Beranda / Romansa / AKU JUGA BISA CANTIK / Bab 4 Sandiwara yang menyakitkan

Share

Bab 4 Sandiwara yang menyakitkan

Penulis: Yunita
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Aku juga bisa cantik

Makeover

Bagian 4

Aku tertunduk, karena Mbak Yuli terus menerus menyalahkan aku. Bukan penyelesaian masalah yang ku dapat, tapi aku menjadi terpojokan.

"Mbak tidak mau kamu lagi-lagi menyalahkan Helen, Helen itu hanya membantu Adam dan itu tidak geratis, Helen melakukan itu untuk membayar biaya kuliahnya, kamu tau sendiri keadaan Mbak yang tidak kerja. Jadi Mbak harap kamu paham ya?''

Mbak Yuli beranjak pergi meninggalkan ku seorang diri. Aku pun kembali ke rumah ibu mertuaku untuk mengambil anak anak.

"Ada apa Tih? Apa Mbak kamu nya ada di rumah?"

"Ada Bu,"

"Ada apa? Ko mukamu sedih begitu?"

Ku tatap wajah tua ibu mertuaku, rasanya tak tega jika aku harus bercerita masalah rumah tangga ku padanya, pastinya ibu akan sedih dan menjadi kepikiran.

Teringat ucapan Mbak Yuli, bahwa semua ini juga salahku yang tak bisa menjaga penampilan di depan suami. Mungkin ada benarnya. Aku harus perbaiki dulu cara ku berhias.

"Tidak Bu, tidak apa-apa. Ratih hanya sedang ingat pada Ibu dan Bapak Ratih."

"Sabar Ratih, jangan lepas doakan mereka berdua, agar mendapat kebahagiaan di alam sana."

Aku mengangguk sedih.

Aku pun segera pamit dari rumah ibu, tak ingin berlama-lama meninggalkan Mas Adam dan Helen berduaan di rumahku.

"Oya Tih, besok malam minggu ke sini ya? Ada acara keluarga. Ibu ingin kita buat acara arisan keluarga, seperti dulu."

"Baik, Bu."

Aku segera memesan taksi untuk kembali pulang. Ternyata tamu tamu masih ada di rumahku, ku bawa anak-anak ke kamar dan menidurkannya.

Sembari menunggu di dalam kamar, ku buka YouTube mencari video tentang makeup pemula, satu persatu ku perhatikan video itu, sungguh menakjubkan, wajah yang hitam kusam, atau sekalipun penuh jerawat bisa berubah glowing dan cantik. Saking fokusnya aku memperhatikan video itu, sampai tak tau tamu tamu itu sudah pulang. Rumah nampak sepi. Aku mencoba melihat ke ruang tamu yang ada hanya sampah sampah makanan, dan kulit buah. Terdengar suara dua orang yang sedang bercakap cakap di teras rumah membuatku penasaran melihatnya.

Ternyata Mas Adam dan Helen, aku sengaja menguping pembicaraan.

"Gimana sukseskan untuk hari ini?"

"Sangat sukses, mereka seperti percaya tentang sandiwara ini, terimakasih ya?"

"Iya Mas, sama-sama. Jangan lupa ya transferannya."

"Oke beres. Nih aku langsung transfer."

ucap Mas Adam memperlihatkan ponselnya.

"Wow, Lima juta? Banyak sekali? Segini jadi istri bohongan, apalagi kalau jadi istri benerannya ya?" ujar Helen sembari mendelikan mata genitnya ke arah Mas Adam.

"Hehehe, tenang bisa di atur."jawab Mas Adam melempar senyum ke arah Helen.

Apa Lima juta? Aku begitu terkejut mendengar nominal yang baru saja Mas Adam transfer untuk Helen, atas sandiwaranya ini. Mengapa dia bisa begitu royal pada Helen? Sementara aku yang menjadi istri sahnya tak pernah memegang uang sebanyak itu.

