Sudah hampir dua minggu Keyra hidup di Jakarta dan sejauh ini tak ada masalah yang menimpa dirinya. Hari-harinya di habiskan dengan belajar dan bekerja. Hubungannya dengan Bara dan kawan-kawan juga semakin baik tapi ada saja yang tak suka dengan kehadiran Keyra di tengah-tengah mereka, siapa lagi kalau bukan Natasya. Setiap hari pasti ada masanya di mana Natasya buat Keyra kesusahan dan saat itulah Viki datang untuk membantu. Dalam waktu dua minggu juga Keyra sering bertemu dengan Arka tapi hanya sebatas bertatap tidak lebih.
Saat ini Keyra sedang sibuk menyalin catatan di kelasnya. Di dalam kelas masih ada beberapa orang dan yang lainnya sudah hilang mencari makan.
“Masih lama?” tanya Ami sambil menatap Keyra dengan lesu.
“Sebentar lagi, duluan aja kalau udah lapar” kata Keyra tanpa mengalihkan pandangannya dari bukunya.
“Nungguin kamu sekalian aja, sebentar lagi kamu selesai” kata Ami dengan nada suara lirih dan kemba
Jam menunjukkan pukul 21.10 dan saat ini Keyra sudah di dalam perjalanan pulang. Keyra berjalan dengan tenang menuju asrama, dia memutuskan untuk berjalan kaki untuk menghemat pengeluaran uang. Sudah cukup jauh Keyra berjalan dan sepanjang jalan masih banyak pengendara motor berlalu lalang.Saat Keyra akan menyeberang ke jalan depannya, tanpa bisa di hindari ada pengendara motor yang melajukan kendaraannya dengan kecepatan di atas rata-rata ke arahnya. Dengan raut wajah terkejut, Keyra masih diam di tempat seperti menunggu ajalnya datang.Pengendara motor tadi mengerem kendaraannya dengan tiba-tiba. Jika dia tak pandai mengendalikan motornya mungkin akan ada kecelakaan di sana, tapi tetap saja dia jatuh di atas aspal dengan tak berkarisma.Pengendara motor tadi mulai bangkit dari aspal dan dengan perlahan membuka helm yang menutupi wajahnya. Saat helm itu terlepas, terlihat wajah yang penuh akan lebam, bukan lebam karena jatuh tapi seperti lepas kena pukul. Deng
Siang harinya Keyra sudah ada di kantin kampus. Dia di sana sedang belajar sambil menunggu jam kuliahnya. Saat ini kantin terbilang ramai, karena masih ada banyaknya Mahasiswa/i yang berlalu lalang untuk membeli makanan atau hanya sekedar berbincang-bincang.Saat sedang membaca buku tanpa dia sadari ada seseorang yang berjalan ke arahnya dengan minuman di tangannya. Saat orang tadi akan melewati tempat Keyra duduk dengan sengaja dia menyiram air yang dia bawa di siramkan ke tubuh Keyra.“Ups! Sorry gak sengaja” kata orang tadi dengan raut wajah bahagia.Keyra yang mendapatkan siraman tadi masih setia menunduk dengan tatapan mata tajamnya. Saat melihat buku mata kuliahnya yang sedikit basah, emosi Keyra semakin meluap. Ingin rasanya dia memberi pelajaran kepada orang yang sudah menyiramnya tapi dia tepis karena tak mau membuat masalah di sini.“Heh! Mati lu?” kata orang tadi dengan tatapan mata mengejek.“Lagi merenung
