PEMBENARAN
Rivaldo menatap lembaran kertas di tangannya. Semua bukti sudah ia dapatkan. Rasanya semua itu cukup untuk menjebloskan Sonia ke dalam penjara. Namun, ia merasa belum saatnya. Ia bukan seorang bajingan yang tidak memiliki hati seperti apa yang Sonia katakan kepada orang- orang.
"Aku akan menunggu sampai dia melahirkan, Win. Tidak sekarang. Yang penting kita sudah tau di mana ia tinggal. Dan kita juga sudah tau semua informasi tentang suami barunya." Kata Rivaldo pada Erwin yang sedang duduk di hadapannya.
"Kali ini aku bicara sebagai sahabatmu. Kau terlalu baik Do. Dia sudah menyebarkan cerita bohong pada semua orang untuk mendapatkan simpati. Bahkan korbannya sudah ada. Dan kau hampir menjadi korban berikutnya. Dia dan keluarga gadunganya itu harus diberi pelajaran. Dan anakmu saat ini ada bersama wanita itu. Davina, mau jadi apa Davina jika masih bersama wanita itu?!"
Riva
“Itu salahmu sendiri, Sonia. Kita ini hanya mengambil harta korban. Kamu sudah melakukan kesalahan satu kali dengan memiliki Davina sekarang kamu malah hamil lagi. Kamu nggak mikir sampai ke sana?” Sonia menghela napas panjang saat mendengar suara di telepon. Saat ini ia memang sedang panik. Gilang mulai curiga padanya karena kedatangan Rivaldo. Padahal dia sudah berusaha untuk menjauh. Sebelum menikah dengan Rivaldo Sonia sempat menikah dengan seorang duda tua beranak 3. Hanya 4 bulan, suaminya meninggal karena serangan jantung. Sebetulnya bukan murni meninggal karena sakit, tapi Sonia yang sudah menukar obat- obatan yang ia minum. Sebelumnya ia sudah menghasut suaminya untuk merubah semua wasiat. Jadi, ketika surat wasiat suaminya dibacakan pada hari ke 7, anak- anaknya terkejut bukan main karena nama mereka satu pun tidak tercantum. Sonia memang adalah seorang penipu kelas kakap
Gilang merasa sedikit bingung, tiba- tiba Hesti mengajaknya untuk bertemu. Sudah beberapa bulan mereka bercerai, baru kali ini Hesti meminta Gilang untuk menemui dirinya. Katanya ingin menyampaikan sesuatu yang penting. Jelas saja Gilang penasaran. Ia menyangka terjadi sesuatu pada si kembar. Tapi,jika si kembar,untuk apa Hesti mengajaknya bertemu di sebuah cafe. Namun, tak urung Gilang mengiyakan juga permintaan Hesti untuk datang. Gilang menunggu di cafe yang menjadi langganan mereka dulu. Entah mengapa Hesti juga memilih cafe ini sebagai tempat bertemu. Apakah untuk mengenang masa lalu? Ah, tidak mungkin, pikir Gilang. Tak beberapa lama ia menunggu, Hesti pun datang, namun ia tidak sendiri. Ia bersama seorang lelaki gagah. Dan, rasanya Gilang pernah bertemu dengannya. Tapi, di mana ya? "Maaf, kalau menunggu lama. Oya, ini kenalkan Rivaldo," sapa Hesti begitu ia sampai. Rivaldo, aaah iya betul. Tentu saja, aku pernah bertemu, buk
