Home / Fantasi / AFTERFALL / 33. chì si vede di notte

Share

33. chì si vede di notte

Author: duskofeye
last update Last Updated: 2021-10-31 16:02:53

“Arah timur, aku melihat sesuatu berwarna merah menyala di sana!" teriak prajurit itu dengan penuh semangat.

Semua mata tampak fokus menatap arah ke timur, berusaha menelisik sesuatu dari balik kabut tebal yang mengganggu pandangan mereka. Benar saja, ada cahaya kecil seperti laser berwarna merah menyala yang terlihat terus bergerak tak beraturan.

Ujung mata Pangeran Antheo melirik Pangeran Rex sekilas. Genggamannya pada pedang panjang dengan ukiran namanya di bagian atas itu amat kuat. Matanya membulat, terus terpaku pada kedalaman kabut. Hidungnya sesekali menghirup udara dalam-dalam, berusaha mengendus sesuatu.

“Vampir,” bisik Pangeran Rex dengan nada penuh amarah yang dapat ditangkap oleh Pangeran Antheo dengan samar-samar.

Dahi pria bermata hijau terang iu mengkerut. Vampir … apa jangan-jangan pria di balik kabut itu adalah Pangeran Cliftone?

“Tunggu!” teriakan Pangeran Antheo secara tiba-tiba membuat gerak

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
sejak awal mikir kalo yg jahat Rex, tapi Cal juga misterius
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • AFTERFALL   33. good sleep, princess

    Sepanjang jalan kembali menuju Istana Eargard, kuda coklat tua yang ditumpangi oleh Pangeran Rex dan Pangeran Cliftone dipenuhi oleh perdebatan-perdebatan kecil yang tidak perlu. Pangeran Rex terus menyuarakan ketidaksukaannya pada pria dengan manik merah menyala itu, sementara Pangeran Cliftone hanya beberapa kali mendengus dan menjawab rentetan sindiran dari Pangeran Rex dengan tenang.“Jika dipikir-pikir, aku berada satu tingkat di atasmu sekarang, Pangeran,” balas Pangeran Cliftone sembari menyeringai tipis. Saatnya balas dendam.Alis Pangeran Rex menukik, tampak tak terima dengan perkataan Pangeran Cliftone. “Omong kosong macam apa itu! Bahkan jika kau memberitahunya pada sekumpulan orang gila, mereka tidak akan percaya.”

    Last Updated : 2021-11-01
  • AFTERFALL   35. welcome home

    Tepat saat langit mengeluarkan cahaya jingga hangat yang tenang, mereka tiba di Istana. Kaline yang tadinya terlelap di atas punggung Pangeran Antheo selama berjam-jam itu kini telah tebangun.Kedatangan mereka sontak disambut dengan puluhan pelayan yang berdiri di depan pintu utama, membawa handuk bersih serta air minum yang telah disusun di atas meja kayu agar para prajurit yang telah kembali dapat meminumnya.Pangeran Antheo turun terlebih dahulu dari kudanya, lalu mengulurkan tangan sambil menunduk singkat. “Mari, Putri.”Tidak ada keraguan dalam gerak gerik gadis itu saat menerima uluran tangan Pangeran Antheo yang bermaksud membantunya untuk turun dari kuda.Kaline menundukkan badannya, memberikan salam hormat pada Pangeran Antheo sebagai rasa terima kasih. “Terima kasih banyak atas bantuanmu, Pangeran. Aku berjanji akan membalasnya lain waktu.”Pangeran Antheo tersenyum. Kepalanya bergerak ke kiri da

    Last Updated : 2021-11-02
  • AFTERFALL   36. wait, father?

