"Baiklah, bertahan sebentar ya, kami akan segera mengirim bantuan ke sana."
"Hmmm lama lagi, deh. Duh jadi khawatir sama Alina lagi sendirian semoga dia gak kenapa-kenapa," gumam Rossa."Kalian mau kemana?" tanya Hantu itu."Mau ke supermarket Mbak, belanja." Haris menoleh dengan lirikan tajam pada hantu wanita itu."Tapi ini kan rumah sakit? emang bisa belanja?" tanyanya."Ya ampun, udah tau ini rumah sakit masa iya beneran ditanggapi candaan saya, Mbak." Haris menepuk dahinya sendiri."Oh, bercanda."Rossa sampai menatap Haris yang terlihat berbicara sendirian."Mbak-nya ngeselin ya, kok lemot-lemot gitu bisa jadi suster ya?" celetuk Haris."Saya bukan suster, kok.""Lah terus ngapain pakai baju suster?" tanya Haris lagi."Kalian mau dengerin cerita saya, nggak?" tanya hantu itu."Hmmm ... sebenarnya mah nggak mau," jawab Haris.Dia duduk dan bersandar di dinding liSeminggu kemudian, Alina sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Gadis itu sempat menatap rumah Tante Maya yang baru saat berada di mobil Indra sepulang sekolah. "Jadi, mau masuk apa nggak?" tanya Indra."Nanti aja, Kak, aku masih takut," ucap Alina.Ponsel Indra terasa bergetar di saku. Haris menghubunginya dan memerintahkan dia untuk datang ke Mall Galeria. Aldo yang sudah berulang tahun berniat untuk mentraktir makan mereka kala itu."Kita ke mall ya, si Aldo ulang tahun, katanya mau traktir kita," ucap Indra."Oke, tapi antar aku beli kado dulu ya, nggak enak kalau nggak bawa kado," ucap Alina yang dijawab anggukan oleh Indra. ***Sesampainya di Mall Galeria, Alina meminta Indra untuk diantarkan terlebih dahulu ke toko pakaian khusus pria."Duh, beli yang mana, ya? Mana ya yang Aldo suka?" ucap Alina seraya mengitari setiap bagian toko tersebut."Memangnya kamu mau beliin apa?" tanya Indra.
Setelah menghabiskan menu makanan yang sudah Aldo pesan seraya merayakan ulang tahun pemuda itu, mereka akhirnya menuju ke arah bioskop di lantai lima. Alina sempat tak sengaja menyentuh lengan Haris kembali kala ketakutan melanda. Banyak penampakan yang dia lihat di sana. Haris mengusap tangan wanita itu agar tenang."Tenang, Lin, pura-pura nggak ngeliat mereka," bisik Haris."Tapi tetep aja keliatan, Ris," sahut Alina."Makanya pura-pura jangan lihat," ucap Haris meyakinkan.Indra mengamati dengan tatapan berbeda dan terlihat cemburu.Alina menoleh lalu menghampiri Rossa."Sa, ke toilet, yuk!" ajak Alina."Oke. Kalian pesan tiket sama makanan popcorn apa minuman soda aja duluan, nanti kita nyusul," ucap Rossa pada tiga pria di hadapannya."Baru makan pizza udah minta makan lagi aja," keluh Aldo."Yeee, mumpung dibayarin tau. Makasih ya, Do." Rossa dan Alina meninggalkan Aldo yang m
Senin pagi di SMA Angkasa, Alina dan Rossa melihat Adelia yang sedang menangis di dalam toilet. Mereka mendekati gadis itu."Kamu kenapa, Del?" tanya Alina."Eh, kalian. Aku nggak apa-apa," sahut Adelia yang langsung buru-buru mengusap air matanya. "Beneran nggak apa-apa?" tanya Rossa."Bener, aku nggak apa-apa. Aku hanya stres aja kali, ujian sekolah sebentar lagi dan ayahku mau aku masuk ke universitas negeri sedangkan nilai aku pas-pasan," jawab Adelia."Oh, hanya karena itu kamu nangis? Aku malah habis lulus sekolah langsung kerja, mana punya mamaku uang buat kuliahin aku, udah kamu tenang aja," ucap Rossa.Bel sekolah tanda upacara senin pagi akan dimulai. Alina dan Rossa mengajak serta Adelia untuk mengikuti upacara. "Kalian duluan aja, aku mau ke kelas ambil topi," ucap Adelia.Alina dan Rossa akhirnya melangkah lebih dulu menuju barisan para murid untuk mengikuti upacara. Sepuluh menit kemudian, s
