Share

10

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2025-01-28 07:47:00

Wanita itu mendengus lalu menghempaskan pakaiannya yang sedikit panjang dan membalikkan badan meninggalkanku. Tinggallah diri ini yang duduk lesu memperhatikan kue-kue yang berserakan jatuh ke jalanan. Sebagian masih utuh dan sebagian lagi sudah terlindas oleh motor dan mobil mobil yang lewat.

Bukan tentang harga yang aku tangisi tapi tentang kejamnya wanita itu terhadap diri ini. Jika pernikahanku dan Mas Har adalah titik balik yang mengangkat kabut hitam diriku yang pernah ternodai, mengapa setelah kepergiannya, aku kembali seperti sampah yang pantas diinjak. Mbak Dwiana sangat jijik dan melihatku seperti alergi yang harus segera dibasmi.

Kukumpulkan kembali kue kue yang masih bersih dan terbungkus plastik, kumasukkan wk dalam box sambil menahan tangis dan rasa malu pada orang-orang yang kebetulan lewat sebagian tukang ojek yang mangkal dan ibu-ibu penjual jajanan sepertiku. Mereka semua menyaksikan apa yang terjadi dari awal sampai akhir. Mereka semua melihat bagaimana kabarnya Mba
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • AIB YANG TERUNGKAP DI HARI PEMAKAMAN SUAMIKU   11

    Keesokan harinya. Kusambut pagi dengan menunaikan dua rakaat salat subuh, lalu memanjangkan doa semoga Tuhan meringankan sedikit beban yang ada di hidupku.Kulipat mukena lalu meletakkannya ke dekat kaca rias, lalu kubuka jendela kamar untuk membiarkan hawa pagi berebut masuk menukar udara tertutup yang ada di dalam kamar. Pagi ini, setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, rencananya aku akan langsung ke pasar untuk membeli bahan-bahan kue, lalu kembali ke rumah untuk mengolah bahan tersebut kemudian menjualnya sore hingga malam nanti.*Pukul delapan aku kembali dari pasar, membuka pintu pagar lalu masuk ke rumah dengan keranjang belanjaan penuh. Kubongkar barang barang yang sudah kubeli untuk memastikan bahwa tidak ada yang terlupakan. Kucuci tangan lalu menyiapkan bahan untuk membuat adonan, tapi, baru saja menuangkan terigu, tiba tiba pintu rumahku diketuk dengan ketukan keras."Astaghfirullah, siapa itu, ketukannya kasar sekali seperti seorang rentenir yang hendak menagih hu

    Last Updated : 2025-01-29
  • AIB YANG TERUNGKAP DI HARI PEMAKAMAN SUAMIKU   12

    Tidak mau anakku menyaksikan semua kekacauan yang dibuat Mbak Dwi di dalam rumah ini, aku segera memutuskan untuk bangkit dan membereskan kembali lemari dan pakaian yang berserakan.Kususun baju dan juga gamisku yang tadi diinjak-injak olehnya, tak terasa air mata ini kembali tumpah, aku tak mengira bahwa diriku akan lemah dan serapuh ini. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk membela diri karena tahu bahwa diriku bersalah di matanya, aku adalah orang kedua yang kemudian dia anggap sebagai pengganggu dan perusak.Sebenarnya, kalau kuperhatikan rumah tangga Mas Har dan Mbak Dwi baik baik saja. Mas Har tidak terlalu sering mengeluhkan tingkah istrinya, dia hanya bilang bahwa Mbak Dwi boros dan susah diatur tapi Mas Haryadi tidak pernah berniat untuk menceraikan istrinya. Jadi mengapa ia begitu memusuhiku, haruskah aku meminta bantuan kepolisian agar bisa melindungi diri dan anakku. Akankah polisi mau membantu untuk melindungiku dari Mbak Dwiana, di sisi lain aku juga sadar bahwa Mbak Dwi