Saat ini Arka sedang dalam proses belajar mengajar dan sendari tadi dia tak bisa fokus kepada materi yang di jelaskan oleh Dosen di depan. Arka masih ke pikiran tentang maksud dari perkataan Keyra tadi.“Siapa dia sebenarnya? Kenapa respons gue ke dia selalu aneh dan apa maksud dari perkataannya tadi? ” gumang Arka sambil menatap ke arah lapangan.‘Akhh! Bisa gila sendiri gue kalau mikirin itu terus’ batin Arka sambil mengacak rambutnya frustrasi.Dia masih setia menatap ke arah lapangan kampus tak memedulikan materi yang sedang Dosen jelaskan. Toh, nanti dia bisa memahaminya sendiri tanpa bantuan Dosen.Saat sedang terhanyut dalam pikirannya tanpa sadar sorot matanya menangkap sosok makhluk yang sendari tadi mengganggu pikirannya. Dengan gerakan cepat Arka menyambar tasnya dan berlari keluar dari kelas.“Saya izin untuk hari ini, permisi” kata Arka tanpa menatap ke arah Dosen yang sedang mengajar.D
Saat ini Keyra sedang menikmati suasana sore di taman. Karena Cafe libur dan dia tak memiliki pekerjaan lain, jadi Keyra memutuskan untuk menikmati suasana langit sore di kota Jakarta.Keyra sedang duduk sendiri di salah satu bangku taman. Dengan tatapan kosong dia menatap ke sekelilingnya.‘Ngerasa ngenes gue kalau kayak gini’ batin Keyra sambil meratapi nasibnya yang hidup di kota Jakarta sendirian.‘Kalau di ingat-ingat kehidupan Fely lebih ngenes dari gue’ batin Keyra dengan raut wajah senyum geli.“Besok libur kuliah gue mau ngapain ya?” gumang Keyra sambil menatap ke sekelilingnya.“Bisa mati kebosanan gue kalau di asrama terus” kata Keyra dengan raut wajah berpikir.“Kalau ngajak si Satria enak kayaknya” gumangnya dengan senyum mengembang.“Kalau gue perhatiin, mereka banyak berubah ya” kata Keyra dengan raut wajah menerawang, membandingan sikap mereka yang
“Tapi sepatu gue di sana” kata Keyra sambil menatap ke arah sepatunya berada. Dengan langkah pelan dan hati-hati Keyra berjalan ke arah sepatunya berada, berniat untuk mengambilnya. Saat sedang berjalan menuju ke arah sepatunya berada. Tanpa dia sadari salah satu lawan Arka yang tadinya tumbang mulai bangkit, dengan susah payah orang tadi bangun dan berjalan ke arah balok kayu berada. Saat melihat kesempatan orang tadi berjalan ke arah Keyra. Saat sudah di belakang Keyra dengan ancang-ancang mantap orang tadi berniat memukul kepala Keyra tapi pergerakannya kalah cepat. Pukulan itu berhasil di tangkis oleh Keyra, dia menangkisnya dengan tangan kirinya. “Akh!” erang Keyra saat merasakan pukulan keras di tangan kirinya. Teriakkan Keyra berhasil memecah konsentrasi Arka. Dengan perasaan khawatir Arka melihat ke arah Keyra berada dan raut wajah yang tadinya serius berganti dengan kekhawatiran saat melihat Keyra yang sedang kesakitan. Sedangkan oran
Sesampainya di rumah Satria, dengan cepat Satria memanggil sekuriti dan tukang kebun yang bekerja di rumahnya untuk membantu membopong tubuh Arka.Di dalam rumahnya sudah ada dokter keluarga, sebab sebelum Satria berangkat menyusul Keyra dia sudah menelefon sang dokter.Tubuh Arka di bawa ke arah kamar tamu dan di tidurkan dengan perlahan. Dokter yang melihat kondisi Arka mulai memeriksa kondisinya. Sedangkan Satria dan Keyra menunggu dengan perasaan cemas.“Tidak ada hal yang perlu di khawatirkan, lukanya akan sembuh beberapa minggu dan luka di kepalanya mungkin di akibatkan oleh pukulan benda tumpul yang cukup keras, tapi semua baik-baik saja. Dia hanya perlu istirahat dan minum obatnya sesuai dengan resep. Serta pastikan dia tak banyak bergerak untuk memaksimalkan proses penyembuhan” jelas sang dokter sambil menuliskan resep di atas kertas kecil dengan raut wajah serius dan memberikan resep tadi ke Satria.“Baik, terima kasih dok&rdqu
