"Hei, kamu siapa? Ngapain ikut campur urusan kami? Lepaskan dia!"" ujar Arif pada Riky yang masih memelintir pergelangan tangan rekannya.Ia kemudian bersama teman yang lain, berusaha menyerang Riky tapi dengan mudah Riky mengelakkannya, bahkan memukul mundur ketiga pemuda itu sekaligus, sehingga mereka pun berhamburan.Riky memang jago bela diri dan itu membuatnya mudah saja melumpuhkan serangan dari Arif dan rekannya yang tak memiliki kemapuan bela diri apa-apa itu."Boleh saja. Tapi berhenti mengganggu mbak-mbak ini. Biarkan mereka pulang dengan kendaraan sendiri. Jangan kalian ganggu lagi Oke!" jawab Riky sambil masih mencengkeram pergelangan tangan teman Arif dengan kuat dan membuat pemuda itu meringis kesakitan."Rif, tolong bilang sama dia kita nggak akan ganggu Lisa dan Linda lagi, plis. Sakit ini!" ujar rekan Arif sambil mengiba, tetapi Arif terlihat bingung memutuskan.Tiba-tiba pemuda itu mendongak dan tersentak kaget saat menyadari ada sosok laki-laki lain yang berdiri tak
"Apa lagi yang kalian tunggu heh! Cepat pergi dari sini! Atau mau aku suruh temanku ini menghajar kalian lagi!" seru Arya pada dua teman Arif itu.Dibentak dengan keras begitu, keduanya pun akhirnya sontak berlari cepat, pergi dari tempat itu dan meninggalkan Arif sendirian dalam penguasaan Riky.Sekarang tinggallah Arif yang tidak berdaya ditelikung Riky dengan sangat kuat.Pemuda itu mencoba untuk terus berontak tapi upaya nya gagal. Meski demikian nyali laki laki itu belum pudar juga."Mas Arya, cepat suruh teman kamu ini melepaskan aku dan kembalikan kunci mobil itu lagi padaku, atau aku akan bilang sama Mbak Maya kalau mas sudah cari gara-gara denganku! Apa mas nggak ingat kalau Mbak Maya masih punya rekaman video porno kalian yang siap kami edarkan kalau mas minta balik mobil itu lagi!" ancam Arif dengan suara keras.Namun, Arya yang sudah tak mengkhawatirkan lagi soal nama baik dan status kepegawaian yang sekarang sudah tak ia miliki, tak peduli lagi pada ancaman pemuda itu."O
"Ya, sudah. Kalian berdua pakai mobil di depan. Biar kami ikuti dari belakang ya. Oh ya kita belum kenalan. Namaku Arya," ujar Arya sambil mengulurkan tangannya dengan penuh rasa percaya diri pada Lisa dan Linda yang kemudian tersenyum tipis padanya."Saya Lisa, dan ini adik saya, Linda. Oh ya, Mas tadi manggil nama kami? Tahu dari mana?" tanya Lisa basa-basi."Tahu dong. Siapa sih yang nggak kenal gadis-gadis cantik seperti kalian? Ayok, saya antar pulang, tapi sebelum sampai ke rumah, kita makan-makan dulu ya?" ujar Arya lagi. Belum ingin jujur kalau sebenarnya ia sudah mengenal semua anggota keluarga Pak Baskoro termasuk dua putrinya ini sebab khawatir Pak Baskoro akan membocorkan rahasia keburukan sifatnya itu pada gadis berdua ini yang menyebabkan Lisa dan Linda enggan menjalin hubungan dengannya.Lisa dan Linda saling berpandangan lalu sang kakak kembali membuka mulut."Maaf, Mas. Kalau sore ini nggak bisa, soalnya kita banyak kesibukan. Lain kali saja ya.""Lain kali? Janji ya