Seperti yang sudah di rencanakan. Siang itu Gilang sengaja mengajak Sonia keluar. Begitu juga dengan asisten rumah tangga mereka. Ponsel Gilang sudah disimpan di ruang keluarga supaya Hesti tidak bingung mencarinya. Hesti masih memiliki kunci rumah cadangan juga sehingga ia bisa leluasa untuk masuk. Ia membawa orang yang kemarin ia tugaskan untuk memasang CCTV. Gilang rupanya menginginkan kamar pribadinya dan beberapa ruangan yang lain juga dipasangi CCTV sehingga ia bisa lebih mudah mengawasi gerak-gerik Sonia. Rivaldo yang menemani Hesti terlihat duduk tenang di ruang tamu."Untunglah Gilang mau percaya pada kita, kalau tidak ....""Dia sebenarnya orang baik, Do. Hanya saja memang dia itu manja. Dulu kedua orang tuanya sangat memanjakannya. Apapun yang ia minta selalu diberikan. Hanya, sayang dulu aku sudah mengacaukan juga hidupnya. Karena iri hati aku jadi berbuat hal yang bodoh. Aku menghambur- hamburkan uang seen
"Jadi, bagaimana hasilnya Salatmu, Chi?" tanya Iman pada Hesti sore itu. Hesti mengendikkan bahunya, "Entahlah Mas. Sebetulnya sudah dua kali aku mendapat mimpi. Tapi, aku kok masih takut untuk membangun rumah tangga lagi. Terlebih aku juga belum terlalu mengenal Rivaldo.""Chi, kalau dulu ketika kamu menikah dengan Gilang Mas sedikit menentang, itu karena dari awal kamu yang salah. Kamu sudah menghancurkan rumah tangga orang lain. Tapi, kali ini melihat status kalian yang sama- sama sudah sendiri, Mas rasa tidak masalah. Tapi, Mas mau bertemu dulu dengan Rivaldo. Mas kan perlu menilai bagaimana dia. Dan, kalau memang dia serius seharusnya dia datang kemari bersama keluarganya.""Meskipun kamu sudah janda. Tapi, tetap saja harus dihargai. Itu sebabnya Masmu tidak mengizinkan kamu untuk kos. Karena sekarang Masmu bertanggung jawab padamu. Karena orang tua kalian sudah tidak ada. Jadi, jangan marah kalau mbak sering menasehatimu. Mba, senang seka
Sonia terpaku saat melihat siapa yang datang. Rivaldo dan beberapa orang anggota kepolisian.“Ka-kamu ... maaf, ada apa ini Pak?”tanya Sonia gugup.“Maaf ,kami dari Polda Bandung. Kami membawa surat perintah penangkapan atas nama Sonia. Ibu dipersilakan untuk ikut kami ke kantor.”“Ap-apa salah saya?kenapa saya harus ikut ke kantor?”“Ibu telah didakwa atas kasus pembunuhan saudara Abdullah Susanto di Surabaya. Juga percobaan pembunuhan kepada Bapak Rivaldo. Dan yang terbaru dilaporkan adalah pencobaan pembunuhan juga terhadap bapak Gilang. Jika selain Ibu ada ada orang lain yang terlibat, silakan ibu jelaskan di kantor polisi.” Sonia menggelengkan kepalanya.”Tidak mungkin pak. Saya tidak mungkin membunuh suami saya sendiri. Tidak mungkin saya akan membunuhnya. Tidak ada bukti sama sekali!”“Ini ponsel yang bersangkutan Pak, silakan diperiksa. Pasti ada bukt
Sore itu, Gilang memutuskan untuk menjalankan ibadah salat maghrib di masjid dekat rumahnya. Entah sudah berapa lama ia tidak menginjakkan kakinya ke sana untuk menjalankan ibadah.Rupanya Salat baru saja dimulai. Gilang pun bergegas untuk mengikuti yang lain. Setelah selesai Salat. Gilang masih duduk bersimpuh. Dia memanjatkan doa- doa yang selama ini hampir tidak pernah ia ucapkan. Gilang masih di sana sampai pada waktu salat Isya. Dan setelah selesai pun Gilang masih tetap diam di tempatnya. Ia menangis dan mencurahkan isi hatinya di hadapan sang pencipta. Tiba- tiba ia merasakan bahunya ditepuk perlahan. Gilang menoleh, dan ia mendapati senyuman yang begitu arif dan meneduhkan. Ia mengenalinya, beliau adalah ustaz Darda. Beliau ada
