Satu jam sebelumnya …
Elaine sedang berkirim pesan whatsapp dengan Darell. Sepulang dari kampus, Elaine langsung tidur dan menenangkan dirinya. Dia terbangun saat sudah petang. Lalu saat dia mengecek ponselnya, ada pesan dari Darell menanyakan perkembangan tugas Pak Dzul. Karena saat Darell mencoba menayakan pada Veni, chat-nya hanya menampilkan ceklis satu.
Obrolan mereka tiba-tiba memanjang. Sampai akhirnya Darell menanyakan tujuan Elaine, ketika gadis itu mengatakan kalau dia mau keluar. Tanpa ragu, Elaine memberi tahu tujuannya pada Darell.
Darell: Mau kemana?
Elaine: WS.
Darell: Ngapain?
Elaine: Ketemu Tirta, ada yang mau dia bicarakan.
Elaine rasa hal ini bukan sebuah rahasia. Jadi dia tak ragu mengatakan hal itu pada Darell. Lalu laki-laki itu pun membalas pesan Elaine.
Darell: Awas baper. Nanti nangis lagi. Ngapain sih ket
“Mau ke mana?” tanya Elaine panik dan sambil terisak. Dia mencoba menghapus air matanya.Darell tak menjawab pertanyaan Elaine. Laki-laki itu fokus dengan kemudi dan mengemudikan mobilnya dengan cepat. Kini dia memasuki tol dan menuju ke pusat kota.“Mau ke mana? Kok nggak jawab? Ini udah malam,” tanya Elaine lagi. Dia melihat arloji yang terpasang di pergelangan kirinya. Pukul 8.10 malam.“Gue lupa stock makan gue habis. Jadi sekarang gue mau belanja.” Akhirnya laki-laki itu menjawab.Elaine mengangguk pelan ketika mendapatkan jawaban dari Darell. Memang benar, tadi pagi saat dia memasak sarapan persediaan bahan makan Darell habis. Tapi apa harus semalam ini untuk berbelanja? Elaine tak paham dengan laki-laki ini. Gadis itu masih belum bisa membaca karakter laki-laki yang menjadi partner friends with benefit-nya ini.“Kenapa nggak beli di Raksasa Mall aja? Kenapa harus ke kota?” tan
Elaine dan Darell sedang berdiri di depan lift lantai B3. Untung saja di sana hanya ada mereka berdua. Sehingga tak ada yang memerhatikan kondisi Elaine. Memang bagian dalam tubuh Elaine tidak terlau terawang dari luar. Tapi tetap saja bentuknya itu terlihat sangat jelas. Karena dada Elaine ini sangat padat, bulat, dan tentu saja sedikit besar. Pintu lift terbuka. Beberapa orang keluar dari pintu tersebut. Setelah itu Elaine dan Darell menaiki lift. Untungnya hanya ada mereka berdua di dalam lift.Elaine menundukkan pandangan. Mencoba tak melihat pantulan dirinya pada dinding lift. Dia terlalu malu untuk memandangi dirinya ini. Perasaannya sekarang ini campur aduk, antara: marah, sedih, kecewa, dan gelisah. Rasanya jantung Elaine akan meledak, karena berdegup saking kencangnya.Sedangkan Darell hanya bisa memandangi gadis itu dari pantulan cermin. Dia terlihat senang melihat Elaine tak berdaya seperti itu. Ini hukumannya karena tak bisa menepati jan
“Aaah!” pekik Elaine. Dia terkejut ketika dengan tiba-tiba Darell sudah ada di hadapannya dan memeluk tubuh Elaine.Cup berisi kopi itu membasahi bagian belakang kaus Darell. Sedangkan si pelaku berusaha berdiri dan merapikan kekacauan yang dilakukannya.“Maaf, saya nggak sengaja,” kata laki-laki itu pada Darell dan Elaine.Darell berbalik, kini dia berhadapan dengan laki-laki tadi. Darell pun mencoba melindungi Elaine dari belakang badannya. Jujur saja Darell sangat kesal dengan laki-laki yang kira-kira umurnya hanya berbeda beberapa tahun darinya. Tentu saja Darell lebih muda.“Kalau lagi jalan jangan main handphone dong, Mas. Kalau nabrak cewek saya dan dia kenapa-kenapa gimana?” sentak Darell kesal.Entah kenapa rasanya senang sekali, ketika Darell berkata demikian. Merasa dirinya dimiliki oleh seseorang. Namun seketika Elaine menggelengkan kepalanya.‘Ingat Len, jangan baper. Kamu gak boleh bape