Mas Adam akan membelikan kebutuhan yang aku minta selama itu untuk kebutuhan rumah dan anak-anak. Tapi saat aku meminta peralatan makeup ia tak pernah membelikannya.

Ia bilang di makeup atau tidak aku terlihat sama saja. Itulah yang membuat ku tak pernah bermake-up, aku hanya menyisir dan memakai bedak untuk bayi saja.

Saat mendengar Mas Adam memberi uang Lima juta pada Helen, ingin rasanya aku memaki suamiku itu. Tapi aku tau, Mas Adam tak suka jika di salahkan.

Keesokan harinya aku bersiap-siap untuk datang ke rumah ibu, Mas Adam pun telah siap, kali ini ia tak melarang ku pergi karena ini acara keluarga.

Semuanya nampak sibuk dirumah ibu.

Di sana aku juga melihat Mbak Yuli yang tengah sibuk di dapur.

"Tisu mana?" teriak seseorang dari arah ruang lain.

"Tisu ada di rumahku banyak." jawab Mbak Yuli, kemudian ia menyuruh ku untuk mengambilnya.

Dengan cepat aku menuju rumah Mbak Yuli.

Rumah nampak sepi, aku memanggil manggil Helen.

"Iya, aku di kamar." jawabnya dari arah kamar.

"Tisu di mana Len?"

"Ooh, di meja makan Bi."

Aku langsung mengambilnya. Menuju ruang makan aku melewati kamar Helen, tak sengaja aku menoleh ke dalam kamarnya, ternyata gadis itu tengah bersolek, aku pun menghentikan langkahku untuk memperhatikan caranya berhias.

Namun tak lama Helen mengetahui keberadaan ku yang berdiri di balik pintu kamarnya.

Gadis itu tersenyum dan menyapaku dengan sopan.

"Bibi? Kenapa hanya berdiri di situ? Kemari masuk!" pintanya.

Aku membalasnya dengan tersenyum, masih ada rasa kesal di hatiku atas kejadian kemarin. Namun bagaimanapun juga, Helen keponakanku yang harus aku sayangi.

"Tidak. Bibi cuma mau ngambil tisu." jawabku sembari berlalu, namun saat akan kembali, Helen menghalangi jakanku.

"Bibi, setelah mengantarkan tisu, bibi kembali ke sini ya? Aku akan mendandani Bibi."

Tentu saja aku senang dengan tawaran Helen, aku ingin di dandani cantik seperti dirinya. Aku manggut-manggut bersemangat.

"Ya sudah, cepat berikan tisunya dulu ke sana. Aku tunggu bibi di kamarku."

Aku bergegas mengantarkan tisu ke rumah ibu mertua. Dan sekilas telah berada kembali di rumah Mbak Yuli.

"Sini Bi." ajak Helen.

Aku menurutinya duduk di depannya dan mengikuti arahannya.

Perlahan kurasakan sentuhan cairan dingin di oleskan di wajahku, lalu entah lah aku tak tau Helen mengoleskan apa lagi, lalu ia memberikan sentuhan warnai warni di bagian kelopak mataku, aku tak tau apa namanya.

Lalu bagian halis, dan kemudian bagian bibir.

Dalam waktu yang lumayan lama, akhirnya Helen selesai mendandani ku.

"Apa sudah selesai Len?"

"Sudah Bi, mari kita ke sana, acaranya pasti akan di mulai."

Aku mencari kaca hanya untuk melihat hasil riasan Helen di wajahku, namun entah di mana Helen menyembunyikan kacanya, kaca rias miliknya sengaja ia lipat tertutup.

"Cari apa Bi? Ayok cepat!"

"Sebentar Len, bibi mau ngaca dulu."

Helen menarik tanganku dengan buru-buru mengajakku pergi.