"Arya, buka pintunya! Sial*n kamu ya! Berani-beraninya kamu ngambil mobil itu dari tangan adikku! Apa mau kamu hah? Mau kubikin malu?!" jerit suara seorang perempuan yang dari nada dan teriakannya, Arya tahu kalau wanita itu adalah Maya, mantan istri mudanya dulu yang datang pasti karena kesal dan tak terima, mobilnya sudah berhasil ia rebut kembali.Arya pun membalikkan tubuhnya lalu hendak berjalan mendekati daun pintu, tetapi buru-buru Bu Hasnah menahannya."Jangan, Ya. Kita nggak tahu Maya datang sama siapa? Kalau sendirian, ayo kita hadapi sama-sama. Ibu nggak takut. Tapi kalau dia datang bawa preman, kita harus cari akal supaya bisa minta tolong orang-orang, Ya. Walaupun kamu sudah berhasil mengalahkan Arif sendirian tapi belum tentu juga kamu sanggup melawan preman yang disewa Maya itu tanpa bantuan orang lain bukan?" ujar Bu Hasnah memberi pertimbangan.Arya pun manggut-manggut mendengar penuturan ibunya itu, karena bagaimana pun juga, yang sudah jelas-jelas melumpuhkan Arif
"Andre? Kamu?" Bibir Arya mendadak kelu saat mengucap nama mantan adik iparnya yang baru saja datang, diikuti sosok Mira yang berjalan cepat di belakangnya.Saat melihat sosok Maya dan tukang pukulnya sedang menganiaya sang kakak, gadis itu pun sontak berteriak marah."Lepaskan Mas Arya! Lepaskan!" seru Mira sambil memukuli tubuh Bimo, orang suruhan Maya yang tengah membetot tubuh Arya dengan keras hingga lelaki itu kesulitan bernapas."Ya! Lepaskan dia! Atau terima ini!" seru Andre sambil melayangkan tinju ke arah pelipis Bimo lalu berusaha membuka cengkeraman tukang pukul Maya itu dengan keras.Namun, ternyata cengkeraman tangan orang suruhan Maya itu lumayan kuat hingga tak mudah dilepaskan begitu saja.Sementara itu, melihat kedatangan Andre bersama Mira, sontak Bu Hasnah dan Arya pun merasa kaget, bagaimana bisa Andre datang bersama Mira. Benarkah ada sesuatu di antara mereka selama ini?Tapi tak urung mereka juga merasa lega, karena kedatangan adik Ana itu memunculkan harapan u
Laki-laki itu kemudian mendekati Maya dan sekali sentak, cengkeraman Maya di mulut Mira pun terlepas.Sama seperti algojonya, tubuh Maya pun kemudian didorong dengan keras oleh Andre hingga terjerembab di atas lantai di dekat tubuh Bimo terkapar.Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Mira begitu saja. Dicekalnya tangan Maya dengan kuat lalu diseretnya dengan paksa menuju pintu keluar. Maya yang sudah dalam keadaan tak berdaya pun terpaksa menuruti. Keluar dari rumah Bu Hasnah meski tak terima diusir paksa dari rumah itu.Begitu pun Andre yang juga mendorong tubuh Bimo hingga akhirnya lelaki itu keluar rumah juga dengan wajah meringis dan kesal."Pergi kalian, dan jangan pernah kembali lagi! Dengar itu!" seru Mira pada Maya dan Bimo yang tampak mengomel panjang pendek tak terima dipaksa meninggalkan rumah Bu Hasnah tanpa hasil apa-apa.Namun, karena sudah kalah menghadapi Andre, terpaksa keduanya pergi.Tapi sebelum pergi, Maya masih sempat melontarkan ancaman."Awas kalian ya! Aku ngg
"Bu, apa ibu benar-benar merestui Mira dan Andre menikah?" tanya Arya tak percaya saat akhirnya Andre pamit pulang, setelah mereka ngobrol beberapa saat lamanya usai lelaki muda itu membantu mereka mengusir Maya dan tukang pukulnya dari rumah mereka.Sementara Mira pamit masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat.Bu Hasnah mengangguk lalu tersenyum lebar."Tentu saja ibu merestui, Ya. Kamu sadar nggak, Andre itu siapa? Adik Ana bukan? Nah, kalau Mira dan Andre menikah, bukankah hubungan kalian bisa menjadi dekat kembali dengan keluarga Pak Baskoro? Ingat kamu saat ini sedang mengincar putrinya bukan untuk jadi istrimu? Jadi, jalinlah hubungan yang baik dan dekat lagi dengan keluarga mereka, karena hanya itu satu-satunya cara supaya kalian bisa saling mengenal dengan baik dan bisa membuka peluang lebih lebar nantinya untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih tinggi.Ingat, Ya. Segala sesuatu itu harus diperjuangkan, termasuk perasaan kamu sama putri Pak Baskoro. Oh ya, omong-omon
