Apa tadi itu? Kebahagiaan? Atau hanya sekadar pelampiasan rasa seorang lelaki. Ah, bukankah seorang pria bisa membeli walau tanpa rasa. Mungkin Iriani yang terlalu naif. Inginkan sesuatu yang lebih dari sentuhan selembut tadi. Walau ada do’a indah yang mengawali. Namun, tak ada kecupan sayang setelahnya.Sebab juragan Darsa langsung ambruk setelahnya. “Bersih-bersihlah, lalu saya antar kamu pulang duluan,” katanya tanpa menoleh ke arah Iriani yang berusaha menahan perih dan rasa tak nyaman dibawah sana.Bahkan noda merah yang tertinggal di seprei putih itu, hanya dilihat oleh suaminya tanpa ucapan terima kasih atau ucapan apapun yang mungkin bisa menghibur hati Iriani setelah melewati hal baru sambil melepas sesuatu yang begitu berharga dalam hidupnya.Iriani bahkan yakin, tempat dimana juragan ingin membawanya, bukanlah ke hotel tadi.Benar-benar miris dan Iriani kecewa.Kecewa sebab dirinya sudah salah, menilai. Dikiranya juragan Darsa benar-benar ingin memulai hubungan ini selaya
Iriani tak ingin luluh dengan tulisan permintaan maaf itu. Perempuan ini lebih tertarik mencari tahu bagaimana lelaki ini bisa masuk dan tahu-tahu sudah ngorok sambil memeluknya sesubuh ini.Apa pintu kamar ini dicungkilnya atau di dobraknya. Apa ia senyenyak itu tidurnya hingga tak mendengar pintu ini dibuka paksa.Iriani menggeleng jengkel. Baginya juragan Darsa ini seolah tak berperasaan, datang dan pergi seenak hati, seolah Iriani hanya boneka yang tak harus dianggap. Bahkan Iriani mulai ilfeel. Permintaan maaf dan permohonan lelaki itu untuk memulai semuanya dari awal bersama Iriani, ia anggap hanya bualan semata. Andai dimasukkan kedalam hati, tentu akan menyakiti perasaannya sendiri.Dilepasnya pergelangan berbulu itu yang setia melilit perut ratanya. Dengan pelan ditaruhnya pergelangan berkulit coklat itu di atas bantal guling, kemudian Iriani beringsut pelan-pelan turun kebawah.Ingin segera mandi sebelum waktu subuh masuk. Namun belum sempurna kakinya memijak lantai, tubuhn
Walau dengan setengah hati, bu Sarmi terpaksa memberi restu pada Diani dan Haidar untuk menikah.Sebab kesalahan di masa lalu yang pernah dilakukan keduanya, yang jelas-jelas melukai hati seorang ibu. Meski Diani ternyata kembali melakukan hal itu bersama juragan Darsa berulang kali. Namun lelaki itu menjanjikan pernikahan, karna ada rasa yang memang terpupuk. Entah rasa cinta atau sayang semata.Yang jelas, juragan Darsa serius ingin menikahi Diani. Namun perempuan ini sendiri yang lari meninggalkan lelaki duda itu, setelah memanipulasi rasa dan beberapa keping harta milik lelaki itu.“Sah!”“Sah!”Ramai suara beberapa tetangga dan kerabat yang menghadiri pernikahan sederhana antara Diani dan Haida, menjadi saksi pernikahan mereka.Akhirnya menikah juga. Walau bukan dengan juragan Darsa, setidaknya Diani kembali pada mantan kekasih yang dulu menghilang.Banyak yang bertanya-tanya siapa lelaki ini, tapi banyak juga yang sudah tahu siapa Haidar bagi Diani di masa lalu.Pernikahan yan