Aku percayakan pada Helen, dengan percaya diri aku mendatangi rumah ibu. Pertama kali aku melihat Mbak Yuli menatapku tanpa berkedip, aku merasa pasti Mbak Yuli tak menyangka aku juga bisa cantik seperti anaknya, namun tiba-tiba Rahma anakku menjerit menangis kencang saat melihatku.

Di susul pandangan orang yang hadir di rumah ibu, satu persatu menatap ku. Mereka semua tertawa, ada yang mencoba menahan tawanya, ada pula yang dengan terang-terangan terbahak-bahak. Aku sendiri tak tau apa yang membuat mereka tertawa saat melihatku.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nurli Eriza
kok jadi perempuan oon banget sich, sdh punya anak dua tp bodo kebangetan, mana ada orang punya niat baik krn mencari keuntungan, sdh tahu dr awal hanya dianggap pembantu tp nurut aja terus. bener2 jd wanita dungu.
goodnovel comment avatar
Nurli Eriza
bodoh sich.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 5 Di permalukan

    Bagian 3Tak Henti-hentinya setiap orang yang melihatku lagi-lagi tertawa terpingkal-pingkal.Aku yang tak paham apa yang mereka lihat lucu, membuat ku bingung dan hanya terdiam."Huussst, kalian jangan begitu dong, kasian kan Bibi, dia udah berusaha untuk tampil cantik depan kalian." ucap Helen, yang sesekali menahan tawanya."Helen, ada apa ini? Kenapa dengan wajahku?""Tidak apa-apa ko Bi, mungkin begitulah cara mereka memuji Bibi."Aku memang tak bisa bersolek, tapi bukan berarti aku tak mengerti apa yang tengah terjadi, yang jelas-jelas mereka mentertawakan aku. "Helen, apa kamu pikir aku bodoh? Mereka mentertawakan aku, bukan sedang menyanjung ku.""Ada apa ini?" Tiba-tiba Mas Adam datang ia melihat semua orang yang ada di ruangan itu tengah menatap ku, bagai tontonan lucu. "Ratih?"Mas Adam mendekat dan menatap wajahku lekat "Ratih! Apa yang kamu lakukan disini? Ya ampuun, benar-benar memalukan! Kata aku apa? Kamu tidak perlu dandan. Lihat hasilnya! Lihat!" Mas Adam berter

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 6

    Bagian 6"Bagaimana ini? Aku tetap tidak bisa membuatnya, kalau begini mungkin aku harus kursus, tapi pada siapa? Meskipun ada pasti biayanya mahal, sementara uang simpanan ku tinggal sedikit lagi. Ya Allah...berilah petunjuk untuk aku menjalani kehidupan ini,"tuturku lirih, aku benar-benar di pase tak berdaya. "Bu Neni, ya Bu Neni. Mungkin dia bisa membantuku."tiba-tiba, aku teringat sosok Bu Neni, mungkin ia bisa membantu ku. Kini harapan ku begitu besar padanya. Saat itu juga ku ajak ke dua anakku menemui Bu Neni, dia terkenal sebagai tukang rias pengantin yang berpengalaman. Aku berencana kursus padanya. Hari itu, Bu Neni terlihat santai, aku menemuinya di waktu yang tepat."Eh, Ratih tumben Tih, ada apa? Sini, sini masuk." sapa Bu Neni dengan sopannya."Iya Bu, maaf kalau aku mengganggu waktu ibu.""Tidak Tih, ada apa?""Aku datang ke sini, mau kursus rias ke ibu.""Ooowh, kursus rias. Boleh. datang saja setiap hari selasa dan kamis ke sini, itu waktu santai saya. N

