Sesampainya di rumah sakit, Rossa dan Indra memberikan kejutan pada Alina. Pria itu membawakan boneka panda besar sementara Rossa membawa bunga tulip kuning.
"Kak, kenapa bunga tulip kuning, sih?" tanya Rossa."Memangnya kenapa, Sa, ada yang salah dengan bunga tulip kuning?""Ini kan artinya lambang persahabatan, bukannya Kak Indra suka ya sama Alina?""Ya… mungkin Alina belum siap untuk hubungan yang serius, jadi biarkan hubunganku dan Alina hanya sebatas sahabat, aku ikhlas kok.""Ya ampun… so sweet banget sih, Kak.""Sudahlah, ayo masuk jemput Alina!"Keduanya lalu menghampiri Alina di kamarnya. Tante Maya ternyata sudah ada di sana menjemput gadis itu. Ketika Indra menatap wajah wanita itu, ia jadi teringat peristiwa di kafe saat itu.Namun, bukan saatnya ia menceritakan hal yang ia tahu tentang Tante Maya. Bahkan ia juga curiga tentang keterlibatan wanita itu pada pembantaian seluruh keluarga Alina.Alina menelisik ke arah Indra, ia lalu menanyakan bagaimana pria itu tau kalau dirinya sedang berada di rumah sakit."Kamu tau darimana aku di sini?" tanya Alina."Rossa yang kasih tau aku, terus dia bilang kamu kecelakaan jatuh dari dalam bus, dan berita kecelakaan itu sampai viral kemarin beritanya." Indra merebahkan bokongnya duduk di kursi samping ranjang Alina."Oh, sampai viral? Memangnya iya, Sa?" tanya Alina menoleh pada Rossa."Iya, Lin, tapi tenang saja, sama pihak kepolisian satu-satunya penumpang yang masih selamat yaitu kamu, disembunyikan identitasnya atas permintaan tante kamu. Biar kamu nggak dikejar-kejar wartawan juga." Rossa tersenyum pada Alina seraya mengunyah jeruk sunkist di tangannya."Kamu masih ingat kecelakaan bus itu, Lin?" tanya Indra. Wajahnya terlihat sangat amat ingin tahu."Nggak tau, aku juga bingung, pikiran aku ngaco. Setau yang aku ingat, aku lihat sopir bis itu dibunuh sam
"Bukan gitu, Bang, maksud aku—" "Tuh, bergaul sama Alina ditambah punya adek kayak kamu dan keponakan kayak Rania bikin aku jadi percaya hal mistis seperti ini kan padahal aku anti banget buat percaya sama hal gaib. Tapi kalau aku pikir-pikir lagi, nggak ada salahnya juga nih, hmm... patut dicoba. Ayo, ikut aku ke dalam!" Indra menarik lengan Haris menuju ke dalam kamar perawatan Alina. Adiknya itu tak kuasa menahan tarikan dari sang kakak, padahal ia sama sekali tak ingin melihat teman sekelasnya itu. Akhirnya kedua matanya beradu dengan mata gadis itu."Lin, kenalin ini adek aku, katanya temen sekelas kamu, ya?" tanya Indra."Iya sih, aku inget dia anak baru itu. Rossa juga bilang kalau dia adik kamu, nama kamu Haris, kan?" tanya Alina.Gadis itu menunjuk anak muda yang berdiri di samping Indra. Wajah keduanya memang mirip hanya saja pemuda yang bernama Haris mempunyai lesung pipi dan tubuh lebih tinggi. Model rambut serta gaya berpak
"Maaf banget aku nggak sengaja," ucap Alina.Haris hanya terdiam dan buru-buru menghindar, tetapi Alina menangkap tangan pemuda itu."Apa sih yang salah sama aku, kenapa kamu menghindari aku?" Alina terus saja menegaskan pertanyaannya."Lepas, lepaskan saya!" pinta Haris."Tapi jawab dulu pertanyaan saya, kenapa kamu menghindari saya?""Lepas! Atau kamu akan menyesal jika mendengar yang saya lihat tentang kamu!" Harus berhasil menepis tangan Alina lalu pergi meninggalkan gadis itu."Aku menyesal? Memangnya apa yang dia lihat tentang aku?" Alina melangkah gontai menuju mobil Tante Maya dengan pikiran yang masih berkecamuk memikirkan perkataan Haris.***Sore itu di beranda rumah Alina, ia duduk di teras rumah seraya membolak-balikan halaman demi halaman majalah mode di tangannya. Pikirannya kembali berkecamuk saat teringat dengan kejadian dirinya dan Haris."Kenapa Haris ngomong seperti itu, ya?" gumam A