Tak perlu menunggu waktu lama, bagi Diani untuk merasakan penyesalan itu. Tak sampai tiga bulan, niat culas Haidar membuatnya menjauh dari juragan Darsa sudha mulai terlihat. Ternyata benar kata lelaki yang dulu begitu memujanya, bila beberapa keluarganya ingin merebut sebagian harta warisan yang sudah menjadi miliknya.Benar, bila juragan Darsa juga menyentuhnya. Namun lelaki serius ingin bertanggungjawab dengan apa yang telah ia perbuat. Hanya saja ia terpengaruh dengan hasutan Haidar. Belum lagi, saat lelaki itu mengobarkan kenangan indah di masa silam antara mereka.Dan, Diani hari ini diminta oleh suaminya untuk menemui juragan Darsa untuk meminta sejumlah uang ganti rugi akibat dari apa yang lelaki itu dulu lakukan.Tak tahu malu!Haidar seolah-olah menggadai istrinya sendiri.Dan Diani benar-benar murka.“Apa maksud kamu, Mas?”Diani menggeram menahan amarahnya. Ternyata laki-laki pilihannya ini tak berubah. Memang tega. Memang culas.“Kamu tahu kan, kita sedang kesusahan uang
Mbok Sum berdiri cemas, di depan pintu kamar besar itu. menunggu istri majikannya keluar dari dalam dan memperlihatkan hasil dari benda pipih itu. bukan ingin kepo dengan hasilnya, tapi karna majikan perempuan meminta perempuan yang sudah bekerja cukup lama di rumah ini, untuk segera melaporkan hasilnya.Bu Namira rasanya sungguh tak sabar ingin segera menimang cucu dari putra satu-satunya. Juragan Darsa bukan kali pertama ini memiliki istri. Lelaki berhidung bangir itu pernah menikah beberapa tahun lalu. namun, pada pernikahan pertamanya, lelaki itu tak mendapat keturunan. Bahkan, hingga tahun ketiga pernikahannya bersama seorang perempuan cantik bernama Laksmi, keduanya tak ada keturunan. Hingga perempuan yang menjadi cinta pertamanya itu meninggal, akibat wabah beberapa tahun lalu.Sebab itu, pada pernikahan kali ini, bu Namira betul-betul berharap ada cucu yang hadir antara putranya dan perempuan pilihan beliau.Ya, pilihan beliau. Sebab dari sekian banyak foto gadis-gadis perk
Juragan Darsa menyimpan kembali ponselnya setelah menghapus gambar wajah babak belur itu. Lelaki ini tahu, bila Diani sudah menjadi istri dari sepupu tirinya. Jadi, dirasa tak ada pentingnya untuk menanggapi pesan gambar itu.Lalu lelaki ini memilih mengecup wajah lelap istrinya, kemudian benar-benar masuk kedalam kamar mandi dan membersihkan dirinya.Ia ingin enyahkan pikiran itu. Pikiran yang dibayangi wajah babak belur mantan kekasihnya. Sudah cukup masalah di perkebunan yang ditimbulkan oleh suami mantan kekasihnya, mendestruksi pikiran lelaki ini.Dan masalah perasaannya sendiri. Mungkin sebaiknya memang juragan Darsa menutup pintu hatinya untuk perempuan itu. Sebab sekarang ada perempuan yang tengah mengandung penerusnya.Perempuan baik-baik pilihan ibunya. Walau begitu sederhana dan jauh dari kata sepadan dari segi ekonomi, tapi lelaki ini pelan tapi pasti, mulai membuka pintu hatinya untuk permaisuri pengganti.Lelah menangis dalam kemarahannya. akhirnya netra terpejam itu memb
“Nggak mungkin. Nggak mungkin!”Bibi Hilda menggeleng-gelengkan kepalanya. Rasanya tak terima dengan kabar yang dibicarakan oleh para tetangganya.Ingin sekali rasanya perempuan bertubuh subur ini, membungkam mulut panas para tetangganya itu.Inginnya membungkam. Namun video itu jelas menujukkan wajah putri kesayangannya sedang dimaki-maki oleh seorang perempuan yang sedang hamil.“Kenapa, Bu?”Paman Bahar yang baru pulang dari menghabiskan uang yang tersisa di meja judi, keherana melihat istrinya yang tampak gusar dan berbicara sendiri.“Astaga, Bapak sudah pulang. Ibu nggak dengar suaranya masuk.”Semakin paniklah bibi Hilda, sebab ia tak ingin suaminya tahu berita ini. Namun bagaimana ini. Harus dengan cara apa disembunyikan aib ini. Sedangkan, nyaris semua tetangga sudah tahu.“Kamu mikir apa? Kok jadi panik begitu? Ada yang gangguin tadi di pasar?”“Eh, nggak, Pak. Nggak ada!” jawab bibi Hilda sedikit gugup.Duh, bagaimana ini. Ingin ditanya dulu kebenaran itu pada putrinya. Namu
