Home / Pernikahan / ANAK 50 JUTA / MALAM PERTAMA 2

Share

MALAM PERTAMA 2

Author: Putri putri
last update Last Updated: 2023-03-05 00:48:55

“Mulai sekarang Ayah bobo bareng Mama, kan?”

Aku terperanjat mendengar pertanyaan Miko. Mas Rafi yang tadinya santai juga langsung berdiri memandangku dan Miko. Bagaimana mungkin anak sekecil ini bisa bertanya hal seperti itu.

“Ma-maksudnya bobo sama Miko? Ayah bobo sama Miko?” tanyaku hati-hati.

Ia mengangguk namun masih enggan beranjak masuk. Aku mengedipkan mata sebagai isyarat pada Mas Rafi untuk memberi alasan pada Miko.

“Ayah ngerjain tugas dulu sebentar ya, sayang. Nanti Ayah nyusul,” ucap Mas Rafi sambil menunjukkan ponselnya.

Untung saja Mas Rafi cepat paham saat kuberi kode. Jadi tak perlu ada drama di antara kami bertiga. Akhirnya Miko mau masuk ke kamar dan segera tidur.

Ternyata hampir dua jam aku tertidur di samping Miko. Aku terbangun saat mengingat sesuatu. Segera aku berdiri perlahan agar tak mengganggu Miko lalu berjalan mengendap-endap meninggalkan kamar untuk mengecek Mas Rafi pergi atau tidak.

Aku tersenyum senang saat melihat Mas Rafi tengah berbaring di kursi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • ANAK 50 JUTA   PAGI YANG MENYENANGKAN

    "Udah di kunci belum?" tanya Mas Rafi dari balik pintu.Bukannya menjawab aku malam menjatuhkan tubuhku dalam keadaan telungkup di atas ranjang. Kubenamkan wajahku ke bantal dalam-dalam sambil membayangkan bagaimana jadinya kalo tadi Mas Rafi benar-benar ikut masuk ke dalam kamar. “Arghh...!” Bisa-bisanya aku berpikiran kotor seperti itu. "Ma, Ayah mana?" tanya Miko yang baru saja membuka matanya."Emm... A-Ayah sudah bangun dari tadi," jawabku sekenanya.Miko turun dari ranjang dan berjalan mendekati pintu. Ia berbalik saat tak bisa membuka pintu yang masih terkunci."Kok pintunya di kunci, sih!" Katanya sambil menggerak-gerakan handle pintu.Tanpa menjawab aku segera bangun dan membukakannya. Aku kembali untuk mengambil ikat rambut, lalu berjalan mengikuti Miko.Ada pemandangan tak biasa saat kulihat Miko tengah berbaring di samping Mas membenamkan kepalanya di dada Mas Rafi yang tidur dalam posisi menyamping. Tak ingin mengganggu akhirnya aku melewatinya begitu saja dan bergeg

    Last Updated : 2023-03-05
  • ANAK 50 JUTA   KEJADIAN TAK TERDUGA

    "Rania, kamu kenapa?" Aku berdiri dan menuntunnya agar duduk di kursi."Mas Rendi mengamuk, Mbak! Dia hampir saja memukuliku," jelasnya."Sebentar aku ambil minum dulu, ya!"Gegas aku berlari kedapur dan kembali dengan membawa segelas air putih. Aku segera menyodorkannya pada Rania dan langsung ia teguk hingga tandas. "Udah sedikit tenang, kan?""I-iya, Mbak!" Rania mengangguk pelan."Udah bisa cerita sekarang?""Mas Rendi mengamuk, Mbak! Dia mabuk sejak semalam dan sekarang dia sedang mengamuk di rumah.""Terus kenapa kamu ke sini?" tanyaku sedikit heran."Dia meracau manggil nama Mbak terus, mungkin dia begitu karena Mbak menikah.""Terus keluarganya gimana?"Rania menggeleng, "Mereka semua sudah angkat tangan. Aku ke sini cuma mau bilang agar Mbak berhati-hati. Takut sewaktu-waktu dia datang ke sini," ungkap Rania.Aku mengusap wajahku kasar. Separah itukah Rendi saat marah. Padahal selama ini aku tak pernah sekalipun melihat ia berbuat nakal seperti laki-laki pada umumnya. Jang

