou, Anak kita dalam bahaya!" Semua orang langsung terkejut, Mereka tidak menyangka Rolane berada dalam bahaya. Fengshou dengan cepat mengambil handphone itu dan kemudian bertanya, "Halo! Rolane, Dimana dirimu! Siapa yang ingin membunuhmu!" "Aku di Klub Angsa! Ada seorang gadis yang ingin membunuhku! Dia bahkan sudah memukuli aku ayah!" Rolane berkata seraya mulai menangis. "Ayo Fengshou! Ayo cepat kita selamatkan Rolane!" Rehana berkata dengan sangat panik sekali. "Tuan Wujin! Apakah engk
Kini Fengsou harus membawa Rolane untuk menjalani hukuman. Fengsou sangat sedih membayangkan Rolane akan menjalani hukuman. Dia melirik Rehana yang menggeleng-gelengkan kepalanya. Rehana menatap Fengsou dengan sangat sedih. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai tanda agar Fengsou jangan membawa Rolane. Dia sekarang bingung harus mengatakan apa. Rolane sudah jelas-jelas melakukan kesalahan yang sangat fatal. Dia tidak akan bisa dimaafkan lagi. "Aku akan pergi menjemput Rolane dan menghantarnya untuk menjalani hukuman!" Fengsou berkata dengan tegas. Lalu Dia kemudian pergi bersama beberapa pengawal Keluarga Langit Rehana terdiam sesaat mendengar perkataan Fengsou, Dia sekarang hanya bisa pasrah dengan nasib Rolane. Rolane akan menjalani hukuman. Fengchai lalu berkata kepada Wujin, "Tuan Wujin! Katakan kepada anak buahmu agar menahan Rolane. Fengsou akan menjemputnya dan akan segera membawanya pergi" "Siap Tuan Fengchai!" Wujin lalu menjawab Fengchai dengan cepat. Lalu Wuji
"Ayah, Ibu! Akhirnya kalian datang! Huhuhuhu,.........!" Rolane langsung berdiri dan segera mendekati kedua orang tuanya. Dia langsung memeluk ibunya dengan erat. "Ibu! Tolong balaskan perbuatan mereka! Mereka telah memukuli aku sampai babak belur begini ibu!" Rolane mulai berkata dengan manja. Dia juga segera menunjuk-nunjuk gadis cantik yang masih melihatnya dengan galak. "Apakah kau putri dari Wujin!" Fengsou langsung bertanya kepada gadis cantik itu. "Yah benar! Aku adalah Citra, Putri tunggal dari Wujin!" Gadis cantik itu menjawab dengan lugas. Tidak ada tampak ketakutan sedikitpun di matanya, Dia melihat Fengsou dengan santai. "Saya Fengsou, Ayah dari Rolane! Saya meminta maaf atas perbuatan Rolane kepadamu! Saya juga meminta maaf Rolane telah mengacau ditempat ini!" Fengsou berkata dengan sopan. "Apaaa,.........! Ekh, Paman Fengsou! Sudahlah, Tidak apa-apa kog!" Citra terkejut mendengar perkataan Fengsou. Dia tidak menyangka malah Fengsou meminta maaf kepadanya.