Sesekali gadis itu terlihat berkeringat menahan kegelisahan. Santoso yakin kalau Adelia tidak akan pernah mau melakukan tindakan aborsi secara sukarela. Menurut gadis itu, bayi yang ada dalam kandungannya itu akan membuatnya mendapatkan seorang Santoso. Dia tak peduli meski harus merebut pria itu dari keluarga sahnya.Mereka sampai di sebuah ruangan, wanita itu mempersilakan Adelia untuk berbaring di atas ranjang. Lalu, wanita itu menyiapkan sebuah suntikan yang berisi obat bius untuk gadis itu"Aku mau diapain?" tanya Adelia."Dia belum tau, ya?" Ibu Ria menoleh pada Santoso.Pria itu menjawab dengan gelengan kepala. Santoso lalu mendekati Adelia dan memeluknya dengan erat untuk terakhir kali."Bapak, ada apa ini?" tanya gadis itu dengan nada panik."Maafkan Bapak, ya, Bapak terpaksa melakukan ini, demi kebaikan kita semua," ucap Santoso seraya melepaskan pelukan dari Adelia, lalu dia memberi kecupan di dahi gadis itu.
Rossa memperhatikan raut wajah Indra kala itu. Dia tau kalau pria di sampingnya ini sangat mencintai Alina. Namun, gadis itu juga tau kalau sahabatnya itu menyukai Haris."Kakak nggak apa-apa?" tanya Rossa pada Indra."Aku nggak apa-apa, Sa, aku ikhlas kok," ucap Indra seraya tersenyum.Ponsel milik Indra kemudian berbunyi, panggilan dari rumah sakit itu memintanya untuk bergegas menuju ke rumah sakit karena ada pasien gawat darurat yang membutuhkan bantuannya."Aku nggak bisa antar kalian, aku harus kembali ke rumah sakit," ucap Indra."Ya sudah kalau begitu kita naik busway aja," ucap Rossa yang disetujui oleh semua rekannya.Tante Maya perlahan keluar dari kafe dan menghampiri Alina."Alina?" lirih wanita itu."Ta-tan-tante Maya," ucap Alina yang masih agak takut bertemu dengan tantenya.Maya langsung menghamburkan diri memeluk Alina."Maafkan aku, Tante," ucap Alina."Tante juga mi
Di pasar tradisional itu ternyata sedang diadakan bazar makanan dan barang-barang tradisional daerah setempat. Terlihat banyak juga pedagang yang menjajakan makanan tradisional dan juga pernak- pernik hiasan maupun pakaian adat setempat.Tiba-tiba, Alina langsung menundukkan kepalanya dan meremas tangan Haris karena ketakutan melihat penampakan yang baru saja ia lihat. Seorang anak berkepala botak menggelayut di punggung seorang pria paruh baya yang berjalan dengan membungkuk. Pria itu berjalan di depan keduanya."Ris, itu apa?" bisik Alina."Kayaknya tuyul deh," sahut Haris."Bapak itu bawa tuyul ke sini?""Tanya aja sana sama Bapaknya!" sahut Haris asal.Plak!Pukulan gemas Alina kali ini tepat mendarat di bahu pemuda itu."Duh, sakit banget nih pukulannya, biasa jadi kuli, ya?" ledek Haris setengah bercanda.Anak berkepala botak yang berada di gendongan itu menoleh ke arah Alina dan Haris. Anak
Hari itu, pengumuman hasil nilai ujian telah terpampang di majalah dinding sekolah. Alina berhasil mempertahankan gelar juara kelasnya. Namanya juga berada di jajaran paling atas daftar siswa berprestasi di sekolah tersebut.“Selamat ya … bangga banget aku punya sahabat sepintar kamu,” ucap Rossa seraya merangkul gadis itu dari samping.“Makasih, Rossa." Alina embalas pelukan sahabatnya lebih erat. Haris juga memberi ucapan selamat begitu juga dengan Aldo dan kawan lainnya.Di depan gerbang sekolah, Indra dan Tante Maya datang dengan seikat bunga mawar putih untuk gadis yang akhirnya hanya menganggapnya sebagai kakak tercintanya itu."Selamat ya, Lin," ucap Indra."Makasih, Kak." "Kamu pasti jadi juaranya." “Yakin banget kalau aku yang juara, pakai bawa bunga mawar segala lagi, yakin nih aku juaranya?” ledek Alina.Indra dan Tane Maya lalu saling bertatapan.“Nah lho, apa iya kamu turun peri