Sudah dua hari sejak insiden Elaine dihukum oleh Darell. Setelah kejadian itu, Elaine benar-benar lupa dengan kejadiannya bersama Tirta dan Elsa. Karena dia terus memikirkan sensasi yang baru pertama kali dia rasakan saat dihukum oleh Darell.Malahan tadi malam Elaine bermimpi. Dalam mimpinya itu, dia berciuman dengan Darell di depan umum. Semua mata tertuju pada mereka. Di negara berkembang dan berbudaya ke timuran ini, berciuman di depan umum dikategorikan sebagai sesuatu hal yang tabu. Sehingga beberapa pasang mata di sana ada yang menatap dengan tak suka, namun ada juga yang menatap dengan tatapan suka.Elaine menggelengkan kepalanya. Wajahnya kini memerah akibat memikirkan mimpinya semalam. Di dalam mimpinya Elaine merasa malu, namun dia juga merasa senang dan juga tertantang. Sampai-sampai saat, ini di kondisi yang sedang terjaga dan sadar, jantung Elaine berdegup dengan kencang.“Kenapa malah memikirkan mimpi itu, sih?” rutuk Elaine.Ga
“Bukannya kita pasangan?” tanya Darell sembari menyeringai.Ya, memang Elaine dan Darell adalah pasangan. Tapi bukan pasangan sungguhan yang syarat akan cinta. Namun mereka juga bukan pasangan jadi-jadian. Mereka hanya pasangan dengan keuntungan masing-masing.Ngomong-ngomong soal benefit, tiba-tiba Elaine teringat sesuatu. Zora pasti mengundang teman-teman sekelas, bukan? Jika iya, berarti Tirta juga akan datang. Pasti dia akan datang bersama mantan kakaknya.Elaine tiba-tiba tersenyum sambil memandang Darell. Kemudian Darell pun membalas senyuman Elaine. Ini adalah kesempatan bagus untuk show up pada semua orang. Jika Elaine membawa Darell yang tampan, pasti semua orang yang datang akan tertuju padanya.“Oke. Lo boleh ikut! Tapi bukannya lo sibuk?” kata Elaine.Tiba-tiba sosok Veni muncul baru kembali dari toilet. Seketika mereka langsung diam dan sibuk dengan ponselnya masing-masing. Elaine kembali membalas pesan teman-te
“Duh! Bisa nggak liat-liat gitu kalau mau jalan?” geram perempuan itu.Perawakannya jangkung, tubuhnya montok dan rambutnya panjang bergelombang berwarna kecokelatan. Kini kaus Elaine maupun kemeja yang dikenakan perempuan itu basah, terkena tumpahan orange jus yang dibawa oleh perempuan itu. Untung saja gelasnya tidak jatuh dan pecah.Elaine membungkukkan badannya dan meminta maaf.“Maaf, Mbak. Saya nggak sengaja,” ucap Elaine.Perempuan itu mendengus. “Tahu gak? Baju ini baru gue pake sekali. Mahal lagi harganya. Lo bisa ganti gak?” sentak perempuan itu.Elaine menatap wajah perempuan itu. Cantik. Perempuan yang saat ini berdiri di depan Elaine sangat cantik, lebih cantik dari Elsa. Elaine dibuat insecure olehnya.“Kalau perlu ganti saya ganti deh, Mbak,” balas Elaine.“Dih jangan mau, Len!” Tiba-tiba Grace beranjak dari kursinya. Menghampiri mereka berdua. “