Hari semakin malam dan rumah Satria masih terlihat damai dan sunyi.Di salah satu kamar terlihat ada satu sosok yang mulai mengerjapkan matanya dengan perlahan. Dia mengubah posisi tidurnya menjadi duduk sambil mencoba membuka matanya yang masih terasa berat.Saat nyawanya sudah terkumpul semuanya dengan raut wajah heran dia menatap ke sekelilingnya.“Gue di mana?” gumang Keyra sambil menatap ke seluruh ruangan dengan tatapan heran. Sedetik kemudian dia sadar akan kejadian yang menimpanya dan Arka beberapa menit yang lalu.“Jam berapa sekarang?” gumangnya sambil menatap ke arah jam yang ada di ruangan itu.“Jam 9?” katanya dengan heran. Dia heran maksud dari jam 9 itu pagi atau siang.Dengan gerakan lesu dia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu kamar. Sosoknya berhenti di ambang pintu saat melihat sepinya rumah ini.Saat akan berjalan, tanpa sadar dia mendengar suara erangan seseorang ya
Jam menunjukan pukul 07.00 pagi dan Keyra baru saja keluar dari kamarnya. Dengan raut wajah heran Keyra menatap ke sekelilingnya. Dia sedang mencari sosok Satria untuk berpamitan pulang. Dengan langkah pelan Keyra berjalan ke arah kamar Arka.‘Siapa tahu dia ada di dalam’ batin Keyra sambil berjalan ke arah kamar Arka.“Bang Sat” panggil Keyra sambil membuka pintu kamar.“Panggil siapa lu?” tanya Arka dengan datar. Dia kira Keyra sedang memanggilnya.“Bang Satria” kata Keyra membalas pertanyaan Arka.“Satria?” tanya Arka memastikan atas perkataan Keyra tadi.“Hm” balas Keyra dengan tenang.“Dia gak ada di sini” kata Arka dengan malas.“Kalau gitu gue pergi dulu” kata Keyra dan berjalan keluar dari kamar Arka.“Gue belum selesai ngomong” kata Arka sambil menatap pintu kamar yang kembali tertutup dengan rapat.
Beberapa hari setelah hari di mana Keyra pergi ke makan Arka. Belakangan hari ini kondisinya mulai membaik walau perlahan. Tapi itu semua sudah membuat keluarganya bahagia, Bima juga sering menjenguk Keyra walau di sela-sela kesibukannya dengan perusahaan. Saat ini Keyra sedang sendirian di dalam ruang inapnya. Tadi ada Satria bersama Rangga tapi mereka izin pulang saat Satria menerima telepon. Dengan senyum manis Keyra menyuruh mereka pulang. Mereka punya kesibukan masing-masing dan Keyra tak bisa menahan mereka di sini, Keyra tahu itu. Keyra berbaring di atas berangka dengan mata yang mencoba memejamkan matanya. Di saat dia ingin berselancar ke alak mimpinya saat itu pula suara pintu terbuka membuatnya kembali ke dunia nyata. “Lu tidur kak?” tanya orang itu sambil menatap ke sosok Keyra yang menutup matanya. “Enggak gue cuma tutup mata” ucap Keyra berbohong dan dengan pelan dia membuka matanya. “Gue kira kehadiran gue nganggu elu kak” ucapny
Ami hanya diam membisu, bingung ingin membalas seperti apa. Dia merasa kasihan kepada sosok Keyra di depannya.“Mi gue mau ke Arka” ucap Keyra dengan raut wajah tak berdaya.“Gue-“ ucap Ami terpotong oleh suara pintu terbuka.“Mau ke Arka? Mau gue anter?” tanya seseorang yang berada di abang pintu.“Boleh?” tanya Keyra dengan senyum bahagia.“Hm” balasnya dengan senyum kecil. Hatinya terasa teriris melihat kondisi Keyra saat ini.“Tapi Kak” ucap Ami dengan raut wajah tak terima.“Keyra jadi tanggung jawab gue. Kalian pernah mikir gak? Kalau sikap kalian kayak gini bukannya buat Keyra sembuh malah buat Keyra tambah sakit. Lu gak lihat kondisi Keyra yang semakin buruk dari waktu ke waktu?” kata Dika dengan raut wajah datar.“Oke, tapi gue ikut” ujar Ami dengan raut wajah datar.“Hm” balas Dika dan berjalan ke arah Ke