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 7

    Bagian 7“Tidak bisa Ratih, Hanif dan Rahma anak aku. Mereka akan hidup terjamin jika bersamaku. ““Tapi, mereka juga anak anakku Mas, aku bisa melindungi dan memberi makan mereka.”“Pakai apa? Kamu sendiri saja tidak kerja. Hidup terlunta-lunta. Bagaimana kamu bisa membahagiakan mereka?”“Adam, Ratih. Anak kalian kan ada dua, kalian bisa membawanya satu-satu. Agar adil.” Ucap Mbak Yuli.Meskipun berat berpisah dengan salah satu anak, namun pilihan itu yang terbaik. “Biarkan Rahma ikut denganku, dan Hanif ikut kamu.” Ucap Mas Adam, aku hanya bisa menangis tak tahan dengan kesedihan ini, aku pikir perceraian hal yang paling menyedihkan, namun berpisah dengan anak lebih menyakitkan. Mulai saat itu, Mas Adam resmi menceraikan aku. Aku dan Hanif menumpang hidup di rumah Bu Neni. Bu Neni sangat baik padaku dan Hanif. Perlahan aku di ajari hingga bisa merias orang lain. Bu Neni selalu mengajakku, jika ada undangan pekerjaan, seperti merias yang wisuda, acara tunangan, atau per

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 8

    Bagian 8“Helen kamu di sini juga?”tanyaku balik dengan hati yang mulai tak enak. “Ya, ya iyalah Bi, inikan acara tahunan para model, Bibi ngapain disini? Jadi model juga?” tanyanya sembari menahan tawa dengan sebelah tangannya.“Enggak, Bibi disini mau belajar.”“Hah belajar? Hihihi, gak salah dengar ya aku? Tapi oke deh. Meskipun telat belajarnya.”Helen mendelik ke arahku. Kenapa aku harus bertemu dengan dia disini? Sebaiknya aku pindah pindah tempat duduk saja, tak nyaman rasanya dekat Helen yang terlihat terus mentertawakan aku. Tapi, aku duduk dimana? Mataku terus liar menoleh ke semua arah, mecari tempat duduk yang jauh dari gadis ini. Nyatanya semua tempat duduk sudah di beri nomor sesuai pendaftaran.Aku pun pasrah hanya bisa menghela nafas, dan mencoba duduk dengan tenang. “Helen, kali ini kamu harus jadi pemenangnya! Ingat saya sudah bayar mahal kamu.” Ucap seorang wanita berambut pirang, mereka terlihat begitu akrabnya.“Tenang saja Mak, tahun kemarin tau sendi

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 9

    Bagian 9Akhirnya acara pun dimulai, dari kata sambutan yang di sampaikan oleh para panitia acara, hingga ke teori yang di sampaikan oleh seorang dokter kecantikan.Selanjutnya ke acara inti loba Rias Modern. Semua peserta saling berhadapan bersama modelnya masing-masing, ya aku duduk menghadap Kania yang siap me make over wajahku.“Kania, kamu yakin mau pakai modelnya aku?” tanyaku ragu.“Ya elah, kamu masih ragu aja, udah deh diem pokoknya kamu anteng aja diem, biar ku obrak abrik nih wajahmu,” jawab Kania penuh gurau. Terdengar aba-aba dari panitia, untuk memulai lomba.“Oke guys, gimana semua sudah siap dengan alat tempurnya?”“Siaaaap....” para peserta dengan semangatnya menjawab.“Oke, siapkan model kalian masing-masing, jangan sampai di lewatkan kesempatan ini, karena hadiah yang telah kami siapkan begitu wow! Untuk juara Satu akan mendapatkan uang sebesar Dua ratus juta rupiah, juara ke Dua mendapatkan uang sebesar Seratus Lima puluh juta rupiah, dan untuk pemenang