Dress putih dengan model sabrina, kini dikenakan oleh gadis bersurai hitam sebahu. Pada bagian bahunya, terdapat tali berwarna putih yang mengikat ke bagian depan dress tersebut dan membentuk sebuah pita. Terlihat sangat manis sekali.Selain itu pada telinga Elaine terpasang anting berwarna ruby. Rambut pendeknya dicatok rapi, namun bagian bawahnya dibuat sedikit bergelombang. Tambah manis, ketika Elaine menyelempangkan tas kecil berwarna broken white.Wajahnya didandani se-natural mungkin. Mas Dewa mendandani Elaine dengan style Korean look, sebagaimana yang sedang hits di kalangan anak muda zaman sekarang. Plus, karena wajah Elaine yang sedikit oriental karena memiliki mata yang sipit. Sehingga membuat Elaine sangat cocok dengan makeup tersebut.“Lo cantik, Len!” bisik Darell sembari merangkul pinggang ramping gadis itu.Kini Elaine sedikit lebih tinggi dari biasanya. Karena gadis ini menggunakan heels yang menambahkan tinggi badannya sebany
“Selamat malam hadirin semuanya!” sapa seorang master of ceremony yang sedang berdiri di tengah panggung.“Malam!” balas para tamu undangan. Kini mereka mengalihkan pandangan pada sang MC yang mengenakan gaun berwarna hitam.“Perkenalkan aku Monica. Malam ini aku akan menemani kalian di acara Sweet Seventeen dari ratu kita malam ini, Zora Annastasya!” seru sang MC dengan bersemangat.Kemudian para tamu undangan mebalasnya dengan tepuk tangan yang meriah. Begitupun dengan Elaine dan Darell yang sedang berdiri bersebelahan. Mereka berdua bertepuk tangan sambil tersenyum, menikmati acara malam ini.Monica memandu acara dengan sangat santai namun tetap serius. Setelah melalui serangkaian acara pembuka. Kini masuk lah ke acara inti, dimana sang ratu naik ke atas panggung dan merayakan hari spesialnya. Memanjatkan doa dan meniup lilin ulang tahun, yang disaksikan oleh tamu undangan yang hadir.“Ayok teman-teman k
Elaine paham betul dengan maksud dari ucapan Darell. Makanya dia langsung menoleh dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. “Hahaha. Kenapa, Sayang?” Darell terkekeh sampe bahunya bergetar. “Nggak papa,” jawab Elaine sekenanya. Merapatkan bibirnya dan masih enggan untuk menatap Darell. Jujur saja, Elaine merasa malu saat Darell berkata demikian. Dia mengingat kejadian bertahun-tahun silam, ketika dirinya pertama kali bertemu dengan Darell. Elaine memang gila saat itu. “Kamu nyesel nggak, Len?” tanya Darell. “Nyesel apa?” sahut Elaine sambil menoleh. Darell terlihat tersenyum senang, ternyata umpannya ditangkap dengan baik oleh Elaine. Dia sengaja bertanya seperti itu agar bisa melihat wajah istrinya yang sedang memerah karena malu. “Nyesel ngajak aku tidur dan kasih aku sesuatu yang berharga dihidup kamu. Padahal dulu kamu nggak kenal aku sama sekali,” kata Darell. Elaine memejamkan matanya dan langsung mengigit bibir bawahnya
Elaine tersentak, matanya tiba-tiba membulat maksimal, saat dia melihat sosok laki-laki yang sudah lama tak ia lihat. Kenapa dia bisa ada di sini? Mau apa dia ke sini? Pertanyaan itu berkecamuk dalam benak Elaine.“Tenang, di sini gue bukan mau ngacauin acara spesial lo, kok,” ucap laki-laki itu, seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Elaine. Dia adalah Tirta, yang tiba-tiba muncul setelah sekian lama menghilang.Berbeda dengan Elaine yang terkejut. Darell hanya menatap sinis laki-laki itu. Sampai Tirta berani mengacau di hari bahagianya, dia tak akan segan membunuh laki-laki itu di sini, sekarang juga.“Gue ke sini cuman mau ngucapin selamat doang. Ya, walau gue sadar diri gue nggak lo undang, Len. Tapi nggak salah, kan, kalau gue datang ke sini dan kasih selamat sama lo,” ungkapnya.“Padahal lo nggak usah repot-repot ke sini,” sambar Elsa. Dia juga sama terkejutnya dengan Elaine. Khawatir laki-laki itu akan berla
