Sesaat lagi pembunuh itu akan menarik pelatuknya, Tiba-tiba sebuah pistol dengan peredam suara menempel di kepala pembunuh itu. Seketika pembunuh itu terkejut bukan main, Dia tidak menyangka saat ini justru nyawanya yang berada di ujung tanduk. Sebelum Dia dapat mengatakan apapun pistol itu telah ditembakkan. "Syutttt,.......!""Dhuaarrr,.......!"Seketika kepala pembunuh itu pecah dan hancur tak berbentuk lagi. Pembunuh itu langsung meninggal di tempat. Dia bahkan tidak sempat melihat siapa yang telah membunuhnya. Dia mati dengan sangat penasaran. Orang itu kemudian segera menghubungi seseorang, "Boss,......! Aku telah membunuh pembunuh bayaran itu! Hampir saja Dia berhasil membunuh Tuan Ansen dan Nyonya Anaya! Semuanya sudah aman dan terkendali yah Boss!"Wujin menutup panggilan handphonenya dengan tersenyum lebar, Dia sangat senang akhirnya pembunuh yang mengincar nyawa Tuan Ansen dan Nyonya Anaya sudah mati. Kini tidak ada lagi ancaman buat mereka, Tetapi walaupun begitu Wujin
Ferrel terdiam membeku ditempatnya, Mukanya pucat pasi. Dia sangat ketakutan sekarang, Semua anak buahnya telah terbunuh. Sekarang nyawanya berada di ujung tanduk. Dia sekarang sangat menyesali tindakannya meninggalkan pengawalnya. Ferrel memang selalu ditemani oleh seorang pengawal yang kuat. Tugasnya adalah untuk memastikan keadaan Ferrel dalam keadaan sehat. Tapi Ferrel begitu membenci pengawal yang ditugaskan kepadanya, Dia adalah seorang tua bernama Ataluk. Seorang pria tua yang sangat cerewet sekali, Dia bahkan selalu memarahi Ferrel. Dia adalah pria jujur yang berdedikasi kepada kebenaran. Karena itu Ferrel tidak suka dengannya sebab Ferrel suka berbuat jahat sesuka hatinya. Dia selalu mengusir Ataluk, dan menggunakan trik untuk mengecohnya. Sering Ferrel bisa pergi tanpa sepengetahuan dari Ataluk. Ferrel sangat lihai di dalam hal itu. "Sonur! Kuharap engkau membunuhnya dengan cepat! Aku sudah lama ingin sekali melihat Ferrel mati!" Tiba-tiba seseorang mengirimkan transmisi
Ataluk memandang mereka bertiga dengan tatapan aneh, Sekarang posisinya menjadi serba salah. Dia tidak mungkin tidak mematuhi perintah Ferrel. Sejenak kemudian Dia menghela napasnya, Lalu Dia bersiap-siap menyerang mereka. "Sonur,..........! Majulah,.............! Aku akan berpura-pura kalah, Lalu setelah itu cepat bunuh Ferrel!" Ataluk mengirimkan transmisi suara kepada Songchai. Songchai lalu bersiap-siap, Dia mengerahkan semua tenaganya. Lalu Dia melesat menyerang mereka berdua dengan kekuatan penuh. "Hiatttttt,......?""Tenang Tuan Ferrel, Aku akan melindungimu!" Ataluk berdiri didepan Ferrel. Dia segera menghadang serangan itu. "Dhuar,...........!" "Hoekkkkk,........!" Ataluk terpental belasan langkah, Lalu Dia menjerit terkapar ditanah. Ataluk langsung muntah darah. Dia terluka dalam akibat menghadang pukulan Songchai. "Kuat sekali,.......! Maafkan aku Tuan Ferrel Aku tidak dapat melaksanakan tugasku!" Ataluk berkata terbata-bata. Darah membasahi bajunya, Segera Dia memuli
