Niat yang baik tidak boleh ditunda- tunda. Hanya 2 minggu berselang, dan pagi ini Gilang dan Tania sudah berada di KUA. Mengenakan kebaya sederhana, Tania terlihat cantik. Hanya ada Beberapa orang saksi. Yaitu ceu Inayah, Hesti dan Rivaldo, dan Ustaz Darda. Juga Tuti dan Siti. Tidak ada pesta resepsi. Mereka hanya memesan catering dan memasang tenda di depan rumah, serta mengundang para tetangga dekat dan anak- anak kos untuk makan bersama. Tidak ada juga kursi pelaminan.
Tania memang menolak semua itu. Menurut Tania bukan pesta yang meriah yang menjamin rumah tangga yang bahagia. Tapi, bagaimana kehidupan setelah ijab qobul itu. Jadi, mereka memutuskan untuk mengadakannya dengan sesederhana mungkin. Yang penting sah.
Dan setelah suara "Sah" terdengar dan doa- doa dipanjatkan. Juga menandatangani buku nikah dan lainnya mereka pun pulang ke rumah. Dan mulai dengan acara makan bersama.
Tania juga tidak memin
Fahira tak kuasa membendung air matanya. Setelah semua yang ia lalui, akhirnya hari ini adalah hari yang bersejarah. Beberapa tahun lalu, ia hanyalah Fahira wanita yang hanya tamatan SMA. Tapi, hari ini dia berada di sini. Dan hari ini adalah hari wisudanya. Bahkan mertuanya pun datang dari Yogya di hari bahagia ini. Dengan bangganya ia memakai Toga. Semua tampak bahagia hari itu. Setelah upacara wisuda selesai dan foto bersama, mereka pun memutuskan untuk makan bersama. The Tempat Makan hari itu tidak terlalu ramai. Jadi, Surya bisa duduk menemani mereka, sambil menggendong si kecil Arjuna."Sudah pantas sepertinya kamu menjadi seorang ayah, Sur," komentar Arya yang disambut gelak tawa Surya."Loh, Arjuna dan Kamania kan anakku juga, Yah." Jawabnya."Maksud ayah, kapan kau akan mulai memikirkan diri sendiri. Usahamu sudah maju. Kehidupanmu sudah mapan, masa tidak ada wanita yang menarik hatimu?" Surya hanya te
Pagi itu suasana rumah Gilang sudah tampak sibuk. Meja makan sudah dirapikan. Makanan sudah siap di atas meja. Ada opor ayam, ketupat, rendang , sambal goreng hati ,pepes ikan mas. Ikan gurami goreng dan makanan lain. Tania sendiri tampak begitu cantik dengan gamis dan hijabnya. Sejak 5 tahun yang lalu, Tania memang memutuskan untuk berhijab. Dan, keputusannya tentu didukung penuh oleh Gilang."Jam berapa Hesti dan Fahira akan datang bersama anak- anak?" tanya Gilang."Teh Fahira, tadi sudah di tol. Mbak Hesti sama Mas Rivaldo juga sudah di jalan. Tadi, ada chat katanya sudah sampai Rancaekek. Paling sekitar satu jam lagi sampai sini," jawab Tania."Aku sudah kangen pada Kamania dan si kembar." Kata Gilang. Tania hanya tersenyum melihat tingkah suaminya itu. Setiap bulan, mereka memang selalu berkumpul,kadang di rumah Gilang, kadang di Jakarta, kadang di Tasik. Tujuannya satu, silaturahmi. Mereka sepakat, untuk selalu