"Nggak ah. Aku udah janjian sama Riky soalnya.""Janjian sama Riky? Janjian apa? Kok kamu bisa kontekan sama dia?" Lisa merasa penasaran.Linda pun kembali tertawa."Nggak lah. Aku cuma godain kamu aja. Serius amat. Tapi beneran, aku pengen ketemu cowok itu lagi rasanya. Jago banget ilmu bela dirinya. Moga aja entar ketemu lagi. Oh ya, soal si Arya, omong aja baik-baik kalau kamu nggak bisa jalan sama dia. Kalau kamu kasih harapan dan nggak tegas, bisa-bisa dia salah mengartikan dan terus gangguin kamu," sahut Linda dengan bijak.Lisa pun tercenung, memikirkan kebenaran pada kata-kata adiknya.Ia kemudian mengambil kembali ponselnya dan hendak menulis pesan balasan tetapi urung saat dari arah pintu kamar mereka sosok sepupu mereka, Mitha masuk dengan wajah mengernyit."Kalian lagi ngomongin apa sih? Heboh banget?" tanya Mitha sambil duduk di tepian ranjang tempat Lisa dan Linda tengah bermalas-malasan."Ini Mit, si Lisa ada yang ngajak jalan. Dia nggak mau, tapi bukannya jujur nggak m
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (132)Menyadari dirinya telah keceplosan bicara, Bu Wati pun buru buru meralat ucapannya supaya Bu Hasnah tak sadar jika putrinya sebenarnya memang telah berbadan dua."Eh, maaf ... salah ngomong. Maksudnya bukan hamil tapi biar cepat hamil, Hasnah. Maklum pengantin baru. Makanya harus banyak makan, biar rahimnya subur. Soalnya aku udah nggak sabar lagi pengen gendong cucu. Kamu juga kan, Hasnah?" ujar Bu Wati buru buru meralat ucapannya.Mendengar perkataan besannya itu, Bu Hasnah pun tersenyum lega dan gembira. Syukurlah, ternyata Hamidah bukannya sedang hamil melainkan berharap supaya bisa cepat hamil. Kalau begitu, dia pun tak keberatan karena sudah lama memang dia menginginkan kehadiran seorang cucu lagi dari Arya, sebab sekarang Via, putri Ana, mantan istri pertama Arya sudah sulit ia temui karena kesibukan cucunya tersebut sekolah. Belum lagi dia pun sibuk mengurus Arya yang sedang sakit.Bu Hasnah pun menganggukkan kepalanya dengan rona gembira.
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (131)"Bagaimana anak saya, Dok? Apa masih bisa diselamatkan?" tanya Bu Hasnah dengan perasaan sedih luar biasa saat melihat pria berseragam putih keluar dari ruang operasi di mana Arya beberapa saat yang lalu dibawa masuk untuk ditangani.Sudah sejak malam tadi sejak mendapatkan kabar kalau anak laki lakinya itu masuk rumah sakit akibat tertabrak mobil entah karena sebab apa, Bu Hasnah terus menerus menangis hingga sembab air mukanya.Dia tak bisa menyalahkan Bu Wati dan Hamidah yang telah membiarkan Arya berkeliaran di luar rumah di malam pengantin mereka sebab alasan Bu Wati, Arya tak bisa dilarang dan dicegah meski hari sudah malam saat hendak membeli sesuatu barang keperluannya. Itulah yang telah membuat kecelakaan tersebut bisa sampai terjadi.Dan Bu Hasnah pun terpaksa percaya begitu saja sebab sejauh ini dia memang tak tahu apa yang sebenarnya betul betul terjadi di rumah besannya tersebut malam tadi hingga akhirnya putranya itu harus mengalami t