Rossa terlihat risih karena Aldo selalu mengikuti gerakannya. Dia sampai menjauhkan diri tetapi pemuda itu tetap saja mengikutinya.Indra tiba bersama Lisa untuk menghadiri pesta ulang tahun Alina. Haris berganti pakaian dan sudah siap memakai kostum hello kitty bernuansa merah mudah sama seperti dekorasi ulang tahun. Dia sengaja memakai itu untuk memberi kejutan pada Alina."Alina ... kamu cantik banget," puji Indra."Makasih ya, Kak." Haris datang memberi kejutan pada Alina. Meskipun kostum Hello Kitty itu membuatnya sangat kepanasan, tetapi dia tetap semangat untuk menghibur gadis pujaannya itu. Alina terlihat makin bahagia kala melihat Haris yang berada di balik kostum boneka itu.Tak lama kemudian, acara ulang tahun dilangsungkan. Rossa dan Tante Maya segera menghidangkan minuman dan puding pada para sahabat Alina yang hadir.Acara ulang tahun berlangsung sederhana sesuai keinginan Alina. Rossa bertugas menja
Bab 140 AfraidTeriakan Nyi Asih nyaring terdengar, rupanya Rossa menusuk bola mata Nyi Asih dengan tusuk konde di tangannya."Rossa!" seketika Alina merasa dapat menggerakkan tubuhnya."Lari, Lin! Cepat lari!" pekik Rossa.Dengan mata berkaca-kaca, Alina masih enggan beranjak. Dia ingin lari bersama Rossa."Kita lari bareng!" ajak Alina."Aaaarrgghh, kalian kurang ajar! Aku akan habisi kalian berdua!" Nyi Asih mencabut tusuk konde di bola matanya. Wanita iblis itu lalu bergerak menghampiri Alina dan Rossa. Ia bersiap menghunuskan tusuk konde tersebut ke Alina. Tetapi Rossa menepisnya. Ia mengorbankan tangan kanannya dan tertusuk tusuk konde tersebut."Rossa!" teriak Alina seraya memegangi tangan Rossa.Darah mengucur dengan deras dari lukanya."Lari, Lin! Kamu harus lari! Selamatkan dirimu!" pinta Rossa."Nggak, aku nggak akan pergi tanpa kamu," lirih Alina.Nyi Asih semakin tertawa puas. Ia beranjak menghampiri dan kini hendak mencekik Alina. Tiba-tiba, sosok pria hadir dan mengha
Bab 139 Afraid"Makhluk jadi-jadian, Do," bisik Indra."Aku juga tahu kalau itu mah. Jelasnya itu makhluk apa? Mana badannya gak lengkap gitu," bisik Aldo ketakutan.Indra dan Aldo yang sama-sama ketakutan akhirnya memutuskan untuk berteriak. Beberapa warga yang mendengar langsung menoleh dan menghampiri. Mereka lantas mengejar Ningsih.Anto terlihat kebingungan. Dia masih tak menyangka kalau yang dia pikirkan selama ini benar. Ningsih adalah makhluk yang meneror warga kampung selama ini. Hatinya sangat kalut. Namun, dia begitu mencintai Ningsih.Tubuh Anto gemetar hebat. Lemas dan tiada berdaya. Namun, lagi-lagi Anto menyerah. Dia tak bisa memburu sang istri. Dia tak akan meninggalkan sang istri, dia tak bisa.Malam itu, Anto menjerit dalam hati. Dia memaksa diri untuk mengejar sang istri. Dia mau melindunginya. Meskipun dia masih tetap ngeri dan ketakutan. Akan tetapi, Anto tetep nekat berlari."Ningsih, ingin rasanya aku pergi malam ini. Aku ingin pergi jauh dari tempat ini. Sung