"Siapa yang akan datang menakuti dan membunuh kita, Non?" "Pembunuh Papa, Mama, adik-adik aku, dia akan datang kala mendengar dering ponsel. Dia akan datang membunuh kita, Mbok… ayo, kita pergi!" Alina sudah bercucuran air mata penuh ketakutan. Gadis itu lantas terkejut saat melihat sosok berjubah hitam dengan tudung yang selalu menghantui gadis itu datang."Mbok… dia datang!" Alina menarik tangan Mbok Nah dan mengajaknya berlari ke luar rumah. Gadis itu melihat saat sosok misterius itu mengejarnya. Saat dalam pelarian, Alina terantuk batu sampai ia jatuh."Lari, Mbok! Lari…." pekik Alina.Namun, saat Mbok Nah masih kebingungan dengan teriakan Alina, wanita itu tertabrak sebuah truk yang mengangkut potongan besi. Wanita paruh baya itu sampai terpental lima puluh meter dan jatuh menghantam aspal. Darah segar mengalir bersamaan dengan lelehan isi otak yang keluar dari tempurung kepalanya yang pecah. Truk tersebut melar
"Tolong rekam medis pasien wanita di ruangan Anggrek nomor dua," pinta Indra.Di ruang Anggrek tadi memang hanya ada dua kamar. Yang satu yang kamarnya terbuka tadi dan yang satu lagi yang ditempati pasien wanita yang kesakitan tadi.Semua perawat keheranan dan saling memandang satu sama lain."Kenapa sih, kok pada ngeliatin saya seperti itu?" tanya Indra.Akhirnya, salah satu perawat angkat bicara."Dok, Anda yakin baru saja dari sana memeriksa pasien?" tanya salah satu perawat."Iya, saya sama Mira ke sana," jawab Indra."Mira? Lho, itu si Mira baru datang sama Dokter Hanafi." "Ada apa nih, kok sebut nama aku?" tanya Mira. "Mir, kamu tadi sama Dokter Indra ke ruang Anggrek?" tanya suster Dea."Saya sama Dokter Hanafi ke lantai dua kok dari tadi, ya Dok?" Mira menoleh pada Dokter Hanafi yang menganggukkan kepala."Dokter Indra, ruang Anggrek itu sudah tidak beroperasi alias tidak la
Sepulang Indra dari menemui Alina, Terjadi kemacetan saat itu. Pria itu langsung fokus melihat sosok berpakaian seragam sekolah yang sama dengan seragam sekolah Alina. Pemuda itu terbaring di tepi jalan dan tak sadarkan diri. Namun, ada pemuda lain yang mengganggu pikirannya."Lho, itu bukannya si Haris, kenapa dia ada di situ, ya?" Indra turun dari mobil dan mendapati adiknya sedang menolong kawan sekolahnya yang mengalami kecelakaan."Bang, kebetulan ada di sini, bantuin bawa si Rian ke rumah sakit!" seru Haris."Oke, ayo kita bawa!" Para penolong yang membopong tubuh korban langsung membawa masuk ke dalam mobil Indra. Haris juga ikut masuk untuk mengantar rekan sekolahnya ke rumah sakit menggunakan mobil Indra.Sesampainya di rumah sakit tempat Indra bekerja, Rian segera dibawa ke instalasi gawat darurat atas jaminan dari dokter itu."Kita ke rumahnya, Bang!" Ajak Haris.Indra merasa terkejut karena baru ka