    Last Updated : 2023-03-05
  • ANAK 50 JUTA   ANTARA OTAK DAN HATI

    “Miko, badan kamu panas banget, Nak.” Aku meraba dahi Miko berkali-kali. Walaupun telah meminum obat turun panas dua jam yang lalu, panas di badan Miko tak kunjung turun. “Miko mau minum, Ma,” ucapnya dengan mata yang masih terpejam.Aku membangunkan Miko dan meletakkan beberapa bantal di punggungnya agar ia bisa duduk. Aku sodor kan segelas air yang langsung di minumnya separuh. Kemudian Miko berbaring dan kembali memejamkan mata.Jam menunjukkan pukul dua dini hari tapi mataku masih saja enggan terpejam. Berkali-kali aku bangun untuk mengecek dan mengompres Miko. Aku mengambil ponsel di atas nakas berharap ada balasan atau telepon dari Mas Rafi. Tapi nihil, jangankan membalas, pesan yang kukirimkan semalam juga masih centang abu-abu, itu tandanya ia belum membacanya. Aku beralih mengecek status dari beberapa temanku. Tanganku berhenti mengusap layar ponsel saat melihat status Mbak Silvi lima jam yang lalu. Ia mengunggah sebuah gambar yang menunjukkan Ia dan Mas Rafi sedang berad

    Last Updated : 2023-03-06
  • ANAK 50 JUTA   MENGGODA

    “Mas, ada Ari,”Aku menunjuk ke arah pintu sambil mendorong Mas Rafi. “Tunggu nanti malam kau, Anita!” pekik Mas Rafi yang baru menyadari jika telah dibohongi.Aku berdiri di balik pintu kamar sambil meraba dada yang sejak tadi tak berhenti berdebar. Entah mengapa aku selalu terbuai dengan perlakuan Mas Rafi. Tak bisa dipungkiri, dihatiku masih ada sedikit rasa untuk Mas Rafi, berkali-kali kucoba menepis semua rasa itu, tapi tak juga hilang.Setelah kejadian itu aku selalu berusaha menghindar jika berpapasan dengan Mas Rafi. Aku takut merasakan debaran itu lagi saat memandangnya.“Apakah aku jatuh cinta lagi?”**“Hey wanita pelakor! Udah puas kamu bisa merebut Mas Rafi dari aku, ya!” ucap Mbak Silvi sambil berkacak pinggang. Aku baru saja keluar dari tempat kerja saat seseorang menyeretku ke sebuah tanah kosong di belakang gudang. Di sana Mbak Silvi telah menunggu bersama beberapa temannya. “Oh, jadi ini istri kedua Rafi. Benar-benar kampungan.” Salah seorang teman Mbak Silvi maju

    Last Updated : 2023-03-07
  • ANAK 50 JUTA   MENGGODA 2

    “Kok kamu beda?” tanya Mas Rafi menarik kembali tangannya.“Kenapa penampilan kamu jadi begini?” Ia menyentuh rambutku.“Apa ada yang salah?” Aku menyentuh wajah dan mengecek baju yang kukenakan.Perasaan saat bercermin tadi tidak ada yang salah dengan penampilanku, tapi kenapa Mas Rafi melihatku dengan tatapan aneh?“Kalo mau menggoda, enggak harus berubah seperti ini. Tanpa kamu mengubah penampilan aku juga sudah tergoda, tapi sayang kamunya aja yang enggak peka.” Mas Rafi menyentil wajahku lalu berjalan masuk melewatiku. Aku terbengong mendengar tanggapan Mas Rafi. Gagal sudah semua rencanaku, niatnya mau kasih Mas Rafi kejutan. Eh, malah aku yang terkejut. Aku bergegas masuk ke kamar untuk mengecek kembali penampilanku. Aku berputar-putar di depan kaca melihat penampilanku, aku kira Mas Rafi akan terpana melihat perubahanku tapi nyatanya ia malah terlihat tak suka. "Kok ganti?" tanya Mas Rafi yang mungkin heran melihat penampilanku yang sudah tak seperi tadi. Aku memang sengaja