“Kenapa, Len? Kok diem?” tanya Grace. “Jangan kaget tapi,” kata Elaine. Shani dan Grace langsung saling melempar pandang. “Dua minggu lagi,” ucapnya kemudian. “Hah?” Benar saja Grace dan Shani kompak memekik. “Wait, Len. Itu … maksudnya Darell baru ngelamar lo di acara perusahaannya minggu lalu, loh. Kok udah dua minggu lagi?” tanya Grace. “Iya, sorry memang dadakan. Tante Martha pengin cepet. Dia tahu gimana perjuangan gue sama Darell, dan dia nggak mau ada yang ganggu hubungan kita lagi. Makanya minta buat cepet.” Elaine menghela napas. “Bonyok gue juga kaget pas Tante Martha minta percepet. Awalnya Papa minta buat sekitar dua bulan lagi, karena kita belum ada persiapan apa pun. Tapi Tante Martha kekeuh pengin cepet. Sorry, ya,” ucap Elaine. “Parah. Kok ngeduluin Grace, sih? Padahal dia yang dilamar duluan, tapi lo yang nikah duluan,” kata Shani terkekeh. Grace hanya mendelik kesal. Sungguh Elaine adalah perempuan yan
Mata Elaine membulat, saat Darell memanggil namanya dan melontarkan pertanyaan yang membuatnya mematung seketika. Mimpi apa Elaine semalam? Kenapa Darell melamarnya secara tiba-tiba dan di tempat umum seperti ini? Sungguh, tidak ada tanda-tanda bahwa Darell akan melamarnya. Elaine tersentak saat merasakan ada tangan yang merangkulnya. Dia langsung menoleh dan mendapati Martha yang sedang menyadarkan Elaine dari keterkejutannya. Jantung Elaine kini berdetak dengan cepat, semburat merah pun muncul di pipinya. Apalagi saat dia melihat ke arah sekeliling dan mendapati beberapa pasang mata memperhatikan dirinya. Bagaimana ini? Apa yang harus Elaine katakan? Sungguh, ini adalah hal yang tak pernah terbayangkan oleh Elaine. Walau sebelumnya, memang Darell pernah melamarnya. “Elaine, jangan membuat Darell menunggu,” bisik Martha, saat seorang crew datang sembari membawa microphone untuk Elaine. “Ta-tapi, Tante aku—” “Jawab saja,” selanya sambil
“Ngapain ke sini?” tanya Elaine, saat dirinya dan Darell sampai di sebuah butik mewah.“Beli soto. Ya, beli baju, lah. Kenapa masih nanya, sih?” timpal Darell yang langsung menggenggam tangan Elaine dan menariknya ke dalam.Tak bertanya lagi, Elaine hanya mengikuti Darell. Walau dia masih penasaran, kenapa juga Darell membawanya ke butik mewah? Tak banyak pergerakan yang dilakukan Elaine sampai akhirnya Darell langsung menegurnya.“Kenapa diem aja? Pilih bajunya, dong,” kata Darell.Elaine menoleh dengan mata membulat. “Buat apa? Aku harus tahu dulu alasan kamu bawa aku ke sini. Baru aku bisa pilih baju,” balas Elaine.Ya … bagaimana Elaine akan memilih baju, jika dia saja tidak tahu harus menghadiri acara apa? Pasalnya butik tersebut menjual baju formal untuk perempuan; gaun, blazzer dan lain-lain, tentu saja dengan desain dan harga yang wah. Mungkin butuh beberapa bulan bagi Elaine untuk seke