    Kaline menghela napasnya. Menatap dua bilah pintu yang terbuat dari jati tebal itu dengan gugup. Sepasang prajurit yang bertugas untuk menjaga pintu itu berdiri tegak dengan pandangan lurus ke depan, menanti Kaline untuk memerintahkan mereka agar membuka pintu itu.Ruangan pertemuan itu tidak seperti ruangan pertemuan yang biasa digunakan untuk menjamu tamu-tamu penting yang membahas soal kerja sama antar kerajaan ataupun perorangan. Ruangan ini tiga kali lebih kecil, hanya memuat sekitar 35 orang di dalamnya. Ruangan yang biasanya digunakan untuk membahas taktik perang, rahasia kerajaan, dan hal-hal darurat seperti yang ia alami saat ini.Itulah kenapa tempatnya jauh di dalam tanah, dengan cahaya remang-remang dari obor-obor yang menempel di sisi dinding batu yang tak rata, memasa kaline menghirup udara pengap yang tercampur dengan aroma asap rokok serta bensin.“Buka pintunya,” perintah Kaline dengan suara rendah tangannya saling bertaut di b

    Last Updated : 2021-11-04
  • AFTERFALL   37. should i answer it, my lord?

    Pria dengan mata merah menyala yang sama persis seperti Pangeran Cliftone itu menatapnya selama beberapa detik dengan ekspresi datar lalu kembali menatap lurus ke arah Raja El seolah-olah ia tak mengenal Pangeran Cliftone.“Tidak ingin duduk, Pangeran?” tawar pria itu, berlagak seolah ia adalah pemilik ruangan ini.Tatapan Pangeran Cliftone masih terkunci pada pria yang tak lain adalah Raja Alorine, pemimpin Kerajaan Voalire meski sekarang ia telah duduk atas kursi dengan bantalan empuk, bersebelahan dengan Raja Alorine.“Saya mohon maaf telah mengganggu pertemuan Anda, Yang Mulia.” Pangeran Cliftone menundukkan badannya selama beberapa detik, menghadap Raja El yang masih terlihat kesal.“Saya mempersilahkan Pangeran Cliftone masuk karena ia

    Last Updated : 2021-11-05
  • AFTERFALL   38. the culprit

    Ruangan persegi panjang dengan dinding dari bebatuan yang dapat meredam suara itu teramat hening. Belasan orang yang ada di dalam sana memperhatikan cahaya merah menyala yang berasal dari manik Pangeran Cliftone dengan seksama, menunggu kata-kata yang akan keluar dari mulut Pangeran Mahkota Voalire itu.Gerakan manik mata Pangeran Cliftone beralih dengan tenang, menatap Raja El yang bergeming di atas tempat duduknya. “Haruskah aku menjawab pertanyaan ini, Yang Mulia.” tanyanya dengan nada ringan yang terkesan bermain-main, jelas menganggap remeh pertemuan yang mereka adakan saat ini.Rahang Raja El mengeras, selaras dengan jarinya yang mengepal dengan erat, menatap Pangeran Cliftone dengan dingin. “Tidak perlu menjawabnya, Pangeran,” ucap Raja El yang lantas membuat seisi ruangan kebingungan.

    Last Updated : 2021-11-08
  • AFTERFALL   39. something left behind

    Semua orang terdiam. Sekte Selz, nama yang sudah lama tidak singgah di telinga mereka, membuat semua orang berpikir sekte sesat itu sudah tenggelam dengan snedirinya dan ternyata kini mereka kembali lagi.Pangeran Cliftone membenarkan posisi tubuhnya. tangannya kini terlipat rapi di atas meja kayu yang menyatu dengan meja lainnya. “Ada apa, Tuan Tuan? Sudah lama tidak mendengar nama itu?”“Tidak mungkin.” Seseorang menyangkal, berusaha mencari celah dari pernyataan Pangeran Cliftone.Salah satu dari mereka turut bergabung, sama sekali tak menaruh kepercayaan pada vampir itu. “Bagaimana bisa kau mengatakan dalangnya adalah Sekte Selz sedangkan pelakunya dalah seorang vampir. Bangsamu!”“Tenanglah, Tuan Tuan. Aku belum siap m