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 10

    Bagian 10Saat itu, masih acara penampilan peserta yang lain, dan masih tersisa cukup banyak, sembari menunggu Kania mengajakku untuk makan dulu.“Kamu lapar nggak? Kita makan dulu yuk?” ajaknya.“Tapi acaranya?”“Ah sudahlah, masih lama. Kita menunggunya sambil ngisi perut. Ayok!’’ Kania menarik tanganku. Namun sebelumnya، aku diminta mengganti baju, setelah itu kami menuju tempat makan. Di kesempatan makan bersama itu, kami saling bertukar cerita tentang pengalaman hidup. Kania terlihat terkejut saat ku ceritakan kisah kehidupanku.“Apa? Jadi gadis sombong itu benar benar ponakan mu?”Aku mengangguk. “Sudahlah Ka, kejadiannya sudah berlalu, lagi pula aku sudah memaafkan dia dan mantan suamiku.’’“Kami yang sabar ya Tih, aku yakin kamu akan sukses di pekerjaan ini. Oya kamu mau gak gabung di salon dan butik aku? Sekaligus jadi model ku lagi?” “Kania, bukan aku menolak bantuan mu, tapi saat ini aku ingin membalas kebaikan Bu Neni padaku selama ini.”“Siapa Bu Neni?”“

  • AKU JUGA BISA CANTIK    bab 11

    BAGIAN 11Kami kembali ke tempat duduk semula, sembari menunggu pembagian hadiah. “Wiih, Ratih terbang ke Perancis Ka,” ucap Lili dengan wajah berbinar.“Iya, Li, beruntung sekali dia. Kita aja yang setiap tahun hadir ke acara ini belum pernah dapat kesempatan itu, lah dia, niatnya nonton doang, eh tau-tau nya dapat rejeki nomplok.”Kania dan Lili tertawa bahagia. Sungguh ini seperti mimpi indah untuk ku, aku sendiri pun tak pernah menduga akan berada di posisi ini. Aku tak mampu berkata-kata, Allhamdulillah... Allah memberiku jalan dengan pertemuan ini. Dari kejauhan aku melihat Helen datang menghampiri ku dengan nafas tersengal senggal, terlihat terburu-buru. “Bibi! Kalau mau menang jangan curang. Bisanya kalian main mistis.” Teriaknya dengan nada bicara menggebu-gebu.Kami bertiga menatap heran kedatangan Helen. Dengan cepat Kania pasang badan di hadapannya.“Hei, gadis sombong! Apa maksud kamu bicara seperti itu? Hah?”“Apa kalian pikir gue gak tau? Kalian memasang

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 12

    BAGIAN 12Aku terhenyak mendengar permintaan anak lelaki ku. Ku tatap dia kembali, rasanya baru kemarin aku menggendongnya dan selalu menasehatinya, sekarang anak itu sudah bisa berpikir jauh lebih dewasa dari aku. “Kamu mau ibu pakai hijab Nak?” tanyaku kembali sembari membelai rambutnya. Hanif pun menganguk.“Wajah ibu cantik, tapi ibu harus menutup rambut ibu. Bu, kemauan ini bukan Hanif yang suruh. Tapi Allah yang menyuruh ibu menutup aurat.”Seketika aku tertunduk malu saat mendengarnya bicara seperti itu. Aku menganggukan kepala, meskipun belum ada niat untuk memakai hijab, namun aku harus mempertimbangkannya. Karena banyak tawaran kerja yang menuntut ku tak boleh memakai hijab.“Nak, ibu pulang dulu ya? Ibu Neni takutnya sudah ada di rumah. Kamu baik-baik ya disini.”Hanif mengangguk dan mencium tanganku. Sebelum berlalu meninggalkannya, Hanif kembali memanggil ku.“Ibu...”“Ya Nak?.”“Jangan khawatir kan tentang rizki Bu, Allah menggantinya jika ibu meninggal