    Last Updated : 2025-01-30
  • AIB YANG TERUNGKAP DI HARI PEMAKAMAN SUAMIKU   13

    Sudah kudapatkan surat pengantar untuk kepengurusan kartu keluarga dan akte kelahiran Alisa. Oleh karena itu pagi ini aku berinisiatif untuk segera pergi ke Disdukcapil untuk mengurus semuanya.Dengan diantar tukang ojek aku sampai di tempat itu lalu mengambil nomor antri dan menunggu di kursi yang disediakan. Sembari menunggu, kubuka ponsel lalu memeriksa pesan dan apa saja yang kemungkinan belum Kuperiksa. Sesaaat aku terdiam, menatap wallpaper bergambar Mas Har lengkap dengan seragam dinas dan kacamata hitam. Dia nampak tampan dan gagah sekali layaknya ksatria dan pria sejati. Tiba tiba kerinduan melesak dari dasar hatiku, membuat sudut mata ini basah karena masih ingin menghabiskan waktu dengannya."Tak kusangka bahwa waktu kami sangat singkat." Kuusap netra sebelum orang orang yang duduk di sekitarku memperhatikan.Lepas dari foto Mas Haryadi, aku beralih ke foto putri tunggalku yang terdapat banyak di galeri. Kubelai layar ponsel sambil memperhatikan Alisa yang manis dan tulu

    Last Updated : 2025-01-31
  • AIB YANG TERUNGKAP DI HARI PEMAKAMAN SUAMIKU   14

    Mendapatkan tertawaan dan hinaan orang orang aku segera bangun dan membenahi tas serta pakaianku yang kotor. Ingin sekali kujambak wanita itu dan kucakar wajahnya tapi aku tahu itu bukan pilihan terbaik saat ini. Aku tidak mau orang orang yang sudah mencibirku dengan sebutan pelakor tambah menghina diri ini karena berani memberikan perlawanan."Terima kasih atas semua penghinaan yang Mbak berikan, saya ikhlas menerimanya dan semoga ini menjadi pahala kesabaran saya. Tentang siapa yang salah dan berdosa biar itu di mata tuhan saja," balasku sambil mengemasi tas dan pergi begitu saja.Huuuu ....Orang orang menyoraki dan mencibir, bahkan ada yang merekam kejadian ini dengan ponsel. Aku tahu mungkin setelah hari ini kami akan viral, aku sudah pasrah dengan keadaan. "Biarlah tidak mengapa aku yang disakiti, asal Alisa anakku baik baik saja," gumamku.Kulangkahkan kaki meninggalkan tempat itu dengan perasaan remuk redam dan malu sekali, kunaiki ojek dengan iringan pandang kebencian semua

    Last Updated : 2025-02-01
  • AIB YANG TERUNGKAP DI HARI PEMAKAMAN SUAMIKU   15

    Aku disuruh menunggu di sebuah ruang tamu besar dengan sofa melingkar yang terbuat dari kulit mahal dan sebuah meja besar dari akar kayu yang tebal, mungkin kayu jati. Di depanku ada sebuah lemari besar yang berpintu kaca dan berisi piagam, piala, serta pajangan-pajangan mewah.Kuedarkan pandanganku pada keindahan lukisan dan interior rumah pengacara handal itu. Aku mengagumi setiap karya seni yang ada di sana, lukisan besar, patung, ukiran yang dipahat di lemari serta ... tiba tiba aku tersentak setelah seseorang membuka pintu."Silakan masuk, kita tinggal menunggu orang tua Pak Haryadi," ucap pria itu dengan sopan pada wanita bertas mewah dan memakai gelang gelang emas di tangannya yang mulus."Memangnya siapa yang sudah datang?""Ibu Sari."Wanita itu masuk dan seketika memasang wajah benci mendalamnya, dia mendelik sambil memicingkan mata dengan penuh tatapan curiga. Intinya, dia benar benar gerah dengan kehadiranku, aku bisa menyimaknya."Kok ada dia?""Beliau juga tercatat sebag