Ansen sekarang menatap Faisal dengan sangat marah. Faisal masih berlutut seraya menundukkan kepalanya. Dia tidak berani melihat Ansen, Sesekali Dia menatap Ferrel dengan sangat jengkel. Saat ini Dia akan mendapatkan masalah yang sangat besar. Dia sekarang menjadi kesal sekali kepada Ferrel, Matanya berkilau penuh dengan emosi sekali. Faisal mengutuk Ferrel, "Dasar anak sialan! Bisa-bisanya membawa sial kepada keluarga!"Ferrel tertunduk dengan muka memerah, Dia hanya menundukkan kepalanya. Dia sekarang menyesali semuanya, Dia sungguh tidak menyangka justru kejadiannya akan berakhir seperti ini. Ferrel menjadi sangat ketakutan sekarang, Keringat membahasi pelipisnya. Sekarang ini adalah saat-saat kritis kepada keluarga mereka. Tanpa sadar Ferrel bergumam sendiri, "Semoga keluargaku tidak mendapat masalah!" "Hari ini Keluarga Atmaja harus musnah! Kalian membuatku muak! Bunuhlah diri kalian, jika tidak maka aku akan membantai kalian semua!" Ansen berkata dengan penuh kemarahan. Dia s
Anaya masih menangis menyaksikan semuanya. Dia menenggelamkan dirinya pada Ansen. Anaya lalu berkata, "Suamiku sayang! Aku sangat takut! Mengapa begitu banyak orang jahat didunia ini?" Ansen dengan cepat memeluk istrinya penuh kasih sayang. Dia juga sangat sedih, Mereka tadi hampir saja kehilangan nyawanya. Jika bukan karena klona Paman Fengbin, maka mereka berdua akan mati. Ansen berjanji didalam hatinya. Kelak Dia akan belajar kepada Paman Fengbin. Dia ingin menjadi pendekar sakti yang tidak terkalahkan. Ansen lalu berkata dengan lembut menangkan istrinya, "Istriku sayang! Semuanya sudah selesai, Kita sekarang sudan aman! Musuh kita sudah mati semua!"Ansen lalu menatap kepada Songchai dan berkata, "Pamam Songchai! Bagaimana keadaanmu?" "Tuan Ansen! Aku masih akan memulihkan diriku! Pergilah pulang terlebih dahulu! Aku akan segera menyusul setelah kondisiku lebih baik!" Songchai menjawab. Ansen lalu pergi meninggalkan tempat itu bersama Anaya. Mereka memutuskan untuk segera perg
"Suamiku sayang,......! Apakah aku pembawa sial bagimu! Kenapa hampir dua kali kita kehilangan nyawa karena kecantikanku! Huhuhuhuhu,.........!" Anaya menangis tersedu-sedu. "Istriku sayang,....! Jangan berkata seperti itu! Engkau adalah segalanya buat aku! Kita saja yang sial bertemu selalu dengan orang jahat!" Ansen berkata menjawab Anaya. "Istriku sayang! Ini semua adalah salahku! Andai aku ini seorang pendekar sakti, Maka tidak akan ada orang yang berani mengganggu kita!" Ansen menyambung ucapannya. "Istriku sayang! Aku berjanji akan selalu menjagamu seumur hidupku! Kita akan selalu bersama sampai nanti kita tua!" Ansen berkata lagi dengan mesra. Dia mengecup kening Anaya dengan sangat lembut. Mereka berdua lalu berpelukan dengan erat, Lalu mereka tertidur dengan lelap sekali. Senyum manis terukir di wajah mereka berdua. Fenghui dan Wujin akhirnya sampai di Hotel Ewall. Fenghui segera menghubungi Ansen. Lalu mereka berdua duduk menunggu di lobi hotel. Tak lama kemudian Ansen
Liuxie terus mengejar Sudiro dengan berlompatan di antara pohon-pohon rindang. Dia mengikuti jejak aura yang ditinggalkan oleh Sudiro. Dibelakangnya beberapa anak buahnya mengikuti Dia dengan cepat. Aura membunuh dari mereka semua sangat terasa sekali. Mereka lalu berhenti di depan Hutan Larangan. Liuxie diam menatap Hutan Larangan itu. Jejak aura Sudiro sangat jelas masuk kedalam hutan larangan ini. "Tuan Liuxie! Apakah kita benar-benar akan masuk ke dalam Hutan Larangan ini?" Seorang anak buah Liuxie bertanya dengan mimik muka serius. "Kita tidak punya pilihan! Jika kita tidak mengejarnya maka kita akan mendapat hukuman dari Tuan Wujin! Kita harus membawa Sudiro, Hidup atau mati!" Liuxie menjawab sambil menghela napasnya. Sebenarnya Liuxie sendiri tidak akan mau masuk ke dalam Hutan Larangan ini. Dia sangat takut bertemu salah satu pendekar jahat yang sedang berlatih disitu. Namun jika Liuxie kembali maka Tuan Wujin pasti akan sangat marah. Tuan Wujin pasti akan memberikan huku