“Aku harus lari dari pernikahan terkutuk ini!”Sambil menahan nyeri dan perih bekas tamparan dan sabetan karet pinggang di punggungnya, Diani berusaha mengendap-endap keluar dari rumah milik suaminya yang juga dijadikan markas untuk anak buah dan kawan-kawannya berkumpul.Sore yang lengang, itu. Setelah Haidar melampiaskan kemarahannya atas perlawanan Diani yang tak ingin ikut campur untuk memeras juragan Darsa. Lelaki itu dan beberapa kawannya menuju suatu tempat. Tempat dimana, ada bangunan milik juragan Darsa yang disewa orang-orang pasar. Lagi, Haidar akan menjalankan aksi liciknya.Terhitung ada tiga ruko sederhana yang disewa pedangan untuk mereka gunakan menjual sembako dan bahan kue.Tak berhasil lagi mendapatkan kebun kakao itu, membuat Haidar nekat untuk menjalankan rencana licik berikutnya.Tentu lelaki ini nekat menjalankan rencananya, sebab ada dukungan dari bibi Rena. Wanita paruh baya yang sama tak puasnya dengan harta dunia yang dipunya sekarang.Lalu tanpa perasaan,
Dua minggu sudah berlalu sejak pertemuan tak terduga antara Gavin dan Kania. Juga pertemuannya dengan pak RT yang dating menyampaikan keluhan warga akan pembayaran tanah yang belum selesai.Gavin bahkan tak menyangka bila ruko yang dibelinya ada hubungannya dengan Doni. Mantan suami Hera yang diam-diam juga menjalin affair Bersama wanita yang pernah menjadi kekasih gelapnya.Bahkan ungkapan pertanyaannya pada Winda hari itu seolah angin lalu yang sudah terlupakan. Gavin pun sekarang lebih banyak menghabiskan waktu sebagai sopir taksi online daripada mengunjungi tokonya. Laporan penjualan oli akan ia terima lewat emailnya. Winda sudah sangat cekatan mengirim laporan melalui email.Sementara untuk pembelian, Gavin akan langsung menelpon supplier oli yang telah menjadi langganannya. Pembayaran pun dilakukan melalui transfer.Tak ada yang tahu balasan takdir apa yang akan diterima setelah melakukan kesalahan-kesalahan di masa lalu.Bertaubat mungkin sudah dilakukan, tapi balas akan t
"Sudah dua tahun kamu hidup sendiri, apa nggak ada niatan untuk kamu buka hati, Nia?" "Luka yang lama rasanya susah betul sembuhnya, aku takut mengulang cerita yang akan memberikan rasa sakit di ujungnya, Ta." Kania tahu kemana arah pembicaraan Sita. Ini bukan kali pertama ibu satu anak ini menyampaikan makna tersurat tentang perasaan seseorang padanya. "Mas Daksa itu suka sama kamu, ibunya juga berharap kamu ada perasaan yang sama." Kania tersenyum miris setipis mungkin. Sebagai Perempuan dewasa, Kania juga tahu tentang perasaan pria itu.Mas Daksa pria yang baik, hanya saja Kania rasanya masih takut memulai hubungan yang baru, apalagi statusnya hanya sebagai pembantu di rumah pria itu.Ada kenangan yang membekas dan mungkin tak mampu dihapus waktu. Kenangan akan statusnya Bersama Gavin.“Aku ini orang susah, Ta. Aku hanya pekerja di rumah orang tua mas Daksa.”“Nggak ada masalah. Problemnya dimana. Mas Daksa serius ingin membangun rumah tangga. Dia juga pernah gagal,