    Last Updated : 2023-03-08
  • ANAK 50 JUTA   SEHARI BERSAMA NENEK

    "Aku kemarin ketemu Rendy lagi jalan sama cewek, loh," ucap Vera yang tiba-tiba duduk di hadapanku.Mendengar kata Rendi, seketika ku hentikan pekerjaanku. Sejak kejadian berdarah itu, aku sama sekali belum pernah melihatnya. Apa dia sudah menikah sekarang?"Terus gimana?" Aku bertanya sambil kembali fokus pada kertas di depanku."Ya enggak gimana-gimana, namanya juga liat doang," ungkap Vera menunjukkan wajah tak bersalah."Ish...""Kenapa kamu enggak laporin dia, sih? Mau aja di suruh damai.""Mungkin dia cuma khilaf. Kamu tahu kan pengorbanan Rendi buat aku selama ini."Setelah kejadian itu, memang Rendi sempat akan di bawa ke polisi. Tapi saat keluarganya minta maaf, aku menjadi tak tega dan menyetujui untuk mengakhiri masalah ini dengan kekeluargaan. "Tapi kan perbuatannya membahayakan banget, coba aja Ari enggak datang waktu itu, pasti kamu yang ditusuk sama Rendi.""Semoga dia sudah sadar. Lagi pula sebentar lagi dia menikah, apa jadinya kalo kemarin Rendi dipenjara."Vera ha

    Last Updated : 2023-03-09
  • ANAK 50 JUTA   BERTEMU LAGI

    “Dengar ya, Nak! Mama Miko cuma Mama Nita. Enggak ada yang lain,” tekanku.Walaupun Mbak Silvi berstatus Ibu tiri untuk Miko tapi aku tak pernah rela ia menyebut mama pada wanita selain aku. “Nenek enggak mampir?” ucap Miko pada Bu Fitri.“Besok nenek ke sini lagi ya, sayang.” Bu Fitri berjongkok lalu mencium kedua pipi Miko.“Hati-hati di jalan, Mas!” Aku mencium tangan Mas Rafi dan Bu Fitri bergantian. Sejenak Mas Rafi terpaku melihat tingkahku, mungkin ia bingung karena aku jarang sekali bersikap manis seperti itu. “Ayo, Fi,” panggil Bu Fitri yang telah duduk di dalam mobil.Mas Rafi berbalik dan segera berjalan, namun baru beberapa langkah dia berhenti lalu berbalik kembali.“Apa ada yang ketinggalan?”Bukannya menjawab Mas Rafi terus saja mendekat dan langsung mencium pipiku.“Jangan sampai Ibu tahu kalo menantunya enggak peka sama suaminya,” bisik Mas Rafi sebelum melengang pergi.Aku memegang pipi yang baru saja di cium Mas Rafi. Seperti biasanya hatiku selalu meleleh oleh s

    Last Updated : 2023-03-10
  • ANAK 50 JUTA   COBAAN BERAT

    “Aku enggak mau pindah, kamu tahu kan kalo Ibu enggak suka sama aku?” “Kalian enggak aman di sini. Rendi pasti akan terus datang kalo kalian belum pindah,” cerocos Mas Rafi sambil terus memasukkan baju Miko ke dalam koper.“Tapi, Mas!”“Stt... nurut aja.”Setelah mengemasi beberapa barang, akhirnya Aku dan Miko mengikuti Mas Rafi pergi. Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam akhirnya kami sampai di sebuah pusat pertokoan yang sebenarnya biasa aku kunjungi. Mas Rafi memelankan laju mobilnya saat kami memasuki deretan ruko yang suasananya cukup ramai.Kami berhenti di salah satu bangunan ruko berlantai tiga dengan nuansa cat warna ungu memenuhi dinding depannya. “Ayo turun,” perintah Mas Rafi mengambil alih Miko yang tertidur di pangkuanku.Dengan ragu aku turun dan mengikuti Mas Rafi yang sudah jalan terlebih dahulu. Kami bertiga berhenti saat lelaki berpakaian satpam tengah membuka pintu besi yang berada tepat di hadapan kami. Setelah menerima kunci, Mas Rafi segera masuk saat