Sudah hampir dua minggu Keyra di rawat dan sudah beberapa kali dia menanyakan keadaan Arka dan kondisinya. Kebanyakan orang langsung bungkam dan memasang raut wajah yang cukup mencurigakan.Dia mencoba menepis semua prasangka-prasangka buruk yang mungkin terjadi kepada Arka. Keyra selalu menanamkan kalimat ‘Dia pasti baik dan sedang dalam masa pemulihan’ dalam benaknya saat mengingat sosok Arka.Saat ini Keyra sedang sendirian, dia berniat jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Tapi langkahnya terhenti saat dia mendengar suara seseorang yang dia kenal.“Gimana sekarang?”“Kita jujur aja, kasihan gue lihatnya”“Tapi gimana kalau kondisi Keyra memburuk setelah denger keadaan Arka sekarang?”“Itu udah konsekuensinya, kalau kita nutupin ini lebih lama. Gue gak yakin kalau Keyra bakal sehat-sehat aja. Lu lihat sendiri ‘kan? Gimana dia tiap harinya? Setiap hari dia ngelamun mikirin Arka&rdqu
Sudah 4 hari setelah hari pemakaman Arka dan kondisi Keyra semakin hari semakin baik. Bahkan ada saatnya Keyra merespons jika ada seseorang mengajaknya berbicara terutama Mama dan abangnya.Hari ini cuaca cukup mendung, membuat seorang yang tidur di sofa semakin nyaman melanjutkan tidurnya. Bima masih terlelap di atas sofa dengan nyamannya.Di atas berangka ada sosok yang cantik sedang terlelap dengan tenang. Mata yang tadinya tertutup mulai terbuka dan berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.Beberapa kali Keyra mengerjapkan matanya dan penciuman pertamanya menangkap bau obat-obatan.Dengan perlahan Keyra menatap ke sekelilingnya dan mendapati sosok Bima yang sedang tertidur di atas sofa. Beberapa saat dia menatap sosok Bima hingga tangannya memegang tenggorokan karena merasa kering.Dengan perlahan Keyra mengambil gelas di sampingnya dan menghabiskannya tanpa sisa.Setelah minum Keyra menerawang kejadian yang menimpanya b
“Arka!!” teriak sang istri menyebut nama anak pertamanya, anak laki-lakinya dan penerus perusahaannya.Di tempat yang tak jauh dari mereka terlihat keluarga Keyra yang berdiri mematung dan menatap ke arah berangka tadi dengan sorot mata kosong. Pikiran mereka tiba-tiba ngeblang seperti tanah yang tandus.“Mas” panggil Mama Keyra sambil menatap ke arah jasad Arka dengan tubuh sedikit bergetar.“Tenang sayang” ucap sang suami sambil membawa sosok istrinya ke dalam dekapannya.“Dia meninggal Mas” ucap sang istri dengan nada suara bergetar.Sang suami hanya diam sambil mengusap lembut sosok istrinya yang rapuh.“Bima, kamu jaga adikmu di dalam” ucap Papanya dengan nada suara tak terbantah.“Baik Pah” balas Bima dan mulai berjalan ke dalam ruang inap adiknya.Saat dia berada di pintu dapat dia lihat sosok rapuh adiknya berada di atas berangka. Dengan perla