"Abang kenapa, sih? Ganggu aja!" pekik Haris. Wajahnya terlihat kesal karena Indra datang mengganggunya."Sekarang kamu jelaskan sama aku kenapa kamu bisa sampai setakut itu kalau kamu melihat Alina!" seru Indra seraya mencengkeram kerah pakaian adiknya."Bang, ayolah... aku baru aja lupa sama tuh cewek, udahlah aku nggak mau stress kayak dia. Eh ini malah pakai dibahas lagi," keluh Haris."Udah, kamu nggak usah banyak omong, cepet jelasin sama aku, kenapa kamu takut sama Alina?" Haris menepis tangan sang kakak yang sedang menarik kaus yang ia kenakan dan berada dalam cengkeraman itu. Tatapan tajam Indra seolah menghunus dada si adik sampai membuat tubuh pemuda itu gemetar."Apa ini ada kaitannya dengan hantu?" tanya Indra."Kalaupun ada kaitannya dengan hantu, Abang juga nggak akan percaya, kan?" "Aku percaya, aku pernah merasa diganggu oleh mereka di rumah sakit. Sebel banget aku pas mereka menyamar ja
Di rumah besar Alina."Lin, perkenalkan ini Iyam, asisten rumah tangga di sini, kamu kalau mau minta sesuatu atau bantuan sama dia ya karena dia akan menggantikan Mbok Nah," ucap Tante Maya memperkenalkan seorang wanita berusia 45 tahun yang mengenakan kacamata cukup tebal.Rambut keriting wanita itu dikunci satu dengan kita hitam."Halo, Nona Alina, nama saya Iyam," ucapnya seraya mengulurkan tangan pada Alina."Halo, Ibu, Mbok atau Mbak nih saya panggil nya?" "Panggil saja saya Mbak, biar kelihatan masih muda hehehe." Alina menjabat tangan wanita itu seraya tersenyum manis."Mbak, saya mau minta mie goreng pakai telur sama sayuran, boleh?" pinta Alina."Beres, Nona." Iyam langsung menuju dapur."Ya sudah kalau begitu, tante mau melanjutkan buat sketsa dulu, ya." Tante Maya pergi meninggalkan Alina menuju kamarnya. Gadis itu sebenarnya masih penasaran karena belum mendapatkan petunjuk tenta
Bab 140 AfraidTeriakan Nyi Asih nyaring terdengar, rupanya Rossa menusuk bola mata Nyi Asih dengan tusuk konde di tangannya."Rossa!" seketika Alina merasa dapat menggerakkan tubuhnya."Lari, Lin! Cepat lari!" pekik Rossa.Dengan mata berkaca-kaca, Alina masih enggan beranjak. Dia ingin lari bersama Rossa."Kita lari bareng!" ajak Alina."Aaaarrgghh, kalian kurang ajar! Aku akan habisi kalian berdua!" Nyi Asih mencabut tusuk konde di bola matanya. Wanita iblis itu lalu bergerak menghampiri Alina dan Rossa. Ia bersiap menghunuskan tusuk konde tersebut ke Alina. Tetapi Rossa menepisnya. Ia mengorbankan tangan kanannya dan tertusuk tusuk konde tersebut."Rossa!" teriak Alina seraya memegangi tangan Rossa.Darah mengucur dengan deras dari lukanya."Lari, Lin! Kamu harus lari! Selamatkan dirimu!" pinta Rossa."Nggak, aku nggak akan pergi tanpa kamu," lirih Alina.Nyi Asih semakin tertawa puas. Ia beranjak menghampiri dan kini hendak mencekik Alina. Tiba-tiba, sosok pria hadir dan mengha
Bab 139 Afraid"Makhluk jadi-jadian, Do," bisik Indra."Aku juga tahu kalau itu mah. Jelasnya itu makhluk apa? Mana badannya gak lengkap gitu," bisik Aldo ketakutan.Indra dan Aldo yang sama-sama ketakutan akhirnya memutuskan untuk berteriak. Beberapa warga yang mendengar langsung menoleh dan menghampiri. Mereka lantas mengejar Ningsih.Anto terlihat kebingungan. Dia masih tak menyangka kalau yang dia pikirkan selama ini benar. Ningsih adalah makhluk yang meneror warga kampung selama ini. Hatinya sangat kalut. Namun, dia begitu mencintai Ningsih.Tubuh Anto gemetar hebat. Lemas dan tiada berdaya. Namun, lagi-lagi Anto menyerah. Dia tak bisa memburu sang istri. Dia tak akan meninggalkan sang istri, dia tak bisa.Malam itu, Anto menjerit dalam hati. Dia memaksa diri untuk mengejar sang istri. Dia mau melindunginya. Meskipun dia masih tetap ngeri dan ketakutan. Akan tetapi, Anto tetep nekat berlari."Ningsih, ingin rasanya aku pergi malam ini. Aku ingin pergi jauh dari tempat ini. Sung