Tania sedang asyik melakukan video call dengan Fahira. Ia terlihat ikut merasakan kebahagiaan saat melihat perut Fahira yang membuncit. Kamania dan bik Atun juga tampak begitu bahagia."Jadi, kau tetap kuliah dengan perut seperti itu, Teh?""Ya tentu, malah aku begitu bersemangat. Mungkin, bayiku ini ingin menjadi pintar juga hahahha. Bagaimana kondisimu,sehat? Pekerjaanmu lancar?" tanya Fahira."Alhamdulillah, aku udah tambah lancar sekarang. Kata ceu Inayah aku bisa ni kaya Teteh nantinya hihi ...." Tiba- tiba pintu terdengar diketuk. Tanpa melepaskan ponselnya. Tania beranjak membuka pintu. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat siapa yang datang."Ka-kamu-""Assalamualaikum.""Wa-waalaikumsalam""Ada siapa Nia? Tamu ya? Ya udah teteh sudahi dulu video callnya. Assalamualaikum." Tanpa menunggu jawaban Tania, Fahira pun menutup percakapan lewat video call itu. Sementara Tania
Sonia menatap Gilang yang duduk di hadapannya dengan tenang. Ia merasa begitu berdosa. Selama ini, sikap Gilang tidak pernah kasar kepadanya. Bahkan apa yang ia minta sedapat mungkin selalu dipenuhi oleh Gilang. Seharusnya, ia tidak mengikuti apa yang ibu tirinya perintahkan. Penyesalan memang selalu datang terlambat."Kau masih mau menjenguk aku di sini, Mas?" tanya Sonia lirih. Gilang hanya tersenyum."Kau masih istriku.""Kenapa kau tidak menceraikan aku saja? Bahkan kau malah mencabut laporanmu. Kamu cabut pun aku tetap akan menjalani persidangan dan menanti hukuman." Kata Sonia terbata- bata. "Aku mencabut laporanku karena aku sudah memaafkanmu. Aku sudah mendengar dari penyidik, kalau selama ini kamu dieksploitasi oleh ibu tirimu. Jadi, aku dan Rivaldo sepakat untuk mencabut laporan kami kepadamu. Karena, kamu hanyalah alat saja. Lagi pula, kamu sedang mengandung anakku bukan? Ya, aku tau mungkin meski kami mencabut laporan kami k
EKSTRA PART : AKHIR YANG BAHAGIA Siang itu rumah Kamania di penuhi banyak orang. Semua keluarganya berkumpul, tak ketinggalan juga Arini dan Barata. Tentu saja, mereka berkumpul untuk menghadiri acara akikah putra dan putri Kamania dan Ivan. Ya, mereka mendapatkan anak kembar. Tidak lama setelah menikah. Kamania langsung hamil karena memang mereka tidak menunda untuk memiliki keturunan. Ivan memberi nama Vania Larasati dan Kendra Sadewa. Semua menyambut gembira lahirnya bayi kembar itu. Fahira berulangkali meneteskan air matanya bahagia."Jadinya nggak berebut ya kalau langsung dua begini,"kata Arini sambil menggendong Vania. Fahira yang sedang menggendong Kendra hanya tertawa kecil. "Kita sudah tua ya, Mbak. Sudah punya cucu," sahut Fahira yang disambut dengan tawa semuanya. "Oya, aku ada kabar gembira, Fahira," kata Hesti."Apa? Kabar apa ni? Si kembar?"tanya Fah
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya Kamania Khairani Wijaya binti Gilang Wijaya dengan mas kawin seperangkat alat salat dan emas senilai 25 gram dan uang tunai sebesar delapan puluh juta delapan ratus delapan puluh delapan ribu rupiah di bayar tunai.""Saya terima nikah dan kawinnya ananda Kamania Khairani Wijaya dengan mas kawin tersebut di atas tunai.""Bagaimana para saksi, sah?""Saah.....!!!" Kamania tersenyum dan mencium punggung tangan Ivan sebagai tanda baktinya. Lalu Ivan memasangkan cincin di jari manis Kamania. Setelah itu mereka pun sungkem kepada kedua orang tua masing-masing. Gilang sendiri yang menikahkan Kamania sebagai ayah kandung. Tidak butuh waktu yang lama untuk mereka menikah. Sebulan setelah Kamania kembali ke Indonesia, Ivan melamarnya dengan penuh kebanggaan. Dan, Kamania pun menerima dengan restu kedua orang