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (130)Berpikir begitu, Bu Wati pun buru buru masuk kamar mandi dan berbisik di telinga putrinya."Midah, apa ... apa kamu hamil? Apa ... apa kamu dan Afandi sudah melakukan hal terlarang sebelum dia meninggal dunia dan kamu menikah dengan Arya? Kalau iya, kamu harus berdamai dengan Arya, Midah. Kamu nggak boleh menolak kehadirannya karena itu konyol namanya. Kamu butuh suami dan bapak untuk anak kamu, Midah! Ayok ikut Ibu ke kamar sekarang juga. Kita harus membicarakan ini sebelum kamu membuat keputusan yang salah dan membuat Arya pergi meninggalkan kamu!""Sebab kalau itu terjadi maka kemungkinan besar, anak kamu akan lahir tanpa bapak. Apa kamu mau hal Itu terjadi, Midah?" ucap Bu Wati yang tiba tiba merasa takut kalau Arya yang justru tak mau lagi dengan putrinya itu bila tahu putrinya itu ternyata sudah hamil sebelum menikah dengannya.Dia tak mau Hamidah hamil dan melahirkan tanpa suami. Dia tidak mau nama baiknya tercoreng. Itu sebabnya dia harus b
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (129)"Tok! Tok!Tok!"Sedang keduanya bertengkar, dari arah luar kamar terdengar ketukan pintu lumayan keras diiringi suara Bu Wati yang memanggil keras keduanya."Midah ... Arya, ada apa? Buka pintunya!" seru Bu Wati dari luar kamar.Hamidah memandang Arya sejenak seolah meminta pertimbangan, tapi tak lama kemudian karena Arya hanya diam saja tanpa reaksi, Hamidah pun buru buru membuka pintu dengan segera.Segera setelah dia membuka pintu, Bu Wati pun masuk dan menyerbu dengan tanya."Kamu kenapa Midah? Kok teriak teriak tadi? Apa Arya ganggu kamu?""Heh, Arya! Ibu kan sudah bilang, perkawinan kalian hanya sandiwara di atas kertas saja karena Ibu sudah minta tolong sama Ibu kamu untuk bisa menyelamatkan pernikahan putri Ibu yang terancam gagal karena Afandi meninggal dunia dan Ibu kamu sudah setuju!""Lantas sekarang kenapa Hamidah teriak teriak seperti tadi? Apa jangan jangan kamu ganggu dia ya? Kamu kan sudah janji kemarin nggak akan ganggu Hamidah!
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (128)"Lepaskan, Mas! Jangan sentuh aku! Apa kamu lupa perjanjian kita kemarin yang menyatakan kalau pernikahan kita hanya pernikahan pura pura di atas kertas saja dan di antara kita tak akan pernah ada malam pertama karena pernikahan kita bukan pernikahan sungguhan!" ujar Suster Hamidah sembari menepis keras tangan Arya yang berusaha menarik tubuhnya dan membuka pakaiannya.Namun, Arya hanya menyeringai lebar."Pernikahan kita bukan sungguhan? Midah, pernikahan kita tercatat sah di kantor urusan agama! Ijab qobul yang kita lakukan juga sah di mata agama. Kamu sekarang istriku! Sah di mata negara dan agama! Lalu kenapa kamu bilang pernikahan kita tidak sungguhan dan kamu menolak aku sentuh? Kamu mau masuk penjara karena sudah mempermainkan pernikahan? Kamu juga mau masuk neraka dan dilaknat malaikat karena menolak ajakan suami untuk memenuhi kewajiban kamu sebagai seorang istri? Iya?" Arya terlihat tak terima dengan penolakan Hamidah.Hamidah menggeleng
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (127)"Saya terima nikah dan kawinnya Hamidah binti Kusnadi dengan mas kawin seperangkat alat salat dibayar tunai.""Sah.""Sah.""Sah "Semua hadirin yang hadir mengucapkan syukur setelah Arya selesai mengucapkan ijab qobul atas istri barunya, Suster Hamidah.Usai Arya mengucapkan penerimaan nikahnya, Suster Hamidah mengangkat wajahnya lalu dengan gerakan kaku karena tak menyangka bila dirinya akan dinikahkan paksa dengan Arya yang baru saja sembuh dari stroke yang diderita, mengangkat telapak tangan lalu mencium punggung tangan Arya yang sekarang telah menjadi suami sah nya itu dengan gerakan lunglai.Sungguh, meski dia tak membenci Arya, tapi dia sama sekali tak mencintai laki laki yang sekarang menjadi suaminya itu. Dia menganggap Arya hanyalah salah satu pasien yang harus dia terapi supaya segera sembuh dari sakitnya.Tapi ternyata, hari ini laki laki itu telah menghalalkan dirinya sebagai seorang istri. Arya akan mendampingi hidupnya hingga maut m