Bab 138 Afraid"Kita harus segera pergi dari sini, Lin. Tidakkah desa ini mengerikan jika ada kutukan seperti itu?" bisik Rossa pada Alina."Iya, kamu bener, Sa. Aku ingin segera pergi dari sini," sahut Alina."Tolong! Tolong! Tolong! Aaaaaaaaaa!" teriakan seorang wanita terdengar di kebun belakang dekat dengan arah Laras tadi berlari.Beberapa warga langsung datang mendekat. Mereka menemukan hal mengerikan lainnya. Rupanya, Laras yang tengah kerasukan baru saja menarik seorang wanita hamil dan membuatnya melahirkan. Laras merebut paksa bayinya lalu kabur."Apa yang terjadi dengan Laras?" pekik ibunya Laras."Dia pergi, Bu," jawab salah satu warga yang tengah membopong wanita korban yang baru saja kehilangan bayinya."Memangnya apa yang Laras lakukan?!" tanyanya lagi."Bu, dia bukan Laras yang kamu kenal. Dia sudah berubah seperti iblis," ujar kepala desa."Laras ditemukan, Pak Kades! Dekat sungai di sana. Katanya dia lagi makan ari-ari bayi dan menghisap darahnya," ucap salah satu w
Bab 137 AfraidTiba-tiba, saat pencarian tengah berlangsung tadi, terdengar bunyi gemerisik dari daun kering yang terinjak sesuatu. Cepat-cepat salah satu penduduk mengarahkan obor."Suara apa itu?" tanya Tarno."Babi, No!" sahut Andi."Biasa aja ngomong babinya jangan sengaja banget muncrat ke muka aku," sungut Tarno. Sontak saja Indra dan Aldo menahan tawa mereka. Rupanya memang ada seekor babi hutan yang merasa terganggu muncul di sekitar mereka. Dua babi hutan yang induk dan anak itu, melarikan diri karena merasa terancam akan kedatangan manusia."Ahh... hanya babi, biarkan ia pergi. Ayo, kita harus secepatnya membawa Laras ke rumahnya. Soalnya nanti biar Pak Ustaz yang kasih air untuk menenangkan," kata salah satu penduduk. Indra akhirnya mengerti setelah dijelaskan karena memang sudah biasa para penduduk yang kesurupan atau diganggu hal di luar nalar yang mistis, mereka akan minta air kepada Pak Ustaz atau Kyai setempat. Mereka yakin kalau ada yang sakit atau kerasukan roh jah
Bab 136 Afraid"Kamu kenapa, Istri?" tanya Indra cemas."A-aku, aku lihat–"Belum sempat Alina menjawab pertanyaan Indra seutuhnya, bus yang mereka kendarai menabrak sesuatu diikuti jeritan semua penumpang yang ada di dalamnya. Indra dengan sigap memegangi Alina. Ia melihat sekeliling dan mendapati para penumpang lainnya terhenyak di tempat duduknya. Lalu, seorang wanita berteriak ke arah jendela. "Ada yang ditabrak! Ada yang ditabrak!" serunya panik.Dua laki-laki di depan Indra dan Alina tadi segera melangkah turun dari dalam bus guna melihat siapa yang baru saja tertabrak. Beberapa penumpang lainnya mengikuti. Sementara itu, Indra tetap menemani Alina dan berusaha menenangkannya. Di depan bus tersebut langsung dipenuhi kerumunan orang yang penasaran dengan kejadian barusan. Setelah memberanikan diri, Alina mengajak Indra untuk turun. Saat itu lah mereka melihat seorang wanita tersungkur dengan darah tergenang dari tubuhnya. Tulang tangan serta kakinya patah. Perempuan ini pastil
Bab 135 AfraidLastri dirawat di rumah sakit tempat Indra bekerja. Kejadian yang berlangsung di rumah kepala desa, Kakek Anjas, menggemparkan Kampung Hijau. Semua penghuni rumahnya meninggal dunia. Hanya Lastri yang tersisa. Namun sayangnya, wanita itu mengalami gangguan jiwa."Sa, aku kok deg deg an, ya?" tanya Alina pada Rossa saat menemaninya untuk cek ke dokter kandungan."Namanya juga mau liat dedek bayi. Terus Kak Indra mana? Katanya dia mau nyusul, kan?" tanya Rossa. "Harusnya udah dateng."Tak lama kemudian, Indra yang masih mengenakan jas putih seorang dokter, berlari kecil menghampiri Alina. "Nah, berhubung Kak Indra udah datang, aku mau kasih makan siang ke Aldo, ya. Sekali lagi aku ucapkan selamat buat kalian. Yeaaayy bentar lagi ada yang panggil aku aunty cantik hihihi," ucal Rossa lalu pamit menemui Aldo.Alina dan Indra pun masuk ke ruang dokter ginekolog, rekan kerja dari Indra juga di Rumah Sakit Pelita. Indra dan Alina melihat sang jabang bayi yang berusia hampir