    Last Updated : 2023-03-11

Latest chapter

  • ANAK 50 JUTA   JEBAKAN

    Om Bahri terdiam sambil memeluk buku harian milik almarhum mama, sesekali ia menyeka matanya yang terlihat memerah. Walaupun tak sampai jatuh, tapi aku tahu lelaki paruh baya berwajah garang di hadapanku tengah menangis.“Apa anda menyesal?” tanyaku membuka suara.Om Bahri hanya bergeming, ia kembali membuka buku tersebut dan membacanya sekali lagi. Hingga aku melihat ia membuka halaman terakhir. “Aku sangat menyesal telah mencintaimu begitu dalam. Setelah dua puluh lima tahun sejak kita bertemu, akhirnya aku memutuskan menyerah. Mulai hari ini akan kuhabiskan sisa hidupku untuk mencintai suamiku, manusia paling tulus yang pernah kutemui.” Aku membacakan sebait tulisan di buku harian mama halaman terakhir. Om Bahri memandangku dengan tatapan lembut. Dilihat dari garis wajahnya, ia mungkin umurnya setara dengan Bapak atau mungkin lebih tua. Di usianya yang menjelang senja, Om Bahri seharusnya tengah berbahagia dengan keluarganya. Melihat anak-anaknya menikah dan bermain dengan cucu-c

  • ANAK 50 JUTA   KENYATAAN DI MASA LALU

    “Jangan banyak alasan, Om, dengan seolah-olah menjadi orang yang paling tersakiti.” Aku membuang muka memandang hamparan sawah yang mulai menguning.“Kalian sama-sama pengecut!” gumamku.“Kalian?” Om Bahri berbalik memandangku.Aku melemparkan sebuah foto usang berlaminating tebal kepada Om Bahri. Wajahnya seketika menegang dan tangannya gemetar tatkala ia mengambil dan memperhatikan foto itu dengan saksama. Dalam foto tersebut terlihat sepasang remaja berseragam putih abu tengah tersenyum dengan tangan yang bergandengan. Mata sang lelaki melirik pada wanita di sampingnya yang terlihat malu-malu.“Ya, kalian, asal anda tahu, masalah terbesar dalam keluargaku adalah mama tak pernah bisa melupakan cinta pertamanya. Bertahun-tahun menjalani rumah tangga, selama itu pula nama Bahri selalu saja terucap saat mama dan bapak bertengkar.”Mata Om Bahri membulat, wajah tembamnya yang biasanya terlihat garang, kini terlihat menciut. Ia berjalan perlahan menghampiriku yang tengah menatapnya tajam

  • ANAK 50 JUTA   DENDAM

    “Apa maksud kamu bicara seperti itu?” bentak Mas Rafi setibanya kami di dalam kamar. “Aku hanya ingin kalian tahu tentang tujuanku, apa itu salah?”“Apa yang ingin kamu kembalikan seperti semula? Mengapa kami juga boleh memiliki Miko?” kedua tangan Mas Rafi mencengkeram erat bahuku. “I-itu...”“Apa kamu masih berniat pergi?” Mas Rafi menyelidik, kini wajahnya hanya berjarak lima senti tepat di depan wajahku. Bahkan dengan jarak sedekat ini aku bisa mencium jelas bau rokok dari mulutnya.“Ya, tapi tenang saja, aku tak akan membawa Miko. Kalian yang akan menjadi orang tua Miko. Bagaimanapun juga, hidup Miko di sini lebih terjamin, masa depannya lebih jelas,” ucapku lagi.“Apa kamu mulai gila, hah? Kamu pikir pernikahan ini main-main? Mengapa kamu suka sekali mempermainkan hidup seseorang?” Cengkeraman Mas Rafi semakin kuat, bola matanya seakan hendak keluar dari tempatnya. “Aku sadar dengan ucapanku, Mas,” ucapku hampir tak bersuara.“Lalu mengapa tak kau serahkan saja Miko sejak aw