"Tanah ini pembayarannya belum diselesaikan, Pak Gavin." Seorang pria tua berpeci yang sedari tadi menunggu Gavin, langsung membeberkan inti persoalan yang menyebabkan beliau harus datang menemui pemilik ruko ini. Rupanya beliau ketua RT di daerah ini. "Gimana maksudnya, Pak? Saya juga tidak tahu menahu dengan pembayaran tanah yang bapak maksud." Gavin tentu menerima dengan baik tamu yang tak diharapkan kehadirannya siang ini. Belum lagi tadi pertemuan tak sengaja antara dirinya dan Kania membuat perasaannya jelas terusik. "Pihak developer belum menyelesaikan pembayaran tanah ini, Pak. Dan warga tidak mau tahu, mereka meminta saya untuk menemui pemilik ruko satu persatu." "Tapi saya sudah membayar lunas pembelian ruko ini, Pak. Entah dengan yang lainnya." Raut wajah pak RT terlihat cemas. Lelaki berkacamata ini menarik napas panjang lalu menghembuskan dengan berat. "Pak Gavin bukan pemilik ruko yang pertama yang saya datangi, tapi jawaban mereka ham
Sejenak keduanya tertegun. Ada kenangan yang tiba-tiba hadir di benak keduanya. Kenangan manis yang lebih dulu hadir di kepala Gavin. Kenangan yang ternyata tak bisa ia lupakan begitu saja. "Kania, ayo mas, antar!" Gavin terlalu bahagia hanya dengan melihat Kania sedekat ini. Namun, kenangan yang menyibak ingatan lelaki ini, ternyata tak sama dengan yang Kania rasakan. Kenangan pahit dan p3rih yang muncul dalam ingatan Wanita baik ini.“Oh, Maaf, Mas. Saya nggak tahu kalau kamu.” Terburu Kania mengeluarkan lembaran rupiah dari dompetnya ia ambil senilai harga taksi yang tertera di aplikasi tadi. “saya bayar, Mas. Maaf saya nggak jadi pakai taksinya!”Kania memaksa memberikan uang itu. Namun Gavin yang melongo karna terkejut dengan penolakan yang diberikan penumpangnya ini membuat Kania meletakkan uang itu di atas kursi penumpang lalu gegas berlalu sambil mengucap lagi kata maaf.“Kania!” Gavin berseru lalu gegas membuka pintu dan turun menghampiri Kania yang ter
Dua tahun berlalu, …*** Keheningan dan sunyi melanda. Ini hari-hari yang Gavin lalui setelah badai besar yang ia cipta dalam rumah tangganya.Perselingkuhannya Bersama Aline dua tahun lalu telah membuatnya kehilangan segalanya. Kejayaan ekonomi yang ia raih saat Bersama Kania dulu, pupus satu persatu bersamaan dengan kepergian Kania melepaskan diri.Mulai dari rumah tangganya yang hancur, kepergian ibunya untuk selamanya, juga keuangan Perusahaan yang tiba-tiba bangkrut dan pembayaran pelanggan yang macet telah membuatnya berada pada titik terendah dalam hidupnya.Dan bukannya menikahi selingkuhan yang telah membuatnya berpaling dari istri sahnya, tapi ia tinggalkan pula kekasih gelapnya itu dalam keadaan tak berdaya.Hari Dimana Gavin mengunjungi Aline di rumah sakit untuk melampiaskan amarah dan kecewanya, adalah hari terakhir mereka bertemu.Aline meninggal membawa sesalnya juga rahasianya. Tak ada yang tahu, ancaman apa yang telah diterima dari Doni hingga nekat menipu dan mengk
*** Sia-sia sudah pernikahan yang dibangun dengan cinta dan keikhlasan di awalnya.Tiga tahun berakhir dengan rasa sakit dan kecewa. Kisah indah antara Gavin dan Kania berakhir di siang yang gerimis ini.“Aku minta maaf, Mas bila selama Bersama telah membuatmu tersiksa dalam pernikahan kita. Mungkin aku yang banyak kurangnya sehingga kamu cari kenyamanan di luar sana.”Ikhlas sekali Kania membalas uluran salam dari Gavin. Bagaimana pun mereka pernah begitu Bahagia dan ia akui selama pernikahan kebutuhan lahir batinnya terpenuhi cukup baik.Meski luka jelas belumlah sembuh, tapi Kania siap menjalani hidupnya yang baru. Hidup tanpa suami dan mengusahakan apa-apa dalam hidupnya seorang diri.