Di kantin rumah sakit.“Pah, perasaan Mama gak enak” ucap Mama Arka dengan raut wajah khawatir.“Kenapa Mah?” tanya sang suami dengan raut wajah cemas saat melihat sang istri memegang dadanya dengan raut wajah khawatir.“Mama keinget Arka Pah” ucap sang istri sambil menatap ke arah suaminya dengan raut wajah khawatir dan tanpa sadar air matanya mulai menetes.“Loh? Kok nangis?” tanya sang suami dengan raut wajah cemas.“Mama mau ke Arka Pah” ucap Mama Arka dan mulai bangkit dari duduknya berlari keluar dari kantin.“Mama” panggil Papa Arka sambil menatap sosok istrinya dan tak lama dia mulai bangkit mengejar langkah kaki sang istri.“Ayo Mah” ucap Papa Keyra sambil memegang tangan istrinya. Dengan perlahan dia menuntun tubuh ringkih sang istri. Semenjak kecelakaan Mama Keyra kondisinya semakin menurun jika ingat kondisi putrinya saat ini.Mama A
Arka dan Keyra masih dalam pengawasan para dokter, untuk saat ini kondisi mereka sudah cukup membaik. Walau kadang kondisi Arka tiba-tiba memburuk. Arka dan Keyra di tempatkan dalam satu ruangan atas permintaan dua keluarga.Amerta di nyatakan meninggal saat baru sampai di rumah sakit. Luka yang di alami Amerta sangat parah membuat kondisi tubuhnya semakin memburuk saat dalam perjalanan ke rumah sakit.Mereka membuat perhitungan dengan menghancurkan perusahaan Papa Amerta. Papa Amerta hanya bisa diam, karena ada dua perusahaan besar yang menginginkan kehancurannya. Dia cukup menyesal mengiyakan permintaan Amerta waktu itu. Ingin rasanya dia memutar waktu untuk menyelamatkan putri dan perusahaannya.Sudah terhitung 3 hari semenjak kecelakaan itu tapi belum ada tanda-tanda mereka akan sadar.“Lu berdua reuni di sana atau gimana? Betah amat tidurnya” kata Satria sambil menatap dua sosok yang terbaring lemah di atas berangka.Satria menatap
Mobil yang membawa sosok Keyra dan Arka sudah sampai di rumah sakit.“Suster di sini ada korban kecelakaan!” teriak sang pemilik mobil dengan urat leher terlihat jelas.Mendengar teriakan itu beberapa suster mulai berlari ke arah mereka dengan berangka.Sosok Keyra di bawa dan di taruh di atas berangka dan mulai di giring ke unit gawat darurat. Di belakang berangka Keyra ada berangka Arka.Keyra dan Arka langsung di tangani, luka mereka sudah di bersihkan dan beberapa alat sudah di pasang di tubuh mereka. Antara Arka dan Keyra yang paling banyak luka adalah tubuh Arka. Mungkin karena Arka melindungi sosok keyra dalam dekapannya.Keluarga pasien sudah di beri kabar dan dalam perjalanan. Keyra dan Arka masih di ruang UGD keadaan mereka masih dalam pantauan dokter.Saat dokter yang menangani mereka keluar dari ruangan, sang dokter sudah di sambut beberapa pertanyaan dari keluarga Arka.“Bagaimana kondisi putra saya dok?
Sebagian pengunjung yang melihat kecelakaan beruntuh tadi cukup syok dan menatap ke kecelakaan tadi dengan tubuh menegang.Tubuh Arka dan Keyra sudah di penuhi darah. Dalam kesadaran yang masih ada Arka menatap wajah Keyra dan berkata..“Sehat-sehat Key, aku cinta kamu” ucap Arka dengan lirih dan senyum tipis, sangat tipis.“Sakit Ar” ucap Keyra dengan air mata yang mulai keluar.“Sayangnya Arka yang kuat” ucap Arka dengan suara yang semakin lirih dan tak lama kesadarannya mulai terenggut dan pelukannya semakin mengendur.“Cepat panggil polisi dan ambulans, mereka butuh pertolongan segera!” ujar salah satu pengunjung taman sambil berlari mendekati sosok Arka dan Keyra.“Di sini juga ada beberapa!” ucap yang lainnya dan mendekati pengujung yang lainnya.“Masukkan ke mobil saya, tidak keburu kalau menunggu ambulans!” ucap yang lainnya sambil berlari ke sebuah mobil