Bab terbaru

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 29

    Ya, aku harus ikuti rencana ibu. Memang terpikir sangat ekstrim, dan beresiko. Tapi tak ada pilihan lain, aku tak mau mempunyai saingan. Tak ada pilihan lain.*****"Berapa bayarannya?" "Sepuluh juta. Gimana?""Gila, ini pekerjaan berat. Mana mau kalau gue cuma di bayar Sepuluh juta?""Tenang, lu gak bakal di penjara. Karena lu akan berperan sebagai orang gila yang masuk pesta.""Ogah! Gue mau tambahan."Heu! Sial. Ternyata tak mudah membujuk preman jalanan ini."Oke, lu mau berapa?""Dua puluh Lima juta. Gimana?""Apa?""Terserah lu, gue pastiin gak bakal ada yang mau kalau lu hanya bayar di bawah angka yang gue tawar.""Oke. Gue setuju. Ingat pesan gue. Sasaran lu pengantin yang memakai cadar.""Siaaaap gue paham."Begitulah percakapan ibu dengan orang suruhannya. "Beres Helen, sekarang kita tinggal tunggu waktunya saja. Kamu siapkan uangnya Dua Puluh Lima juta,"pinta ibu. Aku harus memutar otak untuk pengeluaran uang, takutnya Mas Adam menanyakan uangnya selama ini aku pegang.T

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 28

    "Apa maksud kamu? Memuji wanita lain di depan aku? Kamu tau Mas, Ratih memakai cadar untuk menutupi wajahnya yang luka. Sok tau kamu bilang cantik."Aku begitu murka saat Mas Adam menyanjung mantan istrinya di depanku."Meskipun wajahnya tertutup, tapi aku bisa melihat dia lebih cantik dari yang dulu,"jawabnya sambil berlalu meninggalkan aku."Berani sekali kamu Mas bicara begitu di depanku? Kamu benar-benar tidak menghargai aku!"Seketika orang sekitar memandangi ku yang tengah memarahi Mas Adam."Sudahlah Helen, kenapa kamu harus marah-marah? Aku bicara apa adanya.""Tapi kamu nyinggung perasaan aku Mas!" Pertengkaran kami hingga ke rumah. Aku benar-benar tak bisa terima suamiku terus membela mantan istrinya. Jelas-jelas aku lebih cantik dan lebihj muda dari Si Ratih!"Kalian kenapa setiap hari bertengkar terus, apa tidak capek?"tanya ibu yang melihat wajahku penuh kekesalan. "Gimana aku tidak marah Bu, tadi kami bertemu Ratih, Mas Adam malah terus memuji kecantikannya. Aku gak su

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 27

    Sebulan berlalu dari kejadian itu, aku telah resmi menjadi istri Mas Adam.Dia terlihat sangat mencintai ku, tapi lain dengan perasaan ku, aku belum bisa mencintai nya, apalagi harus menerima kehadiran anaknya. aku menikahinya hanya untuk menumpang hidup. Menikahiku adalah harapan Mas Adam dari dulu, jadi ia begituBahagia saat Ibu datang untuk menawarkan aku untuk nya. Dia suami penurut, gajinya aku yang pegang. Tak hanya itu, ku jadikan anak tiriku Rahma menjadi babu di rumah. Lumayan ngirit, gak perlu cari IRT. Meskipun awalnya susah ngajarin dia nyapu, dan nyuci yang bersih. Tapi Lambat laun dia akan menjadi gadis yang rajin.Seperti hari ini setelah Mas Adam berangkat kerja ku beri tugas dia mencuci baju. "Rahma gak bisa Bu. Ayah gak bolehin Rahma nyuci."ucapnya manja."Gak bisa, gak Bisa! Bisanya apa kamu? Makan? Jajan? Ngabisin duit? Hah? Ayahmu gak ngajarin kamu, sekarang di sini ada Ibu, jadi kamu harus nurut apa kata ibu. Paham?"Anak itu terdiam dengan wajah ketakutan."