    Last Updated : 2021-11-09
  • AFTERFALL   40. the face of death

    Satu persatu orang yang menghadiri pertemuan darurat itu mengundurkan diri hingga tersisa Pangeran Cliftone dan Raja El yang tetap setia duduk di kursinya, tidak berniat beranjak barang sedikit saja.Pertemuan itu diakhiri dengan keputusan absolut Raja El yang memerintahkan kepala prajurit untuk kembali melakukan pengetatan wilayah dan penyusuran hutan serta desa-desa terpencil. Salah satu kepala prajurit khusus yang diam-diam hadir di pertemuan itu juga diperintah untuk menemukan tempat persembunyian Sekte Selz atau bahkan anggota mereka.“Kebohongan yang bagus, Pangeran.” Raja El bersuara, memecahkan keheningan yang sama sekali tidak membuat Pangeran Cliftone merasakan rasa bosan maupun canggung.Pangeran Cliftone menoleh, memberikan seringai tipis, menunjukkan dua taring tajamnya yang terlihat menyebalkan. “Ya … saya memberikan lebih dari apa yang kau berikan pada saya, Yang Mulia. Haruskah saya menganggapnya sebagai hutang?&rdq

    Last Updated : 2021-11-10
  • AFTERFALL   41. fear

    “Cih!” Pangeran Rex berdecih, tampak merendahkan penjelasan arogan yang baru saja diucapkan Pangeran Cliftone.Kepalanya menoleh, memperhatikan Pangeran Cliftone dari ujung rambutnya hingga ke ujung kaki. “Aku mengasihanimu, Pangeran. Vampir yang naif.” Tanpa perlu repot-repot untuk melihat ekspresi Pangeran Cliftone, pia itu telah kembali menghadap ke kegelapan di hadapannya, menyesap cerutunya lebih dalam lagi.Ya, dia memang itu kenyataannya. Pangeran Rex tak bisa membayangkan bagaimana kondisi Voalire jika dipimpin Pangeran Mahkota yang begitu naif. Pria itu berpikir jika kerajaan besar seperti Eargard akan menundukkan kepala hanya dengan kartu yang dipegangnya? Sungguh mustahil!Meski terlihat se

    Last Updated : 2021-11-11

Latest chapter

  • AFTERFALL   epilog

    Setahun setelah musim dingin yang menegangkan. Saat malam gelap lagi-lagi menurunkan hujan gumpalan es pertama yang kali ini disambut dengan penuh kegembiraan.Setahun setelah musim dingin yang menegangkan. Sebuah penikahan akan dilaksanakan.“Cal, apa kau baik-baik saja?” tanya Kaline khawatir, menatap Pangeran Cliftone yang berdiri di sebelahnya sebagai seseorang yang beberapa detik lagi akan dinikahi.“Kau tahu aku telah-”“Aku telah memaafkanmu,” potong Kaline, kembali mengeratkan genggaman tangannya pada jemari Pangeran Cliftone yang sempat melonggar.“Kau bisa membatalkannya sebelum acaranya dimulai,” ucap Pangeran Cliftone untuk yang kesekian kalinya.Lagi-lagi, Kaline menggeleng dengan tegas. “Tidak akan ada yang dibatalkan, Cal. Aku akan menikahimu.”Pangeran Cliftone membuang napasnya dengan kasar. Ada perasaan campur aduk yang sedari tadi hinggap di dalam dir

  • AFTERFALL   72. the truth has find his way home

    Kaline membelalak. Tepat sebelum panah yang dilepaskan Zed mengenai tubuh Pangeran Antheo, peri-peri bersayap merah beterbangan secara acak, membakar panah itu hingga tak bersisa.“Sial!” Pangean Rex menggerutu kesal. Maniknya yang kecoklatan seperti madu berubah menjadi kuning terang. Gigi-giginya yang tajam tiba-tiba saja muncul.Gawat. Pangeran Rex akan berubah menjadi serigala.“Pangeran, awas!” seru Kaline, berusaha mengalihkan perhatian Pangeran Antheo yang fokus memerintah para peri itu sehingga tak menyadari Pangeran Rex dengan tubuh serigala yang beringas berdiri tepat di belakangnya.Satu ayunan penuh amarah keluar, seakan mengajak Pangeran Antheo berduet dengannya yang langsung diterima Pangeran Antheo tanpa keberatan.Sementara Kaline yang masih terikat di pohon berseru panik. Ingin sekali ia curi pisau kecil yang terselip di antara celana Zed, namun mustahil karena kini, kuku-kukunya sudah berubah menjadi panjan