"Sudiro! Akhirnya kami menemukanmu! Sekarang hari kematianmu telah tiba!" Liuxie berkata dengan sangat senang. Akhirnya mereka berhasil menemukan Sudiro. "Ayo,.....Kepung Dia! Jangan biarkan Dia sampai lolos lagi" Liuxie memberikan perintah kepada anak buahnya. Segera mereka semua mengelilingi Sudiro. Liuxie sangat senang, Sudiro tidak dapat lagi melarikan diri lagi. "Hehehehehehe,........! Kalian hadir disaat yang tepat! Kalian pikir aku mau lari lagi! Sekarang justru kalian yang harus mati!" Sudiro mencibir mengejek Liuxie dan anak buahnya. Lalu Sudiro lalu bekata kepada jiwa Wangheu, "Wangheu! Sekarang berikan semua kekuatanmu kepadaku!" "Baik Tuan! Bersiaplah, Aku akan menuju pusat kultivasimu!" Jiwa Wangheu menjawab dengan hormat. Lalu jiwa Wangheu bergerak cepat menuju pusat kultivasi Sudiro. Jiwa Wangheu lalu berkata, "Tuan Sudiro! Bertahanlah! Proses penyatuan kekuatan ini akan sangat menyakitkan Tuan! Ini karena Tuan tidak memiliki kultivasi apapun! Tuan harus bertahan y
Ansen memeriksa Tingkat Kultivasi Nenek Biru, Pada akhirnya Dia mendapati kultivasinya di Tingkat Abadi. Jelas Ansen bukan tandingan dari Nenek Biru itu. Tiba-tiba Fengbin berkomunikasi dengan Ansen, Dia mengatakan bahwa Nenek Biru adalah seorang penjahat. Dia adalah salah satu kultivator hitam, Dia sangat jahat. Karena itu Fengbin berniat keluar dan akan melawan Nenek Biru. Namun Ansen melarang Fengbin untuk melakukannya, Dia bersikeras akan melawan Nenek Biru. "Nenek Biru! Kau adalah Kultivator Hitam; Karena iu kau pantas untuk mati! Hari ini aku akan membunuhmu!" Ansen berkata dengan mantap. "Heheheh,...........! Bukankah harusnya kau ketakutan. Kau berani melawanku! Apakah kau sudah siap untuk mati; Baiklah aku akan mengabulkannya!" "Bukan aku yang akan mati! Tetapi engkau!" Setelah berkata seperti itu, Ansen langsung menyerang Nenek Biru. Nenek Biru terkejut bukan main, Dia tidak menyangka akan mendapatkan serangan dengan tiba-tiba. Namun Dia hanya tersenyum den
Ansen terdiam sesaat begitu mendengar kata-kata Sebeli tadi, Dia sekarang menjadi Dilema. Dia tahu semua orang-orang ini pantas untuk mati. "Hihihihihi,........! Kau tidak bisa menjawabkan! Kau bahkan diam saja, Karena apa yang kukatakan benar kan!" Sebeli berkata dengan sangat kesal. "Sekarang pergilah; Mereka pantas untuk mati! Sekarang biarkan aku membunuh mereka semua; Maka akan berkurang beberapa orang jahat didunia ini!" Sebeli sekarang langsung berkata dengan kasar. Dia sekarang mengeluarkan kehebatannya, Dia bersiap-siap untuk menyerang Ansen. Ansen masih bingung, Di satu sisi Dia ingin menyelamatkan orang-orang ini. Tetapi mereka memang benar-benar orang jahat; Mereka juga pasti telah melakukan banyak kejahatan. Menghukum mereka tentu bukanlah satu kesalahan. "Tuan, Kumohon tolonglah kami! Kami terpaksa melakukan semua ini. Saat ini istri dan anak-anak kami ditangkap oleh Gerombolan Rubah Merah. Mereka memaksa kami untuk memberikan gadis-gadis muda yang cantik; Ji