Bab 138 Afraid"Kita harus segera pergi dari sini, Lin. Tidakkah desa ini mengerikan jika ada kutukan seperti itu?" bisik Rossa pada Alina."Iya, kamu bener, Sa. Aku ingin segera pergi dari sini," sahut Alina."Tolong! Tolong! Tolong! Aaaaaaaaaa!" teriakan seorang wanita terdengar di kebun belakang dekat dengan arah Laras tadi berlari.Beberapa warga langsung datang mendekat. Mereka menemukan hal mengerikan lainnya. Rupanya, Laras yang tengah kerasukan baru saja menarik seorang wanita hamil dan membuatnya melahirkan. Laras merebut paksa bayinya lalu kabur."Apa yang terjadi dengan Laras?" pekik ibunya Laras."Dia pergi, Bu," jawab salah satu warga yang tengah membopong wanita korban yang baru saja kehilangan bayinya."Memangnya apa yang Laras lakukan?!" tanyanya lagi."Bu, dia bukan Laras yang kamu kenal. Dia sudah berubah seperti iblis," ujar kepala desa."Laras ditemukan, Pak Kades! Dekat sungai di sana. Katanya dia lagi makan ari-ari bayi dan menghisap darahnya," ucap salah satu w
Bab 137 AfraidTiba-tiba, saat pencarian tengah berlangsung tadi, terdengar bunyi gemerisik dari daun kering yang terinjak sesuatu. Cepat-cepat salah satu penduduk mengarahkan obor."Suara apa itu?" tanya Tarno."Babi, No!" sahut Andi."Biasa aja ngomong babinya jangan sengaja banget muncrat ke muka aku," sungut Tarno. Sontak saja Indra dan Aldo menahan tawa mereka. Rupanya memang ada seekor babi hutan yang merasa terganggu muncul di sekitar mereka. Dua babi hutan yang induk dan anak itu, melarikan diri karena merasa terancam akan kedatangan manusia."Ahh... hanya babi, biarkan ia pergi. Ayo, kita harus secepatnya membawa Laras ke rumahnya. Soalnya nanti biar Pak Ustaz yang kasih air untuk menenangkan," kata salah satu penduduk. Indra akhirnya mengerti setelah dijelaskan karena memang sudah biasa para penduduk yang kesurupan atau diganggu hal di luar nalar yang mistis, mereka akan minta air kepada Pak Ustaz atau Kyai setempat. Mereka yakin kalau ada yang sakit atau kerasukan roh jah
Bab 136 Afraid"Kamu kenapa, Istri?" tanya Indra cemas."A-aku, aku lihat–"Belum sempat Alina menjawab pertanyaan Indra seutuhnya, bus yang mereka kendarai menabrak sesuatu diikuti jeritan semua penumpang yang ada di dalamnya. Indra dengan sigap memegangi Alina. Ia melihat sekeliling dan mendapati para penumpang lainnya terhenyak di tempat duduknya. Lalu, seorang wanita berteriak ke arah jendela. "Ada yang ditabrak! Ada yang ditabrak!" serunya panik.Dua laki-laki di depan Indra dan Alina tadi segera melangkah turun dari dalam bus guna melihat siapa yang baru saja tertabrak. Beberapa penumpang lainnya mengikuti. Sementara itu, Indra tetap menemani Alina dan berusaha menenangkannya. Di depan bus tersebut langsung dipenuhi kerumunan orang yang penasaran dengan kejadian barusan. Setelah memberanikan diri, Alina mengajak Indra untuk turun. Saat itu lah mereka melihat seorang wanita tersungkur dengan darah tergenang dari tubuhnya. Tulang tangan serta kakinya patah. Perempuan ini pastil
Bab 135 AfraidLastri dirawat di rumah sakit tempat Indra bekerja. Kejadian yang berlangsung di rumah kepala desa, Kakek Anjas, menggemparkan Kampung Hijau. Semua penghuni rumahnya meninggal dunia. Hanya Lastri yang tersisa. Namun sayangnya, wanita itu mengalami gangguan jiwa."Sa, aku kok deg deg an, ya?" tanya Alina pada Rossa saat menemaninya untuk cek ke dokter kandungan."Namanya juga mau liat dedek bayi. Terus Kak Indra mana? Katanya dia mau nyusul, kan?" tanya Rossa. "Harusnya udah dateng."Tak lama kemudian, Indra yang masih mengenakan jas putih seorang dokter, berlari kecil menghampiri Alina. "Nah, berhubung Kak Indra udah datang, aku mau kasih makan siang ke Aldo, ya. Sekali lagi aku ucapkan selamat buat kalian. Yeaaayy bentar lagi ada yang panggil aku aunty cantik hihihi," ucal Rossa lalu pamit menemui Aldo.Alina dan Indra pun masuk ke ruang dokter ginekolog, rekan kerja dari Indra juga di Rumah Sakit Pelita. Indra dan Alina melihat sang jabang bayi yang berusia hampir