Bab 134 AfraidPasca membantu proses melahirkan makhluk halus, kini rumah Alina sering didatangi makhluk halus lainnya untuk meminta tolong. Sampai suatu hari, Indra berpapasan dengan seorang pria paruh baya. Seorang pria tua dengan rambut yang disanggul. Dia tampak begitu gagah meski usianya mulai renta. la berdiri di salah satu rumah yang Indra dan Alina lewati saat sedang lari pagi. Pria itu bersama seorang lelaki tua lainnya yang ada di belakangnya. Dia tersenyum ke arah Alina dan Indra.Selama beberapa saat, Alina dan suaminya melihat si kakek. Ada sesuatu yang membuat Alina tiba-tiba memperhatikannya dengan sorot mata yang tidak biasa. Setelah mata mereka akhirnya bertemu satu sama lain, akhirnya Indra menundukkan kepala sekilas memberi hormat kepada dua orang pria renta itu."Nak Indra, kan? Sini mampir! Ada yang mau saya bicarakan!" seru salah satu kakek.Indra menoleh ke Alina yang mengangguk mengiyakan. Mereka menghampiri si kakek. Namanya Kakek Anjas dan Kakek Mara. Mereka
Bab 133 AfraidSatu bulan berlalu.Pukul satu dini hari, Alina tengah terlelap dalam tidurnya ketika sayup-sayup pintu rumahnya diketuk seseorang. Alina membangunkan Indra setelah membuka mata. Suara ketukan itu makin jelas terdengar. Saat Alina dan Indra keluar kamar, Rossa juga keluar dari kamarnya."Lin, kamu dengar juga ya kalau ada yang ketok-ketok?" tanya Rossa.Alina mengangguk. "Bangunin Aldo aja apa ya. kita suruh bukain," ucap Rossa."Kita aja yang liat." Indra melangkah menuju ke pintu utama."Suami, kalau rampok, gimana?" Alina menahan lengan Indra."Istri, mana ada rampok ketok rumah? Terus mereka ngucap salam, permisi bapak, ibu, mbak, mas, saya mau ngerampok, boleh?" Indra terkekeh."Nggak lucu, Suami! Aku tuh lagi takut gini tau," sahut Alina ketus.Alina dan Rossa lantas mengikuti Indra. Hanya Aldo yang tak tampak batang hidungnya karena sangat terlelap. Indra lantas mengintip dari balik tirai. Dia mendapati seorang pria dan wanita dengan perut buncit menahan sakit m
Bab 132 Afraid"Tuh kan nggak ada siapa-siapa, Kak. Balik ke dalam aja, yuk!" ajak Aldo."Kalau gitu anterin aku ambil buku di mobil!" titah Indra yang sebenarnya agak takut juga setelah tak menemukan apa pun di atap dapur dan halaman belakang rumah.Suara misterius itu pun menghilang dan tam terdengar lagi. Pasalnya Alina dan Rossa yang ketakutan memutuskan untuk membaca Al-Qur’an Surah yasin dan memohon perlindungan pada Allah. Suara misterius itu pun hilang. Mereka pun bisa tertidur lelap dan tenang malam itu. Malah Indra akhirnya memutuskan untuk tidur satu kamar dengan Aldo dikarenakan takut diganggu lagi oleh makhluk halus seperti tadi.***Keesokan harinya, Indra dan Aldo berangkat ke rumah sakit untuk menemui Tuan Dadang dan memulai bekerja di sana. Indra akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan untuk Aldo sebagai tenaga medis yang menangani kamar mayat. Meskipun takut, tetapi demi mendapatkan uang untuk menikahi Rossa, Aldo siap dipekerjakan di kamar mayat. Toh, Indra juga aka