  • ANAK 50 JUTA   MASA LALU

    “Bagaimana kamu tahu tentang ...” Om Bahri tak melanjutkan kata-katanya. Wajahnya yang selalu terlihat garang kini berubah pias.“Aku tahu semuanya, bahkan nama Bahri Susanto sudah tak asing ditelingaku sejak aku kecil.”“Apa yang Riyati ceritakan padamu?” tanya Om Bahri antusias.“Tak ada, hanya saja Mama pernah beberapa kali menyebut nama Bahri Susanto saat berdebat dengan Bapak,” ungkapku.“Kamu pembohong! Sama dengan Riyati yang juga pembohong, dialah yang membuat hidupku hancur hingga saat ini,” ucap Om Bahri tak percaya.“Jika mamaku yang membuat hidup anda hancur? Mengapa aku menanggung akibatnya? Anda pikir untuk apa aku sudi kembali pada keluarga yang telah membuangku?” ucapku lantang. Rasanya sudah tak tahan untuk mengeluarkan rasa sakit yang selama ini terpendam.“Anita!” panggil Mas Rafi yang tengah berjalan cepat ke arahku.Seketika aku terdiam mencoba menetralkan degup jantung yang sedari tadi berdetak tak beraturan. Sebelum terlalu jauh, mungkin sudah saatnya Mas Rafi t

  • ANAK 50 JUTA   BAHRI SUSANTO

    “Nita.” Tubuhku bergetar saat wanita di hadapanku tersenyum dan mengulurkan tangannya.“Ibu cepat sembuh, ya. Maafin Nita baru tengok sekarang.” Kuraih tangan Ibu dan menggenggamnya erat.“Maafin Ibu, Nita. Sejak dulu selalu membuat hidupmu susah,” ucap Ibu dengan suara bergetar.“Enggak, Bu. Nita udah maafin Ibu. Jangan berpikiran macam-macam.”“Terima kasih, Nak.”Akhirnya setelah lebih dari dua minggu aku bisa bertemu dengan Ibu tanpa bertemu orang-orang yang membenciku. Kata Mas Rafi, saat ini adalah jadwal pertemuan keluarga, jadi semua orang sedang berkumpul di salah satu rumah kerabat. Biasanya selain Mas Rafi, Desi atau Mbak Silvi, beberapa saudara Ibu selalu bergantian menjaga Ibu.“Makan dulu, Bu.” Aku mengambil sekotak makanan yang baru saja seorang perawat antarkan.“Lidah Ibu pahit, makanan rumah sakit enggak ada yang enak,” keluh Ibu.“Ini enak loh, Bu.” Aku menunjukkan kotak berisi nasi, sayur, sebutir telur rebus dan sepotong daging pada Ibu.“Masakannya enggak enak.”

  • ANAK 50 JUTA    IBu

    "Sejak kapan kalian bermain di belakangku?" cecar Mas Rafi. Wajahnya yang merah padam seolah menunjukkan hatinya yang tengah terbakar."Apa jangan-jangan dia, alasan kamu minta berpisah." Mas Rafi menunjuk wajah Ario.“Kamu salah paham, Mas.” Aku mencoba menenangkan Mas Rafi dan segera menuntunnya ke atas. Aku tak mau perdebatan kami menjadi tontonan para karyawan dan pelanggan.“Santai aja Fi, aku kan Cuma berkunjung,” ucap Ario santai.“Diam kamu! Udah puas bikin suamiku salah paham?” bentakku saat melihat Ario juga ikut kembali naik ke atas.Rasanya ingin sekali aku mencakar wajahnya yang sok kegantengan itu. Aku yakin dia memang sudah malang melintang dalam urusan wanita, buktinya di saat genting seperti ini dia masih bisa bersikap santai seolah hal seperti ini bukanlah masalah besar untuknya.Kuambil segelas air putih dari dispenser di pojok ruangan kemudian menyodorkannya pada Mas Rafi. “Mau lagi?” tawarku saat Mas Rafi telah meminum air dalam gelas dalam sekali tenggak.Mas Ra