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 26

    Pov Helen... Aku merasa kecantikan ku begitu sempurna, berawal dari Mas Adam suami Bibi ku yang tajir namun kurang menyukai istrinya, sehingga ia lebih sering mengajakku ke acara-acaranya. Bukan hanya itu, Mas Adam pun memperkenalkan aku sebagai istrinya. Sebenarnya menurut ku itu berlebihan, tapi demi uang ku setujui permintaan dia.Entah mengapa semakin dekat dengan Mas Adam, semakin aku tak peduli dengan perasaan istrinya. Aku memang sedikit menyukai Mas Adam, hanya karena ia royal memperlakukan ku, dia selalu memberi berapa pun yang ku minta. Bagusnya lagi, ibu ku mendukung kedekatan ku dengan adik iparnya ini. Karena ibupun merasakan hasil dari kedekatan ku dengan Mas Adam. Hingga hari itu benar-benar tiba. Mas Adam menceraikan Bi Ratih, malang sekali wanita gendut itu, ia harus menghidupi anaknya tanpa tempat tinggal, karena Mas Adam telah mengusirnya. Ibu selalu membujukku agar menikah dengan Mas Adam, tapi aku tolak, karena aku masih penasaran dengan lelaki tampan yang

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 25

    "Wajahkuuuu.... Bu, wajahku hancur Bu." aku terus menangis histeris, ingin meronta namun sia-sia, percuma meskipun aku teriak hingga kehabisan suaraku, wajahku tak akan kembali seperti semula dengan cepat. Bu Neni dan Mas Ridho terus menenangkan aku, dan menyemangati ku. Hingga akhirnya aku perlahan bisa menerima kenyataan ini. Luka bakar serius itu menyebabkan rambutku hilang sebagian, terpaksa aku harus memotongnya pendek.Kini aku menjalani pengobatan di rumah sakit, Mas Ridho begitu setia menemaniku siang dan malam, terkadang jika ia sedang sibuk Bu Neni yang akan bergantian menemani ku. "Ratih, apa kamu tidak curiga pada Mbak dan ponakan mu itu? Kenapa mereka tidak menolongmu? Mengapa mereka lari saat kamu meminta tolong?""Aku tidak tau Bu, waktu itu aku lihat Mbak Yuli terlihat gesit, tidak terlihat sakit. Mungkin karena ia panik Bu.""Seharusnya Tih, meskipun mereka panik, saat melihat kamu seperti itu mereka menolongmu. Aah, tega sekali mereka. Saya merasa curiga ini

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 24

    Tiga hari sudah berlalu tanpa komunikasi dengan Mas Ridho. Kadang ingin sekali aku meneleponnya , namun ingat dengan perjanjian membuatku mengurungkan niat.Ting... Satu pesan di terima, dari Helen. "Bi, bisa kerumah tidak Bi, ibu sakit. Aku tidak bisa mengurusnya."Mbak Yuli sakit apa? Aku harus menjenguknya."Ibumu sakit apa Len? Baiklah Bibi akan ke rumahmu."Akupun segera menutup telepon dan bersiap-siap pergi."Ratih, kamu mau kemana?"tanya Bu Neni."Mau ke rumah Mbak Yuli Bu, katanya dia sakit.""Ibunya Helen sakit? Sakit apa? Ratih, biar saya temani kamu.""Tidak usah Bu, hari ini tidak ada jadwal kerja, jadi lebih baik ibu istirahat saja di rumah.""Tapi Tih, perasaan ibu, kenapa tiba-tiba saja gak enak. Kenapa ya?""Nah, itulah akibat ibu kurang istirahat. Sudah, ibu tenang saja, aku itu mau nengok Mbak kandung aku, bukan musuh aku Bu. Jadi ibu tidak perlu khawatir ya?'"Ya sudah, kamu hati-hati ya Tih.""Iya, Bu." Ku salami tangannya sebelum berlalu pergi. Satu jam lebih,