Bab 134 AfraidPasca membantu proses melahirkan makhluk halus, kini rumah Alina sering didatangi makhluk halus lainnya untuk meminta tolong. Sampai suatu hari, Indra berpapasan dengan seorang pria paruh baya. Seorang pria tua dengan rambut yang disanggul. Dia tampak begitu gagah meski usianya mulai renta. la berdiri di salah satu rumah yang Indra dan Alina lewati saat sedang lari pagi. Pria itu bersama seorang lelaki tua lainnya yang ada di belakangnya. Dia tersenyum ke arah Alina dan Indra.Selama beberapa saat, Alina dan suaminya melihat si kakek. Ada sesuatu yang membuat Alina tiba-tiba memperhatikannya dengan sorot mata yang tidak biasa. Setelah mata mereka akhirnya bertemu satu sama lain, akhirnya Indra menundukkan kepala sekilas memberi hormat kepada dua orang pria renta itu."Nak Indra, kan? Sini mampir! Ada yang mau saya bicarakan!" seru salah satu kakek.Indra menoleh ke Alina yang mengangguk mengiyakan. Mereka menghampiri si kakek. Namanya Kakek Anjas dan Kakek Mara. Mereka
Bab 133 AfraidSatu bulan berlalu.Pukul satu dini hari, Alina tengah terlelap dalam tidurnya ketika sayup-sayup pintu rumahnya diketuk seseorang. Alina membangunkan Indra setelah membuka mata. Suara ketukan itu makin jelas terdengar. Saat Alina dan Indra keluar kamar, Rossa juga keluar dari kamarnya."Lin, kamu dengar juga ya kalau ada yang ketok-ketok?" tanya Rossa.Alina mengangguk. "Bangunin Aldo aja apa ya. kita suruh bukain," ucap Rossa."Kita aja yang liat." Indra melangkah menuju ke pintu utama."Suami, kalau rampok, gimana?" Alina menahan lengan Indra."Istri, mana ada rampok ketok rumah? Terus mereka ngucap salam, permisi bapak, ibu, mbak, mas, saya mau ngerampok, boleh?" Indra terkekeh."Nggak lucu, Suami! Aku tuh lagi takut gini tau," sahut Alina ketus.Alina dan Rossa lantas mengikuti Indra. Hanya Aldo yang tak tampak batang hidungnya karena sangat terlelap. Indra lantas mengintip dari balik tirai. Dia mendapati seorang pria dan wanita dengan perut buncit menahan sakit m
Bab 132 Afraid"Tuh kan nggak ada siapa-siapa, Kak. Balik ke dalam aja, yuk!" ajak Aldo."Kalau gitu anterin aku ambil buku di mobil!" titah Indra yang sebenarnya agak takut juga setelah tak menemukan apa pun di atap dapur dan halaman belakang rumah.Suara misterius itu pun menghilang dan tam terdengar lagi. Pasalnya Alina dan Rossa yang ketakutan memutuskan untuk membaca Al-Qur’an Surah yasin dan memohon perlindungan pada Allah. Suara misterius itu pun hilang. Mereka pun bisa tertidur lelap dan tenang malam itu. Malah Indra akhirnya memutuskan untuk tidur satu kamar dengan Aldo dikarenakan takut diganggu lagi oleh makhluk halus seperti tadi.***Keesokan harinya, Indra dan Aldo berangkat ke rumah sakit untuk menemui Tuan Dadang dan memulai bekerja di sana. Indra akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan untuk Aldo sebagai tenaga medis yang menangani kamar mayat. Meskipun takut, tetapi demi mendapatkan uang untuk menikahi Rossa, Aldo siap dipekerjakan di kamar mayat. Toh, Indra juga aka