  • ANAK 50 JUTA   TINGKAH ARIO

    POV Anita"Hay, nyonya Rafi,” sapa Ario yang tiba-tiba duduk di hadapanku“Apa kabar Mas Ario?” tanyaku sopan. Walaupun aku tak terlalu suka dengan sikapnya, paling tidak aku harus menghormatinya karena dia telah ikut menyelamatkan Miko.“Mau minum apa, Mas?” tawarku.“Apa saja. Bagaimana kabar Miko?”“Baik, Mas. Hanya sedikit trauma.”“Rafi benar-benar beruntung. Punya istri dua pintar cari duit semua, cantik semua,” celetuknya.“Mas Ario bisa nambah istri kalo mau.”“Jangankan nambah, satu aja belum punya.”Aku tersenyum kecut mendengarnya. Dia pikir aku tak tahu kalo ia telah menikah tiga kali, pacarnya juga ada di mana-mana. Aku rasa teman-teman Mas Rafi semuanya buaya.“Kenapa kamu memilih menikah dengan Rafi? Bukankah itu sama saja menyakiti diri sendiri. Aku tahu menjadi istri ke dua enggak enak, apa lagi madunya orang kayak Silvi,” cerocos Ario sambil menggigit pie susu yang baru saja di bukanya.“Itu bukan urusan anda.” Aku terus fokus pada kertas-kertas di depanku.“Mengapa

  • ANAK 50 JUTA   ANCAMAN

    “Bercandamu enggak lucu.” Aku mencubit pipi wanita di sebelahku.“Aku serius, rasanya sudah tak tahan hidup penuh dengan musuh. Dari dulu musuhku Cuma Bu Yati yang setiap hari bikin dongkol.”Aku tertawa mendengar ucapan Anita, bagaimana bisa ia menganggap Bu Yati musuh, bukankah ia lumayan baik.“Kalo saja aku menerima tawaran Ibu waktu itu, mungkin semua enggak akan seperti ini.”“Tawaran Ibu? Memang Ibu menawarkan apa?” tanyaku“Kita bersama merawat Miko tanpa kita menikah. Tapi saat itu aku takut kalian berbohong, dan membawa Miko dariku,” ungkapnya.“Mama bilang begitu?” tanyaku heran. Mengapa aku tak tahu masalah ini.“Iya. Mungkin itu lebih baik.”“Kalo kita tak menikah, kamu akan menikah dengan orang lain?”“Mungkin.”“Tidak bisa! Jangan pernah berpikir untuk menikah dengan orang lain, karena sampai kapanpun aku tidak akan melepasmu. Ingat itu!” Kumatikan puntung rokok terakhir dan beranjak meninggalkan AnitaBagaimana bisa gara-gara penculikan Miko ia berpikir untuk berpisah

  • ANAK 50 JUTA   PERMINTAAN ANITA

    "Sialan kau, Ario!" "Sudahlah, Fi. Relakan saja Anita denganku, lagipula Miko telah menganggapmu mati," ejeknya.Aku mengusap rambut anak di pangkuanku, entah mengapa ada perasaan tak rela saat memdengar aku hanyalah ayah barunya. Namun ini semua salahku yang tak memperjuangkannya sejak dalam kandungan. Aku takut dia membenciku jika suatu saat tahu kalo ayahnya pernah tak mengakuinya."Maafkan ayah, Nak."Mobil yang di kendarai Ario melaju cepat di jalan yang sudah mulai lengang. Hari memang sudah menjelang tengah malam, waktu di mana sebagian besar orang tengah sibuk mengarungi mimpinya.“Miko,” pekik Anita yang sudah menunggu di luar rumah.Ia menghampiriku dan segera mengambil Miko dari gendonganku. Ia menciuminya berkali-kali tapi Miko sudah tertidur di gendongannya hanya menggeliat.“Jangan bikin mama khawatir ya, nak.” Anita terus mendekap buah hatinya itu.“Terima kasih, Mas Ario udah bantu nemuin Miko,” ucap Anita.“Its OK, apa sih yang enggak buat kamu.” Ario mengerlingkan

DMCA.com Protection Status