Kamania sedang berada di kantin, siang itu seharusnya ia bertemu dosen pembimbing. Kamania sudah mulai menyusun skripsinya. Tapi, karena sang dosen berhalangan, terpaksa jadwal pertemuan mereka diundur. Dan, siang itu ia malas sekali untuk pulang ke rumah. Yoga pasti sedang berada di rumah sakit. Sementara Fahira pasti ada di butiknya. Dan Arjuna, adiknya itu selalu asik dengan game dan buku. Arjuna itu pecinta buku. Hampir setiap bulan, ia akan mengajak orang tua mereka ke toko buku. Kamania juga suka membaca, tapi tidak se'gila' Arjuna. Terkadang, Kamania ingin sekali memiliki saudara perempuan. Yang bisa diajak ke mall, hangout. Adik- adik perempuannya berada jauh. Itulah sebabnya ia paling senang jika keluarga besarnya sudah berkumpul seperti minggu lalu. Ia senang ngobrol- ngobrol dengan Kinanti dan Davina. Sekalipun Davina tidak memiliki hubungan darah dengannya, namun Kamania sudah menganggapny
Yoga dan Fahira baru saja pulang, saat Kamania sampai dengan diantar Ivan. Dan keduanya tampak gembira. Fahira dan Yoga pun saling melemparkan pandangan."Assalamualaikum, Tante, Om. Baru pulang ya?" sapa Ivan dengan ramah lalu menghampiri Yoga dan Fahira dan mencium punggung tangan mereka. Kamania tertegun, pantas saja kedua orang tuanya begitu menerima Ivan. Ivan pandai mengambil hati orang tua dan juga sopan."Iya,kami baru saja pulang. Kalian bisa sama- sama? Hmmm,tumben." Kata Fahira bingung."Iya Tante, tadi saya culik sebentar. Saya ajak nonton, tapi sumpah saya nggak pegang- pegang loh,"jawab Ivan dengan ekspresi yang lucu. Membuat Yoga tertawa lepas."Kamu ini, ayo kita masuk. Tante sudah belanja bahan makanan. Malam ini kita mau pesta barbeque dan shabu- shabu. Ayo, kamu ikut makan. Sambil tunggu, kamu bisa main catur sama om. Tempo hari om masih penasaran kamu kalahin," kata Yoga sambil meran
Malam itu, akhirnya mereka makan malam bersama. Suasana sedikit berbeda karena ada Ivan. Ivan memang pandai menghidupkan suasana. Arjuna juga sangat menyukainya. Kamania yang duduk di samping Fahira sesekali tertawa kecil mendengar celotehan Ivan. Begitu pula dengan Arjuna. Dia begitu antusias mendengar cerita- cerita Ivan. "Besok- besok kalau mas Ivan ajak kak Nia nonton, aku mau juga dong. Masa aku nggak di ajakin,padahal aku tu dari kemarin kepengen banget nonton film Spiderman," protes Arjuna."Yang jelas, filmnya bagus. Spider Man nya ada tiga,trus dokter Strange -"“Stop!Jangan spoiler dong kak, curang ah," Arjuna kembali protes. Fahira dan Yoga hanya tertawa melihat kelakuan anak- anak mereka."Ya udah, gimana kalau besok mas Ivan ajak nonton, mau?""Serius mas? Boleh nggak Ma, Yah?""Ayah sih boleh-boleh aja kok kalau kamu pergi sama mas Ivan. Ajak kakakmu sekalian," kata Yoga.