"Apaaaa,...........! Rehana dan Rolane melarikan diri!" Fengchai berteriak dengan sangat marah. Dia tidak menyangka misi semudah ini akan gagal. "Abang Fengchai maafkan aku! Aku tidak bisa mendidik istri dan anakku dengan baik! Aku akan menebus kesalahanku, Aku akan mencarinya dan menemukan mereka! Setelah itu aku akan langsung membawa mereka ke tempat hukuman!" Fengsou berkata kepada Fengchai dengan lembut. Dia mencoba menenangkan Fengchai yang sudah marah. Fengchai berpikir sejenak, Lalu tiba-tiba Fengbin berkata kepadanya, "Abang Fengchai, Biarkan aku saja yang menangkap mereka. Aku pasti dengan mudah menemukam mereka dan kemudian akan segera membawa mereka ke Pulan Jekulo!" Fengchai lalu tersenyum kepada Fengbin, Dia kemudian berkata kepada Fengbin, "Adik Fengbin! Kau memang benar; kau pasti dengan mudah menangkap mereka! Kalo begitu, Aku perintahkan kau untuk menangkap dan membawa Rehana dan Rolane ke Pulau Jekulo!" "Siap abang Fengchai! Aku akan melaksakannya dengan
Ansen sangat terkejut sekali, Dia tidak percaya akan bertemu lagi dengan Kakek Gongbin. Padahal sudah jelas-jelas Kakek Gongbin sudah meninggal. Ansen lalu bertanya dengan terbata-bata, "Kakek! Kau masih hidup! Bukankah Kakek Gongbin sudah mati!" Ansen bertanya dengan sangat takut. "Hahaha! Aku memang sudah mati! Aku hanyalah kesadaranku sesaat yang memang sengaja kutinggalkan untukmu!" Kakek Gongbin mulai menjelaskan siapa dirinya."Jadi kau tidak nyata! Lalu untuk apa Kakek ingin bertemu denganku!" Ansen bertanya dengan sangat penasaran. "Aku takut Proses Pewarisan itu akan menemui kegagalan! Karena itu aku membuat rencana cadangan untuk berjaga-jaga!" Kakek Gongbin lalu mulai bercerita kepada Ansen. "Sekarang dengarkan baik-baik! Aku memang sudah tidak memiliki kekuatan lagi yang bisa kuwariskan kepadamu! Tetapi justru aku akan memberikan beberapa mustika kepadamu! Mustika-Mustika itu kudapatkan dari Peradaban Langit Ketujuh! Dengan mustika-mustika itu aku bisa mencapai tingk
Ansen memeriksa Tingkat Kultivasi Nenek Biru, Pada akhirnya Dia mendapati kultivasinya di Tingkat Abadi. Jelas Ansen bukan tandingan dari Nenek Biru itu. Tiba-tiba Fengbin berkomunikasi dengan Ansen, Dia mengatakan bahwa Nenek Biru adalah seorang penjahat. Dia adalah salah satu kultivator hitam, Dia sangat jahat. Karena itu Fengbin berniat keluar dan akan melawan Nenek Biru. Namun Ansen melarang Fengbin untuk melakukannya, Dia bersikeras akan melawan Nenek Biru. "Nenek Biru! Kau adalah Kultivator Hitam; Karena iu kau pantas untuk mati! Hari ini aku akan membunuhmu!" Ansen berkata dengan mantap. "Heheheh,...........! Bukankah harusnya kau ketakutan. Kau berani melawanku! Apakah kau sudah siap untuk mati; Baiklah aku akan mengabulkannya!" "Bukan aku yang akan mati! Tetapi engkau!" Setelah berkata seperti itu, Ansen langsung menyerang Nenek Biru. Nenek Biru terkejut bukan main, Dia tidak menyangka akan mendapatkan serangan dengan tiba-tiba. Namun Dia hanya tersenyum den
Ansen terdiam sesaat begitu mendengar kata-kata Sebeli tadi, Dia sekarang menjadi Dilema. Dia tahu semua orang-orang ini pantas untuk mati. "Hihihihihi,........! Kau tidak bisa menjawabkan! Kau bahkan diam saja, Karena apa yang kukatakan benar kan!" Sebeli berkata dengan sangat kesal. "Sekarang pergilah; Mereka pantas untuk mati! Sekarang biarkan aku membunuh mereka semua; Maka akan berkurang beberapa orang jahat didunia ini!" Sebeli sekarang langsung berkata dengan kasar. Dia sekarang mengeluarkan kehebatannya, Dia bersiap-siap untuk menyerang Ansen. Ansen masih bingung, Di satu sisi Dia ingin menyelamatkan orang-orang ini. Tetapi mereka memang benar-benar orang jahat; Mereka juga pasti telah melakukan banyak kejahatan. Menghukum mereka tentu bukanlah satu kesalahan. "Tuan, Kumohon tolonglah kami! Kami terpaksa melakukan semua ini. Saat ini istri dan anak-anak kami ditangkap oleh Gerombolan Rubah Merah. Mereka memaksa kami untuk memberikan gadis-gadis muda yang cantik; Ji