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (126)"Baiklah, Hasnah ... kalau begitu sesuai dengan rencana kami semula yakni hendak menikahkan Hamidah dengan almarhum Afandi pada tiga hari lagi, itu menjadi tanggal pernikahan Hamidah dengan Arya.""Benar kata kamu, aku harus menyelamatkan keluargaku dengan menikahkan putramu dengan putriku. Selain demi meminimalisir kerugian akibat gagal pesta setelah Afandi meninggal dunia, aku juga ingin menunaikan cita cita kita dulu yang hendak menjodohkan Hamidah dengan putramu.""Jadi tiga hari lagi kita nikahkan mereka ya, Hasnah! Kamu mau ngasih mahar apa untuk putriku? Kemarin rencananya Afandi mau memberi mahar sebuah mobil mewah dan perhiasan sebanyak seratus gram. Kalau kamu apa?" lanjut Bu Wati sembari menatap penuh harap wajah sahabat masa SMA nya itu.Namun, mendengar perkataan Bu Wati, Bu Hasnah melotot lebar. Merasa kaget dan shock ditanya soal mahar, apalagi dibandingkan dengan mahar yang seyogyanya akan diberikan oleh almarhum dokter Afandi pada
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (125)"Wati, apa kamu nggak malu kalau pesta pernikahan putri kamu terpaksa dibatalkan? Kamu bisa rugi besar lho kalau pesta putri kamu benar benar dibatalkan.""Saya aja nggak nyangka kalau Suster Hamidah itu ternyata adalah putri kamu. Aku pikir siapa. Kamu ingat nggak, dulu waktu kita masih SMA, kita pernah bercita cita ingin menjodohkan putra dan putri kita supaya mereka meneruskan persahabatan kita? Tapi apa daya aku kehilangan jejak kamu dan Arya pun kemudian menikah dengan gadis pilihannya, Ana.""Tapi sekarang pernikahan mereka sudah berakhir. Dan status Arya sekarang ini adalah duda. Jadi, tunggu apalagi, Wati? Sekarang lah saatnya kita jodohkan mereka kembali demi memenuhi niat baik kita dulu?""Arya dulu bekerja sebagai seorang ASN, Wati Tapi apa daya sekarang sudah diberhentikan.""Sekarang ini Arya sedang sakit. Tapi dia jadi semangat sembuh kembali setelah bertemu dengan anak kamu, Hamidah. Sayang, Hamidah ternyata hendak menikah hingga me
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (124) "Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un ... ." "Kamu yang sabar ya, Midah. Kami sudah berusaha, tapi Tuhan berkehendak lain. Nyawa calon suami kamu nggak bisa diselamatkan lagi. Kami turut prihatin, Midah ...," ucap rekan rekan sejawatnya yang begitu mendengar kabar kecelakaan calon suaminya, langsung gegas berkumpul di ruang ICU rumah sakit untuk memantau kondisi kesehatannya dan melakukan tindakan penyelamatan terhadap dokter muda yang merupakan calon suami Suster Hamidah tersebut, salah seorang suster di rumah sakit swasta ini. Hamidah mengusap air matanya lalu menatap nanar wajah calon suaminya yang telah terbujur kaku di atas brankar dengan ditutupi kain panjang. "Midah, kamu yang tabah ya, Nak. Semua ini sudah takdir Yang Maha Kuasa ...," tutur Ibunya pula sembari mengelus pelan pundak Hamidah. Sementara di sampingnya, calon mertua tampak meratap pilu menangisi kepergian putra mereka. Hamidah berkali-kali menghembuskan nafasnya demi mengurai s