    Last Updated : 2025-02-02
  • AIB YANG TERUNGKAP DI HARI PEMAKAMAN SUAMIKU   16

    "Ini pasti salah, mana mungkin jatah untuk istri muda lebih besar dari jatah untuk istri tua aku bisa menghitung total dana investasi yang diberikan berikut rumah dan 250 gram emas, sungguh angka yang begitu besar Pak," protes Mbak Dwi tidak terima."Itu adalah keputusan dan keinginan Pak Haryadi, saya sebagai pengacara hanya bertindak sebagai pelaksana dan tidak bisa mengganggu gugat apa yang tertulis di dalam sana.""Aku yakin Mas Haryadi sedang Mabuk ketika menuliskannya," gumam Mbak Dwi dengan geramnya."Sudahlah, Mami, jangan bikin keributan di sini," ujar anaknya."Aku benar benar tidak terima, aku akan membalas wanita licik ini," desisnya sambil menjauh dari ruangan itu.Kini, tinggallah aku bersama Pak pengacara, kami saling berpandangan dengan perasaan masing masing."Saya tidak menyangka suami saya meninggalkan begitu banyak aset," ungkapku lirih."Itu bagian dan rezeki anda, jangan menolaknya," jawab pengacara itu."Setahuku, Mas Har tidak punya apa apa, hidup Kami sederhan

    Last Updated : 2025-02-03
  • AIB YANG TERUNGKAP DI HARI PEMAKAMAN SUAMIKU   17

    Setelah dipikir dan ditimbang dengan teliti, terlalu mudah bagi masa Akbar jika aku hanya mengajukan gugatan perceraian dan semuanya berakhir. Terlalu muda untuknya tanpa dia mengalami kerugian apapun, setelah palu perceraian diketuk dia akan kembali kepada istrinya dan aku akan sendiri mengurus bayi ini tanpa bantuan siapapun.Aku harus membuat seseorang mengganti kerugian moral dan materiilku, aku juga akan balas dendam pada wanita yang sudah menghancurkan pernikahan dan mimpi indah tentang hidup bahagia, bersama anak kami. Aku akan membuat Lisa menderita.Karena sama sekali tidak mengenal latar belakang dan seluk beluk wanita itu, aku mencoba membuka akun sosial medianya dan menelusuri, kira-kira dia sering berada dimana alamat rumahnya dan komunitas apa yang kerap dia kunjungi untuk membaur dan menghabiskan waktu, aku ingin mencari kelemahan dan sisi buruk wanita itu, aku yakin akan menemukannya, karena setiap orang punya pasti punya aib yang disembunyikan.Satu-satunya cara un

    Last Updated : 2025-02-04
  • AIB YANG TERUNGKAP DI HARI PEMAKAMAN SUAMIKU   18

    Sudah cukup aku tidak boleh lemah. Mbak Dwiana sudah sering sekali menyakiti diri ini dan membuatku tersiksa, aku tidak bisa terus membiarkannya menari diatas penderitaan dan menginjak harga diri.Sore itu juga, dengan penampilan compang-camping dan meski diperhatikan oleh beberapa orang di atas bis, aku tidak tidak peduli lagi. Di sinilah aku sekarang ... berdiri di depan gerbang rumah pak pengacara sambil memegangi 2 keranjang kue, dengan wajah yang sudah lebam bekas tamparan dan pakaian yang robek bekas kejahilan para preman.Kupencet bel, benda itu berdentang, bahkan terdengar olehku yang berdiri di luar ruang gerbang. Tiit. Bunyi monitor menyala lalu ada sahutan di depan sana."Siapa?""Ini saya Pak, susi.""Oh baiklah, sebentar Mbak Susi," jawabnya. Tidak lama kemudian pintu gerbang bergeser dan seorang pelayan menyuruhku untuk masuk dan menemui bosnya."Oh, apakah yang telah terjadi pada ibu susi sampai seperti ini?""Sebenarnya saya bingung harus datang ke sini terlebih dah