“A-anu, apa kamu sedang sibuk?”Darell mematung beberapa detik, ketika melihat Elaine ada di hadapannya. Kemudian dia menggeleng dengan cepat. “Oh, nggak. Kenapa?” tanya Darell.“Boleh kita bicara sebentar?” tanya Elaine dengan sedikit canggung.“Boleh, kok. Masuk aja,” ajak Darell. Dia mempersilakan Elaine untuk memasuki kamarnya. Di sana mereka berdua duduk bersebelahan di sebuah sofa kecil. Darell melihat gadis itu sedang meremas jarinya, sepertinya dia sedang merasa gugup.“Ada apa?” tanya Darell dengan nada yang sangat lembut. Mencoba memberikan kenyamanan pada Elaine. Walau sebenarnya jantungnya ini sedari tadi berdegup dengan kencang.Jujur saja, Darell ingin memeluk gadis itu sekarang juga, mencurahkan segala kerinduan dan rasa kekhawatirnya selama ini. Namun, melihat kondisi Elaine yang seperti itu, dia mengurungkan niatnya.“Mmm … anu itu ….” Ada
Semua terasa cepat, sampai-sampai Darell masih belum begitu paham dengan situasi yang sedang berkecamuk di ruang keluarga kediaman Bumantara.‘Kenapa Elaine ada di sini? Kenapa Mama terlihat sangat marah? Dan kenapa ada Varell di sini? Apa semua ini rencanyanya?’ Semua pertanyaan itu terus berputar di kepala Darell.Mata Darell melihat ke arah amplop cokelat yang baru saja ditaruh oleh Varell tepat di depan Tio Admar. Merasa penasaran dengan isi amplop itu. Apalagi saat dia melihat ekspresi Tio yang terkejut saat membuka amplop tersebut. Tak hanya Tio, tapi Chelsea dan Clarisa pun merasa terkejut dengan apa yang dilihatnya. Bahkan Chelsea menangis saat melihat isi dari amplop tersebut.Merasa penasaran, Darell langsung menghampiri Tio dan menyambar beberapa lembar kertas yang sedang dipegang oleh laki-laki itu. Tak ada perlawanan dari Tio, mungkin karena saking terkejutnya dia.Darell langsung membaca, membuka lembar demi lembar dokumen yang s
Bagai disambar petir, Pandu benar-benar terkejut dengan kedatangan sosok Elaine di rumahnya. Sontak laki-laki itu berdiri dari sofa yang sedang didudukinya. Matanya membelalak dan mulutnya sedikit menganga, saking terkejutnya. ‘Kenapa gadis itu ada di sini?’ batin Pandu. Melihat Elaine muncul dengan tiba-tiba di kediaman Bumantara, membuat Darell langsung berlari ke arahnya. Ia langsung mengecek kondisi Elaine. “Kamu baik-baik saja?” tanya Darell dengan nada khawatir. Belum juga Elaine menjawab pertanyaan Darell, Martha sudah langsung memberang. “Maksudmu gadis ini, kan?” tanyanya. Keluarga Admar hanya diam saja, mereka menoton pertengkaran antara Martha dan Pandu. Namun, bukan berarti mereka senang dan menikmatinya. Melainkan Tio dan Chelsea terlihat sangat gusar. “Ke-kenapa dia ada di sini?” tanya Pandu dengan terbata-bata. “Seenaknya kamu mengancam anakmu sendiri dengan melibatkan orang lain, yang tidak bersalah sama sekali!
Tidak. Tidak bisa! Elaine tidak ingin sampai Darell menuruti permintaan ayahnya dan menikah dengan Chelsea. Bagaimanapun rasa sayang dan cintanya pada Darell sangat besar. Apalagi saat mengetahui perjuangan Darell untuk mempertahankannya.“Gue nggak bisa diem aja,” gumam Elaine. Dia mencoba memikirkan cara bagaimana dia bisa keluar dari sini, menemui Pandu dan menenatng usahanya.Elaine tidak bisa membiarkan Darell berjuang sendirian. Dia rasa, dirinya juga harus berusaha mempertahankan hubungan mereka berdua. Tapi bagaimana? Elaine medesah saat otaknya terasa tumpul, tak bisa memikirkan apa pun.***Keesokan harinya.Darell terlihat sangat kacau sekali. Kemarin, dia seharian mencari keberadaan Elaine tapi ia tak kunjung menemukannya. Perasaan khawatir semakin mencuat dari dalam diri Darell, ketika dia mengingat bahwa hari ini adalah tenggat waktu untuknya.Tok. Tok. Tok.Darell langsung menoleh