“Kania, …”“Aku pamit, Mas.”Kania tak biarkan Gavin mendestruksi lagi perasaannya. Luka yang kemarin sungguh begitu susah sembuhnya. Jadi, biarlah seperti ini.Gemuruh Kembali menghampiri bumi saat Kania melangkah meninggalkan ruang siding itu.“Nia, kamu oke?” Sita berdiri mengamit pergelangan K
“Beri aku kesempatan, Kania. Aku benar-benar minta maaf atas khilafku Bersama Perempuan itu.”Gavin berlutut di hadapan Kania. Lelaki ini begitu takut kehilanga, sementara Kania begitu siap untuk melepaskan.“Jangan gini, Mas!” Kania mundur selangkah. Tak biarkan Gavin menyentuh kakinya yang tertutup kaos kaki berwarna khaki.Kania benar-benar siap untuk berpisah hari ini. Ia sudah tak menangis seperti di awal saat Gavin begitu bersemangat ingin berpisah.“Aku mohon, Kania. Kita jangan berpisah, Sayang!” Wajah Gavin begitu memelas, tak lagi garang saat memberikan hadiah ulang tahun pernikahan pada Kania dengan ucapan perpisahan begitu mantap.Lelaki ini tampak kurus dari sebelumnya. Harapannya pada Kania untuk Kembali dan bertahta disisinya sungguh besar. Sayangnya, Gavin lupa sedalam apa be**ati yang telah ia tancap dalam hati Kania.“Aku nggak mau lagi berdebat, Mas. Kuberikan semua yang kamu inginkan. Aku harap mas Gavin masih ingat hadiah pernikahan yang mas berikan padaku dua b
***“Apa sih, yang ada di pikiran kamu saat memilih menyelingkuhi Perempuan sebaik Kania?”Rahmat bertanya sambil menatap iba juga geram pada Gavin yang terlihat frustasi dan tak ada semangat.Lelaki itu terlihat menghembuskan dengan kuat asap nikotin yang dihirupnya kuat-kuat. Gavin sudah cukup lama tak mengisap tembakau. Namun bercelarunya pikiran akan perbuatannya sendiri membuatnya membeli sebungkus nikotin beraroma mentol kesukaannya dulu.Bahkan saking frustasinya, ia meminta Rahmat untuk dating mendengarkan keluh kesahnya.Keduanya duduk di balkon rumah berlantai dua ini. Balkon Dimana banyak meninggalkan kisah indah antaranya dirinya dan Kania. Keindahan yang hadir sebelum ia ciptakan badai dan menghancurkan segalanya.“Aku khilaf,” ucapnya sambil menghembuskan lagi kepulan asap putih dari bibirnya yang kecoklatan.“Heh? Khilaf?” Rahmat tertawa menyeringai. Jengkel rasanya. Ia juga lelaki jadi tahulah apa yang membuat Gavin sampai selena itu Bersama mantan masa lalunya. “Mana
*** “Bagaimana dengan sidang cerai kalian?”“Sepertinya mas Gavin enggan melanjutkan. Mungkin selingkuhannya sudah nggak menarik lagi dimatanya.”Kania menjawab sambil menyeruput minuman coklat yang Sita bawakan. cuaca memang cukup panas hari ini. Bila siang hari panas, biasanya sore atau malam pasti hujan. Tadi sebelum Sita datang, Kania sudah mencuci pakaian kotornya dan menjemur di bagian belakang kost-kostan ini.Kania kemudian tersenyum miris saat mengingat saat mencuci tadi ia masih bertanya dalam hati siapa yang mencucikan pakaian kotor suaminya.“Bagaimana dengan kamu, Nia? Maksudku nggak ada salahnya memberikan kesempatan kedua, asalkan hatimu ikhlas.” “Entahlah, Sit. Hatiku terlalu sakit pada mereka.” Kania berhenti sebentar, berusaha menghalau air mata yang datang mengintip. “Kata-kata wanita itu kemarin mungkin nggak bisa aku lupa seumur hidupku.”Akhirnya embun di pelupuk benar-benar jatuh. Walau hanya setitik, tapi sudah cukup menandakan bila sakit itu benar-benar mem