    Last Updated : 2025-02-05

Latest chapter

  • AIB YANG TERUNGKAP DI HARI PEMAKAMAN SUAMIKU   37

    Ketika kuantar Mbak Dwi ke depan pintu, tiba tiba ibu mertua sudah hadir bersama kedua adik iparku widhi dan Widya. Dalam keharuan mendalam yang baru kurasakan dengan Kakak kini tiba tiba ibu juga menunjukan ekspresi haru yang sama, menangis sambil tersenyum. "Dwi, Susi, Alhamdulillah, Nak." "Ibu ...." Aku dan Mbak Dwi mendekat dan menghambur ke pelukan mertua kami. Beliau memeluk kami dengan erat dan menciumi kami bergantian. "Alhamdulillah, jika kalian sudah saling memaafkan dan menerima kesalahan masing masing." Lelehan bening dari netra ibu mertua menunjukan bahwa dia sangat bersyukur atas apa yang terjadi barusan. "Kami sedang berusaha Mami," jawab Mbak Dwi dengan wajah canggung. "Tidak apa apa Nak, mami memuji kelapangan hatimu menerima kenyataan, menerima Susi sebagai bagian dari hidup Haryadi dan kau sudah berdamai dengan kenyataan. Alhamdulillah, Mami benar benar bersyukur, Mami menghargaimu, Nak," ucap Ibu dengan senyum mengembang paling manis yang pernah kulihat. Sela

  • AIB YANG TERUNGKAP DI HARI PEMAKAMAN SUAMIKU   36

    Secara mengejutkan Mbak Dwiana datang ke kedai di jam delapan pagi. Saat itu kedaiku masih tutup, tapi aku sudah membuka pintu samping dan sibuk menyapu. Melihatnya sudah berdiri di ujung pintu aku hanya tertegun, kami saling berpandangan dengan perasaan masing masing lalu ... di sinilah kami duduk berdua saling berhadapan dan sibuk dalam kebungkaman masing masing."Ada apa Mbak, tumben datang kemari pagi sekali?" Sebenarnya aku tak tahu harus memulai pembicaraan dari mana."Aku ingin bicara?"Dia mengeluarkan sebuah foto dari dalam tasnya, foto yang cukup mengejutkan di mana aku dan Mas Haryadi juga Alisa ketika masih balita dalam frame yang sama. "Darimana Mbak dapat foto itu?" Tanyaku dengan tenggorokan terasa kering karena begitu penasaran."Seharusnya pertanyaan itu diganti, menjadi sejak kapan foto itu ada padaku," gumam wanita itu."Jadi mbak sudah tahu kalau aku adalah istri Mas Har jauh sebelum beliau meninggal?" tanyaku.Tanpa kuduga air mata meluncur begitu saja dari netra

  • AIB YANG TERUNGKAP DI HARI PEMAKAMAN SUAMIKU   35

    Kumatikan ponsel sambil menggeleng pelan, kutarik napas dalam dalam sambil menetralisir perasaan yang sekiranya mengajakku untuk terus membuat dosa. Seharusnya aku tak begitu pada ibunda Dirga dan Bella, tapi Mbak Dwi memaksaku untuk terus jahat mengikuti alur beliau.Sebenarnya, dalam hati kecil, bukannya aku tak punya malu atau rasa bersalah, aku ingin sekali minta maaf atas semua yang terjadi selama ini dan bicara baik baik pada Mbak Dwiana. Andai beliau bisa diajak duduk dan bicara, tapi sayang kakak maduku itu sangat temperamen dan kasar. Dia terus memendam sakit hati dan dendamnya hingga batas waktu yang tak ditentukan.Mungkin aku tak akan pernah dimaafkan, fine, aku menerima itu, tapi bisakah di antara kami tidak saling mengganggu saling mengusik dan menjahati? Bisakah?**Kuketuk rumah berlantai dua dengan dua pilar megah penyanggah depannya. Aku tahu kedatanganku ke tempat ini sama dengan menempatkan diri ke dalam kandang singa. Tapi aku tak punya pilihan."Siapa?" Suara ben