Ansen berjalan masuk ke mobilnya, Dia berencana untuk sekedar berkeliling di Kota Danzou. Sebenarnya Ansen berencana mengajak Anaya, Dia segera menghubungi dan mengajak Anaya. Namun Anaya baru saja mengabari bahwa saat ini sudah banyak Keluarga Besarnya yang datang. Dia tidak mungkin meninggalkan mereka, Anaya hanya berpesan agar Ansen berhati-hati. Tiba-tiba Wujin berlari kecil mengejarnya, " Tuan Ansen! Biarkan aku menemanimu; Aku bisa menjadi penunjuk jalan buat Tuan!" Ansen berpikir sebentar, Lalu Dia segera menganggukkan kepalanya. Wujin pasti sangat mengetahui seluk beluk Kota Danzou. Wujin segera ikut masuk ke dalam mobil. Lalu mobil itu melaju dengan kencang membelah jalanan di Kota Danzou. Wujin lalu bertanya kepada Ansen, "Tuan Ansen! Katakan Tuan ingin kemana?" "Aku ingin meminum minuman hangat; Bawa aku ke tempat terbaik dipinggir jalan yang kau tahu!" Ansen menjawab dengan cepat sekali. "Baiklah! Siap Tuan Ansen!" Wujin langsung menjawab dengan penuh sema
Fengchai lalu berkata kepada Fengbin, "Nanti setelah Pesta Pernikahan Ansen dan Anaya selesai. Kau pergilah ke Pulau Jekulo, Bawalah Hadil kesana dan mintalah agar Tuan Strauss menggunakan tehnik penyegel jiwanya kepada Hadil!" "Abang Fengchai, Bukan aku ingin menolak perintahmu! Aku berencana membawa Ansen ke Pulau Oenyu untuk menemui Tuan Dong'er. Dia kemarin menyuruh Ansen kesitu, Ada sesuatu yang ingin diberikannya. Aku bertaruh itu pasti sesuatu yang sangat berharga!" Fengbin menjawab Fengchai. Fengsou langsung menanggapi dengan penuh harap, "Abang Fengchai! Bagaimana kalau aku saja yang pergi ke Pulau Jekulo! Aku sekaligus ingin melihat keadaan istri dan anakku!" "Tidak! Kau tidak boleh kesitu; Nanti takutnya terjadi lagi sesuatu! Fenghui; Kalo begitu nanti kau saja yang melaksanakan tugas ini!" Fengchai dengan cepat menolak permintaan Fengsou. Dia kemudian bertanya kepada Fenghui. "Siap Abang Fengchai! Aku akan melaksanakan tugas ini dengan baik!" Fenghui menjawab d
Fengchai, Fenghui, Fengshou, Fengbin dan Ansen kini berada didalam sebuah ruangan tertutup. Mereka sedang membahas bagaimana mencari tahu informasi dari Hadil. Mereka tentu tidak mau melepaskan kesempatan ini. Mereka jarang sekali mendapatkan seorang angggota Istana Ungu yang dalam keadaan sehat. Biasanya mereka gagal mencegah usaha bunuh diri mereka. Ansen dari tadi hanya menjadi penonton saja, Dia hanya mendengarkan dengan serius perbincangan mereka. Fenghui lalu menyarankan agar mereka pergi membawa Hadil Pulau Jekulo. Mereka ingin Tuan Strauss menggunakan Tehnik Penyegel Jiwa kepada Hadil. Dengan begitu maka mereka akan segera mengetahui dimana Markas Utama Istana Ungu. Ansen yang dari tadi hanya diam saja, Tiba-tiba langsung bertanya mengenai Tehnik itu. Dia sangat penasaran sekali. Fenghui lalu menjelaskan mengenai Tehnik Penyegel Jiwa kepada Ansen. Itu adalah Tehnik dari Keluarga Strauss yang di gunakan untuk menyegel jiwa seseorang. Begitu jiwa target tersebut tela