Di hari Sabtu biasanya Fahira tidak ke butik. Dan Yoga pun sedapat mungkin pulang cepat. Setiap sabtu dan Minggu adalah waktu untuk keluarga. Namun, siang itu Kamania harus ke kampus karena ada jadwal kuliah yang sangat penting. Dan, kebetulan dosennya adalah bu Talita. Kamania harus mengatur ulang jadwal pertemuan untuk skripsinya nanti."Sampai jam berapa kuliahmu? Inget loh, ada janji sama Ivan dan Arjuna.""Paling jam lima sore Nia udah di rumah Ma. Ayah pulang jam berapa hari ini? Mama mau masak apa?""Hari ini ayahmu ada jadwal operasi. Tapi, setelah itu langsung pulang. Mama mau masak sop buntut kesukaan ayahmu sama pepes gurame buat Arjuna. Kamu mau apa?""Pepes ikan aja. Ya udah, Nia kuliah dulu.""Bawalah mobil sana, Nia. Ayahmu beli kamu mobil itu untuk kamu pakai. Biar nggak repot pake taksi online.""Males Ma, cape. Mending naik taksi online, Nia bisa sambil baca buku. Kalau bawa mobil sendiri sampe kamp
Ivan pulang dengan hati yang berbunga-bunga. Ia senang akhirnya ia bisa memiliki Kamania. Ya,meski gaya pacaran mereka unik. Setidaknya, dia pacar aku sekarang,pikir Ivan."Hmm, kencan terus ya, gimana udah bisa emang bikin dia luluh?"sapa Arini sang ibu. Ivan tersenyum lebar dan menghampiri ibunya."Mama belum tidur? Papa mana?""Kamu pikir ini jam berapa? Papa mu ya sudah terlelap di alam mimpilah. Mama sengaja tunggu kamu pulang. Mama pengen denger cerita kamu." Ivan langsung duduk di samping Arini. "Akhirnya, gadis bermata biru itu, mau jadi pacar aku Ma. Malah aku udah bilang, kalau aku mau lamar dia di depan orang tuanya." Arini memukul kepala Ivan pelan, ia gemas sekali dengan kelakuan putranya yang ngeyel itu."Kamu ngelamar dia? Depan orang tuanya? Ngelamar tu yang sopan. Masa nggak bawa orang tua. Bikin malu,nggak tau sopan santun," omel Arini."Hahahah ... Mama ini, ya ngg
Pagi itu, dengan wajah ceria Ivan turun untuk bergabung dengan kedua orang tuanya di meja makan. Arini sedang mengoles roti dengan selai coklat. Sementara Barata sedang asik menikmati kopinya."Pagi, semua. Wah, Mama udah cantik aja ni, wangi lagi.""Alaah, pagi- pagi udah gombalin mamanya, liat tu anak mu, Pa. Kelakuannya makin jadi aja. Sekarang, bukan cuma mamanya yang digombalin. Anak orang digombalin juga," sungut Arini."Ah, paling anak orangnya aja yang kegeeran, Ma," ujar Andrea ketus. Ivan menoleh dengan cepat, begitu juga Arini langsung menghentikan pekerjaannya mengoles roti."Kamu ini ngomong apa sih. Mama tau sekali siapa Kamania. Dia bukan gadis yang nakal atau gampang baper. Kalau dia mau, sudah dari dulu dia terima kakak kamu." Arini berkata tajam."Eh, jadi kalian udah jadian? Pake jurus apa kamu, Van? Luluh juga akhirnya. Ayo, ajak makan malam di sini. Jangan kamu aja yang n
EKSTRA PART : AKHIR YANG BAHAGIA Siang itu rumah Kamania di penuhi banyak orang. Semua keluarganya berkumpul, tak ketinggalan juga Arini dan Barata. Tentu saja, mereka berkumpul untuk menghadiri acara akikah putra dan putri Kamania dan Ivan. Ya, mereka mendapatkan anak kembar. Tidak lama setelah menikah. Kamania langsung hamil karena memang mereka tidak menunda untuk memiliki keturunan. Ivan memberi nama Vania Larasati dan Kendra Sadewa. Semua menyambut gembira lahirnya bayi kembar itu. Fahira berulangkali meneteskan air matanya bahagia."Jadinya nggak berebut ya kalau langsung dua begini,"kata Arini sambil menggendong Vania. Fahira yang sedang menggendong Kendra hanya tertawa kecil. "Kita sudah tua ya, Mbak. Sudah punya cucu," sahut Fahira yang disambut dengan tawa semuanya. "Oya, aku ada kabar gembira, Fahira," kata Hesti."Apa? Kabar apa ni? Si kembar?"tanya Fah