  • AIB YANG TERUNGKAP DI HARI PEMAKAMAN SUAMIKU   34

    Maaf ada kesalahan sehingga bab cerita tertukar ❤️🙏"Apa?" Mbak Dwiana terbelalak mendengar kata-kata ibu. Bagaimana tidak kata-kata itu sangat menyentil dan menyinggung sekali."Ibu bilang apa?""Aku tidak mau mengusik hidup dan mengganggu kencanmu! Kurang baik seperti apa lagi aku?!"Demi apa raut wajah Mbak Dwi sangat pucat dan dia langsung kelihatan sedih serta terguncang sekali."Sudah kukatakan apa urusanmu dengan hidup Susi! Jangan ganggu dia lagi sehingga kalian pun bisa hidup dengan aman dan damai!""Dia sudah memerasku sebanyak 20 juta Bu!" Mbak Dwi berteriak di luar kedai."Sebaiknya kita bicarakan ini di dalam mobil," ucap Ibu sambil mengalihkan perhatian dan berusaha untuk tidak membuat malu semua orang."Masuk ke mobil, Susi, Dwi, ayo masuk!" perintah ibu."Ba-baik."Di sinilah kami, saling berhadapan di mobil ibu mertua yang cukup mewah dan luas. Jok tengahnya bisa diputar sehingga ibu bisa mengintrogasi kami yang duduk di baris paling belakang."Jadi katakan, apa maks

  • AIB YANG TERUNGKAP DI HARI PEMAKAMAN SUAMIKU   33

    Tak lama setelah Mbak Dwi meninggalkan kedai kami, mobil ibu mertua tiba. Dengan pintu yang dibukakan supir, ibu terlihat turun dan menghampiri tempat kami. Aku yang sadar diri dan tahu rasa hormat segera membuka pintu kaca dan menyambutnya dengan uluran tangan serta menyalaminya."Akhirnya Ibu datang juga," ucapku."Hmmm, aku penasaran apa yang hendak kau sampaikan," jawabnya sambil menarik kursi dan duduk di salah satu meja pelanggan."Sesuatu yang serius, mungkin juga tidak begitu penting bagi ibu, tapi yang pasti saya ingin menunjukkannya.""Pastikan bahwa aku akan sangat tertarik," ucap ibu dengan tarikan muka tegas dan bibir yang dia sungginggkan miring."Ini tentang Mbak Dwi," gumamku."Ada apa dengannya?""Sebelum bicara, saya ingin tahu, apakah ibu tahu sesuatu tentang kakak maduku?""Tentang apa?""Hal yang dalam tanda kutip sesuatu yang dirahasiakan, aib dan lain sebagainya," jawabku setengah pelan.Iu mengernyit tidak paham, dia menggeleng dan nampak penasaran."Kataka

  • AIB YANG TERUNGKAP DI HARI PEMAKAMAN SUAMIKU   32

    Aku memang tak percaya pada siapapun saat ini, aku tidak percaya pada hal hal yang akan kuanggap mudah. Sekarang semua langkah dalam hidupku harus tertata dalam dua rencana di mana jika rencana a tidak sesuai maka aku harus melakukan rencana cadangan.Mbak dwiana sudah mengatakan akan memberikan jaminan tapi aku pun tidak bisa memberikan janji padanya. Mau tak mau, aku harus tetap memperlihatkan pada ibu mertua tentang wajah asli menantu sulungnya. Ibu harus tahu seperti apa menantu yang selama ini dia banggakan sebagai wanita anggun dan berkelas.Kutelpon Ibu mertua, kukatakan padanya bahwa aku membutuhkan dia sore nanti, aku akan berkunjung padanya."Tidak usah datang padaku karena kau akan sibuk di kedaimu, biar Ibu saja yang datang dan mengunjungi Alisa sekalian.""Ibu jangan lama, karena akan ada hal yang ibu lewatkan, kalau bisa datanglah dari pukul tiga," jawabku."Baik, tidak masalah dengan catatan bahwa hal yang akan kau sampaikan bukan sesuatu yang recehan.""Tidak demi Tuha