Ansen berjalan masuk ke mobilnya, Dia berencana untuk sekedar berkeliling di Kota Danzou. Sebenarnya Ansen berencana mengajak Anaya, Dia segera menghubungi dan mengajak Anaya. Namun Anaya baru saja mengabari bahwa saat ini sudah banyak Keluarga Besarnya yang datang. Dia tidak mungkin meninggalkan mereka, Anaya hanya berpesan agar Ansen berhati-hati. Tiba-tiba Wujin berlari kecil mengejarnya, " Tuan Ansen! Biarkan aku menemanimu; Aku bisa menjadi penunjuk jalan buat Tuan!" Ansen berpikir sebentar, Lalu Dia segera menganggukkan kepalanya. Wujin pasti sangat mengetahui seluk beluk Kota Danzou. Wujin segera ikut masuk ke dalam mobil. Lalu mobil itu melaju dengan kencang membelah jalanan di Kota Danzou. Wujin lalu bertanya kepada Ansen, "Tuan Ansen! Katakan Tuan ingin kemana?" "Aku ingin meminum minuman hangat; Bawa aku ke tempat terbaik dipinggir jalan yang kau tahu!" Ansen menjawab dengan cepat sekali. "Baiklah! Siap Tuan Ansen!" Wujin langsung menjawab dengan penuh sema
Fengchai lalu berkata kepada Fengbin, "Nanti setelah Pesta Pernikahan Ansen dan Anaya selesai. Kau pergilah ke Pulau Jekulo, Bawalah Hadil kesana dan mintalah agar Tuan Strauss menggunakan tehnik penyegel jiwanya kepada Hadil!" "Abang Fengchai, Bukan aku ingin menolak perintahmu! Aku berencana membawa Ansen ke Pulau Oenyu untuk menemui Tuan Dong'er. Dia kemarin menyuruh Ansen kesitu, Ada sesuatu yang ingin diberikannya. Aku bertaruh itu pasti sesuatu yang sangat berharga!" Fengbin menjawab Fengchai. Fengsou langsung menanggapi dengan penuh harap, "Abang Fengchai! Bagaimana kalau aku saja yang pergi ke Pulau Jekulo! Aku sekaligus ingin melihat keadaan istri dan anakku!" "Tidak! Kau tidak boleh kesitu; Nanti takutnya terjadi lagi sesuatu! Fenghui; Kalo begitu nanti kau saja yang melaksanakan tugas ini!" Fengchai dengan cepat menolak permintaan Fengsou. Dia kemudian bertanya kepada Fenghui. "Siap Abang Fengchai! Aku akan melaksanakan tugas ini dengan baik!" Fenghui menjawab d
Fengchai, Fenghui, Fengshou, Fengbin dan Ansen kini berada didalam sebuah ruangan tertutup. Mereka sedang membahas bagaimana mencari tahu informasi dari Hadil. Mereka tentu tidak mau melepaskan kesempatan ini. Mereka jarang sekali mendapatkan seorang angggota Istana Ungu yang dalam keadaan sehat. Biasanya mereka gagal mencegah usaha bunuh diri mereka. Ansen dari tadi hanya menjadi penonton saja, Dia hanya mendengarkan dengan serius perbincangan mereka. Fenghui lalu menyarankan agar mereka pergi membawa Hadil Pulau Jekulo. Mereka ingin Tuan Strauss menggunakan Tehnik Penyegel Jiwa kepada Hadil. Dengan begitu maka mereka akan segera mengetahui dimana Markas Utama Istana Ungu. Ansen yang dari tadi hanya diam saja, Tiba-tiba langsung bertanya mengenai Tehnik itu. Dia sangat penasaran sekali. Fenghui lalu menjelaskan mengenai Tehnik Penyegel Jiwa kepada Ansen. Itu adalah Tehnik dari Keluarga Strauss yang di gunakan untuk menyegel jiwa seseorang. Begitu jiwa target tersebut tela
Fengchai sudah bersiap-siap untuk menangkap mereka salah satu dari mereka. Fengchai ingin mengintrogasi mereka. Fengchai ingin mengetahui di mana markas Istana Ungu, Dia kemudian segera berlari mendekat. Fengchai ingin menyerang dan menghancurkan Istana Ungu untuk selamanya. Keluarga Langit begitu membenci Istana Ungu, Karena mereka selalu melakukan serangan diam-diam dan tidak berani berhadapan langsung. Sudah banyak korban dari Keluarga Langit yang berjatuhan, Kebanyakan dari mereka akibat diracun oleh Istana Ungu. Ada sebagian lagi karena mendapat serangan diam-diam. Anggota Istana Ungu sangat pintar menyamar, Mereka bisa menjadi siapa saja. Lalu ketika korban lengah, Maka mereka akan langsung membunuhnya. Pasukan Langit juga langsung bergerak, Mereka ingin menangkap mereka semua. Istana Ungu adalah musuh besar yang sangat licik. Mereka selalu memakai cara-cara yang kotor. Hadil tahu niat dari Fengchai, Kini mereka akan melakukan usaha bunuh diri. Setelah Hadil berbicara