_5 Tahun kemudian_ Seperti hari yang telah berlalu dan terlewatkan. Pagi ini Fahira terbangun dengan segar. Dan, seperti biasa dia menyiapkan sarapan untuk Yoga dan Arjuna. Arjuna sekarang sudah kuliah. Ia tidak mau jauh-jauh dari kedua orang tuanya. Sementara, Kamania selepas S2 nya selesai ia bekerja di St Mary's Hospital. Dan, hari ini dia akan pulang ke Indonesia. Sesuai janjinya dulu dengan membawa kebanggaan. Beberapa kali Fahira,Yoga dan Arjuna mengunjungi Kamania di London. Bahkan Gilang dan Tania serta anak-anak mereka pun sempat sekali mengunjungi Kamania di sana. Fahira bangga pada putri pertamanya itu. Dia berhasil mendidik Kamania dengan baik. Sehingga bisa seperti sekarang ini."Pesawatnya jam satu siang kan, Ma?"tanya Arjuna sambil memakan roti bakarnya."Iya, kamu mau ikut?""Iya Ma, aku nggak ada kuliah kok hari ini. Biar nanti aku yang bawa mobil. Kita berangkat jam sebelas aja,
Ivan terkejut Kamania mengajaknya bertemu dan makan malam. Padahal seminggu ini dia selalu menghindar. Ivan sendiri merasa serba salah. Ia tidak tau di mana letak kesalahannya sehingga Kamania menghindarinya selama beberapa hari terakhir. Mereka memilih untuk makan di restoran seafood favorit mereka untuk makan malam kali ini. Kamania sudah menelepon sebelumnya untuk reservasi temoat dan memesan beberapa menu makanan. Sehingga, saat mereka datang tidak akan terlalu lama menunggu. "Ada apa sih, Na? Tumben , kamu ajak dinner berdua kayak gini. Trus udah pesen makanan kesukaan aku juga loh,"kata Ivan sambil menikmati makanan yang sudah tersaji di hadapan mereka. Kamania memesan sate kerang, udang goreng tepung, khailan dan tim ikan bawal favorit Ivan. Kamania memang sengaja mengajak Ivan keluar supaya mereka bisa santai bicara berdua. Dalam suasana yang menyenangkan juga.
Sudah beberapa hari ini Fahira melihat Kamania tidak bersemangat. Ia sering kedapatan sering melamun, entah sedang memikirkan apa. Setiap kali jika ia ditanya hanya geleng kepala dan mengatakan bahwa dia tidak apa-apa. Fahira memutuskan untuk mempercayakan Butik sementara kepada Nela, asisten kepercayaannya. Ia merasa harus meluangkan waktu menemani Kamania. Fahira, tau Kamania saat ini pasti sedang memikirkan sesuatu. Dan, Fahira harus mencari tau. Fahira juga sudah membicarakan perihal Kamania kepada Yoga. Termasuk permintaan Kamania untuk meneruskan S2 nya di London."Aku tidak masalah, kalau memang Kamania mau meneruskan kuliahnya di London. Kan ada mas Surya di sana. Lagi pula, universitas di sana bagus. Kau sendiri kan pernah kuliah di sana. Kamania sendiri menghabiskan beberapa tahun dengan tinggal di sana, kan. Tidak akan perlu waktu yang lama untuk dia menyesuaikan diri. Lagi pula, Kamania anak yang pintar."