  • AIB YANG TERUNGKAP DI HARI PEMAKAMAN SUAMIKU   31

    Pagi pagi sekali, aku yang sedang membuang sampah membersihkan kedai bekas pengunjung semalam didatangi oleh wanita yang sudah bosan sekali kuhadapi kedatangannya.Selagi aku menunduk dan sibuk menyapu dia sudah berdiri sambil berkacak pinggang kali ini dia tidak datang mengenakan jilbab tapi baju olahraga ketat, rambut tergerai dengan setelan sepatu olahraga juga."Ada apa lagi?" tanyaku sambil bangkit."Apa yang sudah kau katakan kepada kedua anakku?""Memangnya apa yang mereka katakan?! kami semalam berbincang banyak dan bercerita, bagian mana yang tidak kau sukai!""Hah, sekarang kau berani mengejek dan melawan, ya!" ujarnya yang hendak menjambakku seperti biasa. Tapi, dengan segera kutepis tangannya dengan ujung gagang sapu lidi yang kupegang."Mengapa tidak aku juga punya tangan dan kaki, aku juga punya uang dari sumber daya seperti dirimu jadi bagian manakah aku akan takut?!" tanyaku sambil mengangkat dagu."Pelakor tak tahu malu!" Teriaknya di trotoar jalan."Daripada kamu, i

  • AIB YANG TERUNGKAP DI HARI PEMAKAMAN SUAMIKU   30

    Tak mau ikut campur tapi aku juga harus memanfaatkan kesempatan yang ada, setelah merekam kejadian itu aku segera beranjak dari restoran dan pergi melanjutkan niatku untuk belanja bahan kue."Syukurnya wanita itu tidak menyadari bahwa aku ada di sana." Sensasi gemetar dan kaget juga sports jantung membuatku sangat gugup dan takut."Sekarang akan kugunakan hal itu untuk memberi Mbak Dwi pelajaran jika dia masih menyakitiku," ujarku sambil tersenyum sendiri.Setelah sampai di toko beli bahan makanan yang aku butuhkan lalu meluncur pulang lalu membuat adonan dengan cekatan, kuproses semua bahan kue sambil menghitung waktu dan mengejar jadwal pulang sekolah Alisa.Pukul sepuluh, kutinggalkan pekerjaan untuk menjemput anakku ke sekolah yang kini tak begitu jauh dari tempatku. Ibu mertua yang baik hati memilihkan tempat yang cukup strategis dan dekat dari ruko yang kami beli sekarang. Alhamdulillah tidak begitu banyak kendala yang membuat hidupku terhalangkan dengan kesusahan. Mungkin k

  • AIB YANG TERUNGKAP DI HARI PEMAKAMAN SUAMIKU   29

    Alhamdulillah hari ini adalah hari pertama pembukaan kedai kopi dan roti milikku. Kami adakan syukuran kecil dengan mengundang tetangga dan orang-orang yang ada di sekitar tempat ini membaca doa dan menikmati hidangan kecil.Ketika tamu undangan sudah pergi, aku dan anakku sibuk membereskan bekas acara karena beberapa jam lagi kami akan melayani pelanggan dan menerima pesanan.Padahal mengejutkan ketika aku membuang sampah ke tong yang ada di sebelah kiri jalan. Mungkin itu adalah pemandangan yang cukup mengherankan namun aku masih berpikir positif dan wajar saja. Kulihat mobil Mbak Dwiana lewat, dia duduk di depan bersama seorang pria dan mereka terlihat tertawa dan bercanda, sangat akrab, tidak mungkin seakrab itu seorang supir dengan majikannya."Itu siapa ya ... Ah, terserahlah, bukan urusanku," gumamku dalam hati.Meski penasaran aku tak hendak mencari tahu, biarlah jika memang itu sahabat terdekatnya, mungkin kakak maduku butuh teman untuk bercerita, perlu bergaul untuk meluas

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status