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 23

    "Jadi kamu sudah pernah menikah?"Mas Ridho menganguk. "Kamu tidak kecewa kan?""Tidak Mas, aku hanya ingin kenal anakmu.""Hmmm, baik nanti akan aku pertemukan kamu dengan Anggara.""Namanya Anggara ya? Apa dia ikut bersama ibunya?""Ya, dia dengan ibunya.""Baiklah atur waktunya saja, aku juga mau kamu bertemu anakku Hanif yang sekarang sedang di pondok.""Baik Ratih, nanti kita atur waktunya ya, terpenting semuanya harus sudah beres sebelum acara pernikahan kita."Aku mengangguk setuju. **** "Siapa dia? Jadi dia pacar Papah?" teriak anak bertubuh gempal itu. tatapan matanya sinis melihat ke arahku."Angga, dia calon ibu baru mu. Sebentar lagi Papah dan Ibu Ratih mau menikah. Dan Papah harap kamu dan Mami bisa hadir juga ya sayang?""Tidak! Aku tidak mau datang! Papah jahat!" Anggara tetap dengan pendiriannya, ia seperti tak meyukaiku."Ada apa ini Mas?" tanya seorang wanita yang baru saja datang, ia memakai gamis dan berkerudung panjang menghampiri Mas Ridho."Aira, maaf. Aku da

  • AKU JUGA BISA CANTIK    Bab 22

    "Jadi, wanita itu Ratih?" tanya Mbak Yuli menatap tajam mata Mas Ridho."Benar Bu.""Kalau saja dari awal saya tau dia orangnya. Gak sudi saya datang ke sini. Helen! Ayok kita pulang!" Mbak Yuli dengan cepat menarik tangan anaknya dan berlalu dari hadapan kami. Semua orang menyaksikan kekecewaan Mbak yuli dan Helen. Mas Ridho menatap keduanya berlalu dengan perasaan bersalah."Ratih, bagaimana ini? Mengapa mereka berdua terlihat marah dan langsung pulang?""Sudah Mas, jangan hiraukan mereka, lihat tamu tamu kamu di depan semuanya menunggu.""Oke guys, maaf ada masalah sedikit. Mereka memutuskan untuk pulang lebih dulu, mungkin ada acara yang lebih penting dari ini. Mari kita lanjutkan , disini saya akan sedikit menggombal pada wanita yang ada di depan saya ini. Boleh?""Boleeeeeeh...." jawab tamu undangan serentak.Mas Ridho menatap wajahku lekat, dengan perlahan ia mulai mengungkapkan perasaannya."Ratih, saya sangat mencintai, mengagumi, dan sangat menyayangi mu, dari awal kita be

  • AKU JUGA BISA CANTIK    bab 21

    Hari itu pun tiba, Mas Ridho menjemput ku dengan santai, sayangnya Bu Neni tidak bisa ikut, karena ada acara ku ini terlalu mendadak, dan Bu Neni sudah menjadwalkan ke tempat undangan lain. Meskipun begitu doa-doa terbaik untuk kami Bu Neni sampaikan sebelum ia meninggalkan kami. "Ya sudah ya Tih, saya berangkat ya. Kalian hati-hati di jalan.""Iya Bu," balas Mas Ridho. Aku segera bersiap untuk berangkat ke acara yang sudah Mas Ridho siapkan. "Ratih, kamu benar-benar cantik."pujinya. "Alhamdulillah, " jawabku tersipu malu. Akhirnya kami berlalu menuju gedung acara. Di dalam mobil kita isi dengan perbincangan ringan. Tiba-tiba ponsel Mas Ridho berbunyi."Si Helen telepon, sebentar ya sayang."Aku mengangguk. Memberi waktu padanya untuk mengangkat telepon dari Helen. Mas Ridho sengaja mengaktifkan speakernya, mungkin tujuannya agar tidak terjadi salah paham ."Ya hallo Len, dimana? Jadi kan datang?""Jadi dong pak. Ini sudah siap tinggal otw.""Bagus, kamu ajak sekalian ibumu ya

DMCA.com Protection Status