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya Kamania Khairani Wijaya binti Gilang Wijaya dengan mas kawin seperangkat alat salat dan emas senilai 25 gram dan uang tunai sebesar delapan puluh juta delapan ratus delapan puluh delapan ribu rupiah di bayar tunai.""Saya terima nikah dan kawinnya ananda Kamania Khairani Wijaya dengan mas kawin tersebut di atas tunai.""Bagaimana para saksi, sah?""Saah.....!!!" Kamania tersenyum dan mencium punggung tangan Ivan sebagai tanda baktinya. Lalu Ivan memasangkan cincin di jari manis Kamania. Setelah itu mereka pun sungkem kepada kedua orang tua masing-masing. Gilang sendiri yang menikahkan Kamania sebagai ayah kandung. Tidak butuh waktu yang lama untuk mereka menikah. Sebulan setelah Kamania kembali ke Indonesia, Ivan melamarnya dengan penuh kebanggaan. Dan, Kamania pun menerima dengan restu kedua orang
_5 Tahun kemudian_ Seperti hari yang telah berlalu dan terlewatkan. Pagi ini Fahira terbangun dengan segar. Dan, seperti biasa dia menyiapkan sarapan untuk Yoga dan Arjuna. Arjuna sekarang sudah kuliah. Ia tidak mau jauh-jauh dari kedua orang tuanya. Sementara, Kamania selepas S2 nya selesai ia bekerja di St Mary's Hospital. Dan, hari ini dia akan pulang ke Indonesia. Sesuai janjinya dulu dengan membawa kebanggaan. Beberapa kali Fahira,Yoga dan Arjuna mengunjungi Kamania di London. Bahkan Gilang dan Tania serta anak-anak mereka pun sempat sekali mengunjungi Kamania di sana. Fahira bangga pada putri pertamanya itu. Dia berhasil mendidik Kamania dengan baik. Sehingga bisa seperti sekarang ini."Pesawatnya jam satu siang kan, Ma?"tanya Arjuna sambil memakan roti bakarnya."Iya, kamu mau ikut?""Iya Ma, aku nggak ada kuliah kok hari ini. Biar nanti aku yang bawa mobil. Kita berangkat jam sebelas aja,
Ivan terkejut Kamania mengajaknya bertemu dan makan malam. Padahal seminggu ini dia selalu menghindar. Ivan sendiri merasa serba salah. Ia tidak tau di mana letak kesalahannya sehingga Kamania menghindarinya selama beberapa hari terakhir. Mereka memilih untuk makan di restoran seafood favorit mereka untuk makan malam kali ini. Kamania sudah menelepon sebelumnya untuk reservasi temoat dan memesan beberapa menu makanan. Sehingga, saat mereka datang tidak akan terlalu lama menunggu. "Ada apa sih, Na? Tumben , kamu ajak dinner berdua kayak gini. Trus udah pesen makanan kesukaan aku juga loh,"kata Ivan sambil menikmati makanan yang sudah tersaji di hadapan mereka. Kamania memesan sate kerang, udang goreng tepung, khailan dan tim ikan bawal favorit Ivan. Kamania memang sengaja mengajak Ivan keluar supaya mereka bisa santai bicara berdua. Dalam suasana yang menyenangkan juga.
Sudah beberapa hari ini Fahira melihat Kamania tidak bersemangat. Ia sering kedapatan sering melamun, entah sedang memikirkan apa. Setiap kali jika ia ditanya hanya geleng kepala dan mengatakan bahwa dia tidak apa-apa. Fahira memutuskan untuk mempercayakan Butik sementara kepada Nela, asisten kepercayaannya. Ia merasa harus meluangkan waktu menemani Kamania. Fahira, tau Kamania saat ini pasti sedang memikirkan sesuatu. Dan, Fahira harus mencari tau. Fahira juga sudah membicarakan perihal Kamania kepada Yoga. Termasuk permintaan Kamania untuk meneruskan S2 nya di London."Aku tidak masalah, kalau memang Kamania mau meneruskan kuliahnya di London. Kan ada mas Surya di sana. Lagi pula, universitas di sana bagus. Kau sendiri kan pernah kuliah di sana. Kamania sendiri menghabiskan beberapa tahun dengan tinggal di sana, kan. Tidak akan perlu waktu yang lama untuk dia menyesuaikan diri. Lagi pula, Kamania anak yang pintar."