Fengchai sudah bersiap-siap untuk menangkap mereka salah satu dari mereka. Fengchai ingin mengintrogasi mereka. Fengchai ingin mengetahui di mana markas Istana Ungu, Dia kemudian segera berlari mendekat. Fengchai ingin menyerang dan menghancurkan Istana Ungu untuk selamanya. Keluarga Langit begitu membenci Istana Ungu, Karena mereka selalu melakukan serangan diam-diam dan tidak berani berhadapan langsung. Sudah banyak korban dari Keluarga Langit yang berjatuhan, Kebanyakan dari mereka akibat diracun oleh Istana Ungu. Ada sebagian lagi karena mendapat serangan diam-diam. Anggota Istana Ungu sangat pintar menyamar, Mereka bisa menjadi siapa saja. Lalu ketika korban lengah, Maka mereka akan langsung membunuhnya. Pasukan Langit juga langsung bergerak, Mereka ingin menangkap mereka semua. Istana Ungu adalah musuh besar yang sangat licik. Mereka selalu memakai cara-cara yang kotor. Hadil tahu niat dari Fengchai, Kini mereka akan melakukan usaha bunuh diri. Setelah Hadil berbicara
"Tuan Hadil! Lihat, Rencana kita berhasil dengan baik! Kakek tua itu sudah memberikan tanda suarnya!" Bilal berbicara dengan sangat senang sekali. "Kau benar! Hebat sekali! Aku tidak menyangka rencanamu berhasil dengan baik! Ayo, Pasukan 15! Mari kita bergerak" Hadil langsung memberi perintah dengan semangat sekali. Hadil langsung berlompatan diantara gedung-gedung, Dia segera diikuti beberapa orang. Mereka adalah anggota Pasukan 15. Dibelakangnya Bilal mengikut dengan wajah yang cerah sekali. Kakek Woolon masih terus menggerakkan suarnya. Dia seperti menantikan kedatangan beberapa orang. Tak lama kemudian Hadil dan Bilal beserta seluruh anggota Pasukan 15 datang dengan perlahan. Kakek Woolon langsung menatap mereka semua satu per satu. Kakek Woolon lalu berkata kepada Bilal, "Aku sudah memenuhi permintaanmu; Sekarang katakan dimana cucuku!" "Hehehehehe,..........! Cucumu akan kami kembalikan! Kami harus memastikan dulu; Bahwa kau benar-benar melakukan perintahku!" B
Semua orang langsung tersentak kaget, Mereka tidak menyangka bahwa makanan yang akan mereka makan mengandung racun. Saat itu mereka beruntung sekali, Sebab baru Ansen yang memakan hidangan itu. Fengchai lalu melemparkan sebuat potongan ayam kepada anjing peliharaan Wiradi. Anjing itu memakan potongan daging ayam itu dengan lahap. Hanya beberapa detik saja potongan ayam itu sudah habis dimakan oleh anjing itu. Lalu anjing itu duduk dengan tenang dengan muka bahagia. Mereka semua kemudian memandangi anjing itu. Jika benar makanan mereka telah diracun, Maka anjing itu pasti akan mati. Beberapa menit kemudian anjing itu tiba-tiba menjerit-jerit kesakitan, Anjing itu bahkan sampai menangis. Kemudian mulutnya berbusa, Lalu anjjng itu jatuh terkulai dengan mata melotot. Anjing itu kemudian mati dengan kondisi kesakitan. Tampaknya racun itu sangat mematikan sekali. Semua orang langsung bangkit berdiri, Kini nereka yakin dugaan Ansen benar. Makanan mereka telah diracun, Seseorang m
Rehana akhirnya tersadar dari tidurnya, Dia sekarang berada di atas sebuah tempat tidur yang sangat besar. Dia juga memakai pakaian tidur yang cantik dengan desain kekinian. Rehana merasakan badannya pegal linu, Dia juga merasakan pangkal pahanya sangat perih sekali. Dia masih ingat dengan jelas, Semalam Dia diperkosa sampai pingsan oleh Foushan. Tak terasa air matanya jatuh lagi, Kini Dia merasa dirinya sangat kotor sekali. Dia bahkan sekarang menyesali semua tindakannya, Andai waktu dapat diputar kembali. Maka Dia tidak akan mengalami pemerkosaan ini. Rehana lalu bangkit dari tempat tidurnya, Dia menggerakkan badannya perlahan-lahan. Lalu Dia berjalan mengangkang sambil menahan sakit . Rehana keluar dari ruangan itu, Dia segera menemukan sebuah ruangan yang lebih besar. Disitu Dia menemukan Foushan yang sedang berbicara dengan beberapa orang. Tiba-tiba Rehana terkejut sekali, Dia juga melihat Rolane ada disitu. Dia mendengarkan penjelasan Foushan dengan penuh hormat.