Akhirnya setelah melewati perjalanan panjang selama beberapa bulan, Andrea pun melahirkan seorang bayi perempuan yang lucu. Andrea menjalani proses melahirkan secara Cesar. Dan bayi yang lahir itu sangat menggemaskan. Wajahnya merupakan perpaduan dari wajah Rangga dan Andrea. Mereka sepakat memberinya nama Aulia Putri Rinjani. Entah mengapa, Andrea menyukai nama itu. Yudistira dan Aryatie yang mendengar berita kelahiran Aulia tentu saja language menyambangi ke rumah sakit. Tangis haru mereka pun pecah. Tidak perlu pembuktian melalui tes DNA melihat wajah bayi lucu itupun mereka percaya bahwa memang itu adalah darah daging Rangga. Rangga yang sedang berada di Kanada pun langsung diberi kabar, dan dia langsung menghubungi melalui panggilan video untuk melihat buah hatinya. Tangisnya pun tak terbendung saat melihat bayi lucu dalam gendongan Aryatie."Titip cium dariku,
Air mata sudah membasahi kedua netra Andrea. Ia merasa terharu dengan pernyataan Rangga. Ruangan tamu itu hening sejenak. Rangga mengeluarkan sesuatu dari sakunya. "Rea,aku membeli ini sudah lama. Sejak kejadian itu, aku tidak berhenti memikirkamu. Jika kamu mau menunggu, tolong pakai cincin ini. Tapi, jika kau tidak mau, buang saja di hadapanku sekarang." Andrea menatap Rangga, mencari kesungguhan di wajah pemuda itu. Perlahan, ia menghela napas, dan meraih cincin yang diberikan oleh Rangga."Aku akan memakai cincin ini. Aku bersedia menunggumu. Tapi, tidak lebih dari tiga tahun. Dalam tiga tahun, kau harus kembali dan membuktikan bahwa kau benar-benar mencintaiku dengan tulus dan sepenuh hatimu. Selama tiga taun, kita tidak perlu bertemu untuk menguji perasaan kita masing- masing. Jika dalam tiga tahun kau tidak kembali. Artinya kau bukan jodohku. Dan aku akan mengembalikan cincin ini kepada kedua orangtuamu sebagai tanda bahwa aku ti
Sejak kejadian mulut - mulut nyinyir ibu- ibu sosialita kompleks yang dibungkam dengan manis oleh Arini, tidak ada lagi yang berani kepo. Terlebih-lebih ibu Sinta dan bu Erpani. Mereka akan menghindar dan merasa malu sendiri jika kebetulan berpapasan dengan Arini. Dan, tak lama setelah itu bu Erpani diam- diam menikahkan anak gadisnya. Dan ternyata, gosipnya sang anak sudah berbadan dua akibat pergaulan bebas. Memang, terkadang banyak orang yang pandai sekali membicarakan keburukan orang lain. Sementara itu, mereka sendiri tidak sadar kalau mereka sama saja buruknya. Gajah di seberang sungai tampak, semut di mata sendiri tidak kelihatan. Pagi itu Kamania sudah berada di rumah Ivan. Rencananya ia akan menemani Andrea ke tempat senam. Saat ia datang, kebetulan Mae sedang menyapu halaman, Kamania pun langsung masuk dan menyapa semuanya."Pagi Om, Tante," sapanya riang."Eh, calon mantu. Selamat p
Lama kelamaan berkat dukungan dan support keluarganya. Andrea berhasil melewati masa sedihnya. Ia mulai bisa menerima kenyataan yang ada. Bahkan ia mulai membuka diri terhadap janin yang saat ini ia kandung. Ia mulai bisa kembali menata hatinya. Tentu saja melihat hal ini Arini dan Barata merasa senang. Mereka merasa lebih tenang saat meninggalkan rumah. Sesekali Kamania datang berkunjung. Ia dan Ivan yang selalu mengantarkan Andrea untuk cek up rutin ke Obgyn. Andrea pun mulai senang saat melihat pergerakan bayinya melalui layar USG. Andrea juga mulai mengikuti senam hamil. Kamanialah yang selalu menemaninya. Sementara Yudistira dan Aryatie terkadang datang menjenguk Andrea. Hanya Rangga saja yang belum bisa bertemu langsung dengan Andrea. Namun, terakhir kali Yudistira datang membawa titipan surat permohonan maaf dari Rangga. Dan, Andrea hanya tersenyum, ia memang tidak berharap terlalu ba