Akhirnya setelah melewati perjalanan panjang selama beberapa bulan, Andrea pun melahirkan seorang bayi perempuan yang lucu. Andrea menjalani proses melahirkan secara Cesar. Dan bayi yang lahir itu sangat menggemaskan. Wajahnya merupakan perpaduan dari wajah Rangga dan Andrea. Mereka sepakat memberinya nama Aulia Putri Rinjani. Entah mengapa, Andrea menyukai nama itu. Yudistira dan Aryatie yang mendengar berita kelahiran Aulia tentu saja language menyambangi ke rumah sakit. Tangis haru mereka pun pecah. Tidak perlu pembuktian melalui tes DNA melihat wajah bayi lucu itupun mereka percaya bahwa memang itu adalah darah daging Rangga. Rangga yang sedang berada di Kanada pun langsung diberi kabar, dan dia langsung menghubungi melalui panggilan video untuk melihat buah hatinya. Tangisnya pun tak terbendung saat melihat bayi lucu dalam gendongan Aryatie."Titip cium dariku,
Air mata sudah membasahi kedua netra Andrea. Ia merasa terharu dengan pernyataan Rangga. Ruangan tamu itu hening sejenak. Rangga mengeluarkan sesuatu dari sakunya. "Rea,aku membeli ini sudah lama. Sejak kejadian itu, aku tidak berhenti memikirkamu. Jika kamu mau menunggu, tolong pakai cincin ini. Tapi, jika kau tidak mau, buang saja di hadapanku sekarang." Andrea menatap Rangga, mencari kesungguhan di wajah pemuda itu. Perlahan, ia menghela napas, dan meraih cincin yang diberikan oleh Rangga."Aku akan memakai cincin ini. Aku bersedia menunggumu. Tapi, tidak lebih dari tiga tahun. Dalam tiga tahun, kau harus kembali dan membuktikan bahwa kau benar-benar mencintaiku dengan tulus dan sepenuh hatimu. Selama tiga taun, kita tidak perlu bertemu untuk menguji perasaan kita masing- masing. Jika dalam tiga tahun kau tidak kembali. Artinya kau bukan jodohku. Dan aku akan mengembalikan cincin ini kepada kedua orangtuamu sebagai tanda bahwa aku ti
Sejak kejadian mulut - mulut nyinyir ibu- ibu sosialita kompleks yang dibungkam dengan manis oleh Arini, tidak ada lagi yang berani kepo. Terlebih-lebih ibu Sinta dan bu Erpani. Mereka akan menghindar dan merasa malu sendiri jika kebetulan berpapasan dengan Arini. Dan, tak lama setelah itu bu Erpani diam- diam menikahkan anak gadisnya. Dan ternyata, gosipnya sang anak sudah berbadan dua akibat pergaulan bebas. Memang, terkadang banyak orang yang pandai sekali membicarakan keburukan orang lain. Sementara itu, mereka sendiri tidak sadar kalau mereka sama saja buruknya. Gajah di seberang sungai tampak, semut di mata sendiri tidak kelihatan. Pagi itu Kamania sudah berada di rumah Ivan. Rencananya ia akan menemani Andrea ke tempat senam. Saat ia datang, kebetulan Mae sedang menyapu halaman, Kamania pun langsung masuk dan menyapa semuanya."Pagi Om, Tante," sapanya riang."Eh, calon mantu. Selamat p
Lama kelamaan berkat dukungan dan support keluarganya. Andrea berhasil melewati masa sedihnya. Ia mulai bisa menerima kenyataan yang ada. Bahkan ia mulai membuka diri terhadap janin yang saat ini ia kandung. Ia mulai bisa kembali menata hatinya. Tentu saja melihat hal ini Arini dan Barata merasa senang. Mereka merasa lebih tenang saat meninggalkan rumah. Sesekali Kamania datang berkunjung. Ia dan Ivan yang selalu mengantarkan Andrea untuk cek up rutin ke Obgyn. Andrea pun mulai senang saat melihat pergerakan bayinya melalui layar USG. Andrea juga mulai mengikuti senam hamil. Kamanialah yang selalu menemaninya. Sementara Yudistira dan Aryatie terkadang datang menjenguk Andrea. Hanya Rangga saja yang belum bisa bertemu langsung dengan Andrea. Namun, terakhir kali Yudistira datang membawa titipan surat permohonan maaf dari Rangga. Dan, Andrea hanya tersenyum, ia memang tidak berharap terlalu ba