  • AFTERFALL   71. nice shoot

    Kedua tangan itu menggenggam setir mobil dengan kuat. Nyeri di ulu hatinya sama sekali tak mereda. Meski begitu, tidak akan ada satupun air mata yang membasahi pipinya. Waktunya sudah habis. Gadis yang dicintainya akan bertunangan dengan seseorang. Seseorang yang jauh lebih baik darinya. Seseorang yang bisa menyampaikan perasaannya. Bukan dengan seorang pengecut seperti dirinya yang seumur hidup hanya berani melihatnya dari jauh. Kaline, seorang perempuan yang tinggal di depan rumahnya. Mereka tumbuh bersama. Cal melihat semuanya. Bagaimana lucunya gadis itu saat balita hingga kini tumbuh menjadi seorang perempuan jelita. Selama itu, ia tak melakukan apapun. Bahkan tidak sekalipun ia pernah menyapanya. Cal adalah seorang pengecut. Dulu maupun sekarang. Dalam kecepatan mobil yang tinggi dan terus berjalan, pandangannya terkunci pada sebuah restoran tiga lantai. Disanalah, harapannya akan benar-benar berakhir, kala seorang pria menyematkan cincin indah

  • AFTERFALL   79. the one who kill her

    Napas Kaline teramat sesak. Dalam kondisi terikat pada pohon besar seperti sekarang, Kaline nyaris tidak dapat melakukan apapun jika saja mulutnya ikut tertutup.“Apa yang kau lakukan?” tanya Kaline penuh amarah saat Pangeran Rex mendekat dengan senyuman memuakkan.Bagaimana bisa pria itu tersenyum setelah hal gila yang ia lakukan?“Ssstt … tidak perlu marah, Putri. Aku hanya ingin membuat namamu abadi. Setelah ini, aku yakin tidak akan ada yang berani melupakanmu,” ucapnya dengan penuh kebanggaan sambil menumpahkan sebotol minyak berbau menyengat tepat di bawah kaki Kaline.Dari ujung mata gadis itu, dapat ditangkap pergerakan Pangeran Antheo dan Cliftone yang mengendap-endap menuju tempat yang saling berlawanan. Langkah Pangeran Antheo perlahan mendekati seorang penyihir tua yang sedang fokus bertapa, sedangkan langkah Pangeran Cliftone menjauhinya.Rencana mereka harus berhasil.“Kau akan menyesali per

  • AFTERFALL   69. it's a wonderful day to die

    “Aku bersumpah aku tidak tahu apapun tentang ini!” seru Pangeran Antheo dengan frustasi.Ini sudah lebih dari dua puluh kali Kaline dan Pangeran Cliftone menanyakan hal yang sama, terus membuat posisinya semakin terpojok.Pangeran Antheo mengatakan hal yang sebenarnya. Dia tidak tahu apapun soal ini. Bahkan hingga saat ini, dirinya masih bertanya-tanya bagaimana bisa peri-peri itu berada di luar kendalinya.“Kau sendiri yang mengatakan bahwa hanya dirimu yang bisa mengendalikan peri-peri itu, Pangeran. Jangan berbohong.” Kaline terus mendesaknya. Meski Pangeran Antheo tidak bisa melihat apapun sekarang, ia yakin kini Kaline sedang memandangnya dengan tajam.“Demi negeriku, Putri. Aku tidak tahu apapun soal ini. Peri-peri itu, aku tidak tahu apapun!” seru Pangeran Antheo sambil menjambak rambutnya untuk mengalihkan rasa nyeri yang menjalar ke seluruh tubuhnya.“Sudahlah, Putri. Kau tahu dia bukan pelak