"Tuan Hadil! Lihat, Rencana kita berhasil dengan baik! Kakek tua itu sudah memberikan tanda suarnya!" Bilal berbicara dengan sangat senang sekali. "Kau benar! Hebat sekali! Aku tidak menyangka rencanamu berhasil dengan baik! Ayo, Pasukan 15! Mari kita bergerak" Hadil langsung memberi perintah dengan semangat sekali. Hadil langsung berlompatan diantara gedung-gedung, Dia segera diikuti beberapa orang. Mereka adalah anggota Pasukan 15. Dibelakangnya Bilal mengikut dengan wajah yang cerah sekali. Kakek Woolon masih terus menggerakkan suarnya. Dia seperti menantikan kedatangan beberapa orang. Tak lama kemudian Hadil dan Bilal beserta seluruh anggota Pasukan 15 datang dengan perlahan. Kakek Woolon langsung menatap mereka semua satu per satu. Kakek Woolon lalu berkata kepada Bilal, "Aku sudah memenuhi permintaanmu; Sekarang katakan dimana cucuku!" "Hehehehehe,..........! Cucumu akan kami kembalikan! Kami harus memastikan dulu; Bahwa kau benar-benar melakukan perintahku!" B
Semua orang langsung tersentak kaget, Mereka tidak menyangka bahwa makanan yang akan mereka makan mengandung racun. Saat itu mereka beruntung sekali, Sebab baru Ansen yang memakan hidangan itu. Fengchai lalu melemparkan sebuat potongan ayam kepada anjing peliharaan Wiradi. Anjing itu memakan potongan daging ayam itu dengan lahap. Hanya beberapa detik saja potongan ayam itu sudah habis dimakan oleh anjing itu. Lalu anjing itu duduk dengan tenang dengan muka bahagia. Mereka semua kemudian memandangi anjing itu. Jika benar makanan mereka telah diracun, Maka anjing itu pasti akan mati. Beberapa menit kemudian anjing itu tiba-tiba menjerit-jerit kesakitan, Anjing itu bahkan sampai menangis. Kemudian mulutnya berbusa, Lalu anjjng itu jatuh terkulai dengan mata melotot. Anjing itu kemudian mati dengan kondisi kesakitan. Tampaknya racun itu sangat mematikan sekali. Semua orang langsung bangkit berdiri, Kini nereka yakin dugaan Ansen benar. Makanan mereka telah diracun, Seseorang m
Rehana akhirnya tersadar dari tidurnya, Dia sekarang berada di atas sebuah tempat tidur yang sangat besar. Dia juga memakai pakaian tidur yang cantik dengan desain kekinian. Rehana merasakan badannya pegal linu, Dia juga merasakan pangkal pahanya sangat perih sekali. Dia masih ingat dengan jelas, Semalam Dia diperkosa sampai pingsan oleh Foushan. Tak terasa air matanya jatuh lagi, Kini Dia merasa dirinya sangat kotor sekali. Dia bahkan sekarang menyesali semua tindakannya, Andai waktu dapat diputar kembali. Maka Dia tidak akan mengalami pemerkosaan ini. Rehana lalu bangkit dari tempat tidurnya, Dia menggerakkan badannya perlahan-lahan. Lalu Dia berjalan mengangkang sambil menahan sakit . Rehana keluar dari ruangan itu, Dia segera menemukan sebuah ruangan yang lebih besar. Disitu Dia menemukan Foushan yang sedang berbicara dengan beberapa orang. Tiba-tiba Rehana terkejut sekali, Dia juga melihat Rolane ada disitu. Dia mendengarkan penjelasan Foushan dengan penuh hormat.