  • AFTERFALL   68. revange party

    Lenguhan ringan beberapa kali keluar dari mulut Kaline. Kepalanya terasa seperti baru saja ditimpa oleh sesuatu yang berat dan memang benar adanya, di dahi gadis itu sekarang, sudah ada benjolan sebesar setengah bola pingpong. Bau busuk asap pertama kali masuk ke dalam indera penciumannya saat gadis itu terbangun. Kedua tangan dan kakinya terikat dengan kencang, membuat gadis itu harus bersusah payah untuk menyandarkan tubuhnya pada dinding di tepi ruangan kecil ini. “Ah … akhirnya ada yang terbangun juga.” Suara ringan itu membuat Kaline kembali was-was. Di dalam kegelapan seperti ini, ia tidak bisa melihat apapun kecuali … dua sinar kecil berwarna merah di ujung ruangan. “Cal, apa itu kau?” tanya Kaline dengan hati-hati. “Ya … syukur kau masih mengingatku. Aku pikir kau akan hilang ingatan setelah dipuku oleh bata, Putri,” jawab pria itu dengan candaan yang sama sekali tidak lucu. Kaline memilih untuk tidak lagi menimpali ucapan pria

  • AFTERFALL   67. its four

    Kantung mata yang mulai menghitam itu sama sekali tidak dipedulikan oleh Pangeran Antheo. Sudah seminggu lebih ia hanya tidur selama 2 jam. Malam panjang yang seharusnya digunakan untuk istirahat ia habiskan bersama lima ekor peri nakal yang kini sudah kembali terkurung didalam sangkarnya.Kini, saat samar-samar fajar telah terlihat, Pangeran Antheo akan kembali ke Istana Eargard dengan wajah lelah.Ada jeda waktu lima hari tersisa sebelum sayembara akan kembali dimulai. Lima hari yang harus dimanfaatkannya sebaik mungkin untuk membuat monster-monster kecil di dalam sarang itu patuh padanya. Setelah ia berhasil mengendalikan 5 peri penghancur ini, ia akan kembali mengirimkannya ke penjara bawah laut.Langkah jenjang pria itu perlahan-lahan melambat kala mendengar sesuatu yang mencurigakan.Jelas sekali tadi terdengar beberapa langkah kecil di belakangnya. Meski pendengaran Pangeran Antheo tak begitu tajam, bahkan saat ia sengaja berjalan denga

  • AFTERFALL   66. catch him now

    Sinar bulan purnama malam ini tampak amat terang, seakan-akan cahayanya mampu menerangi 4 orang yang kini sedang bersembunyi diantara semak belukar, membiarkan tubuh mereka menjadi santapan empuk nyamuk yang kelaparan.Kaline terus berdoa dalam hati, harap-harp Narin tidak memasuki kamarnya malam ini agar tidak ada yang tahu bahwa Putri Mahkota Eargard diam-diam menyusup pergi menguntit Pangeran Antheo.Tentu saja, jika aktivitasnya bersama 3 pria ini ketahuan dan beritanya menyebar, merekaa terpaks mendekam di istana selama berbulan-bulan untuk menghindari hujatan masyarakat. Menguntit adalah tindakan yang berbelok dari tata krama. Siapapun bangsawan yang menyalahi tata krama akan dianggap tidak memiliki adab dan dikucilkan oleh masyarakat dan tentu saja itu tak boleh terjadi mengingat posisi Kaline sebagai Putri Mahkota yang seharusnya dihormati.

  • AFTERFALL   65. something is missing

    malam sebelumnya Tatapan penuh permusuhan itu tampak dengan amat jelas di antara kedua tanganya. Meja bundar sebagai penengah itu agaknya terlampau kecil untuk menghalau aura menegangkan diantara keduanya. Tidak, di meja itu tidak hanya ada mereka berdua. Seorang wanita tua dengan punggung yang sudah membungkuk ada di antara keduanya dengan senyuman licik yang tak kunjung pudar. Selain itu, Zed juga dengan setia berdiri di belakang Pangeran Rex. “Jadi, seberapa jauh yang kau tahu?” tanya Pangeran Rex dengan dingin, membuka suara untuk pertama kalinya. Mata menyala yang terus berkilat itu tak gentar membalas tatapan tajam dari manik bak madu milik Pangeran Rex. Jika saja ia bukan seorang vampir, sudah pasti ia akan meminum teh hangat di hadapannya untuk mengulur waktu, bermaksud membuat Pangeran Rex tersulut emosi. “Aku tidak bisa mengukur jika tidak tahu batasan ukurannya, Pangeran. Jika kau menginginkan jawabannya, kau harus memberitahuku sej

DMCA.com Protection Status