Home / Fantasi / A Wandering Star / Part 5: Sebuah Harapan

Share

Part 5: Sebuah Harapan

Author: M.D.Samantha
last update Last Updated: 2021-06-10 16:12:52

PART 5: Sebuah Petunjuk 

Teng... Teng... Bel masuk sekolah. Hari berjalan seperti biasa. Namun ketika bel pulang berbunyi, Higiri langsung mengambil langkah seribu, dan mencari toko yang menjual benda bernama telepon genggam pintar itu. 

Pikirannya, si gadis yang ia cintai, mungkin juga punya nomor telpon. Ia masuk ke sebuah toko telepon genggam. 

"Aku ingin yang paling bagus dan mahal!" serunya. Penjaga toko kaget sesaat, namun setelahnya, ia memberikan beberapa pilihan. Higiri lalu bertanya tentang nomor telepon. Ia juga membeli nomornya sendiri. Penjaga toko membantu mengatur ponselnya dan Higiri bisa langsung menggunakannya. 

Ketika hendak keluar toko, tiba-tiba saja Ichigo muncul, "Oh, si tampan di sini. Baru saja membeli ponsel ya?"

Langsung saja ponsel baru Higiri direbut Ichigo. 

"Hei, hei! Kembalikan!" seru Higiri, namun Ichigo menolaknya.

"Tunggu, kita saling tukar nomor saja, ini simpan nomorku, dan aku akan menyimpan nomormu, tunggu," balas Ichigo sambil mengetik nomor ponselnya di ponsel Higiri, lalu menyimpannya dan mengembalikannya kepada Higiri. 

Tak lupa, Ichigo mencoba menelpon nomornya sendiri dengan ponsel Higiri, dan jadilah mereka bertukar nomor. 

"Aku tidak menghendaki ini," ucap Higiri sambil mengambil ponselnya dari tangan Ichigo dengan kasar, lalu langsung berjalan menuju stasiun kereta MRT. 

Ichigo hanya bergumam, "Pria payah, memangnya aku kurang cantik? Aku sangat cantik dan pintar, semua pria menginginkanku, namun apa yang dilakukan pria satu ini? Bodoh! Tapi lihat saja nanti. Lagi pula, aku sendiri sudah bosan di dunia manusia, kalau bukan karena perintah raja bodoh itu!” 

Ichigo lalu pergi begitu saja. 

Tentu saja, Higiri melakukan rutinitasnya. Ia pulang sekolah, menaiki kereta MRT sambil melihat sekelilingnya, sampai ia pulang ke rumah melewati jalan setapak yang sama. Namun kali ini, ada pesan teks di ponselnya. 

"Makanlah yang banyak!" tulis pesan singkat itu. 

Ternyata itu dari Ichigo. Higiri belum mengerti cara menggunakan ponselnya. Ia memutuskan untuk tidak akan pernah membalas pesan Ichigo. Sama sekali tidak tertarik. Benar-benar gadis yang berani sekali kepada orang yang baru ia kenal! 

Esok harinya, pekerjaan berulang. Higiri akan naik kereta MRT ke sekolahnya, dan tentu, Ichigo terus menerus memberikannya pesan teks acak. Mengganggu saja, pikir Higiri, dan dia tidak pernah membalas Ichigo. Higiri hanya fokus kepada pencariannya. Sekiranya, sudah satu minggu terlewat. Tidak disangka, pagi ini Ichigo kembali berulah. Ia mengumpulkan para gadis di bawah pohon besar yang terletak di halaman depan sekolah. 

Higiri baru saja tiba, ia lalu melewati gerbang sekolah, lalu melihat Ichigo di bawah pohon sedang berteriak mengumpulkan para gadis. Ichigo sendiri melihat Higiri yang baru saja tiba. 

"Perhatian semua!!!!!" teriak Ichigo, "Aku akan mengumumkan, bahwa, pria di sana (menunjuk Higiri) dan diriku, Ichigo, sudah resmi berpacaran! Ingat kalian semua, dia adalah pasanganku! Jika aku melihat kalian sedang menggodanya, tentu saja, aku tidak akan tinggal diam!”

Higiri terbelalak matanya, kaget sampai jantungnya terasa mau loncat keluar dari dadanya. 

"Wanita gila!!!!" pikirnya. 

Seluruh gadis melihatnya dengan mata sinis. 

"Aku, aku tidak pernah, dan tidak mau! Dia sudah gila, kami baru saja berkenalan sekali, berani sekali!” teriak Higiri sambil berdiri dengan perasaan bingung, membalas tatapan mata para gadis yang mulai menatap sinis ke arahnya. 

Mereka pun bubar. Ichigo lalu menghampiri Higiri, "Kita sedang berpacaran, bukan?" tanya Ichigo sambil meraih tangan Higiri. 

"Aku tidak mau, tidak perlu, terima kasih, kau sudah gila” balas Higiri sambil membuang genggaman tangan Ichigo. 

"Oh tidak bisa. Kita akan pulang bersama, oke?! Aku tidak menerima penolakan, kau tahu, aku pemimpin para gadis di sini, fisikku bahkan yang paling cantik di antara mereka, dan aku melihat dirimu sebagai pria paling tampan di sini, bukankah kita cocok?” tanya Ichigo sambil memandang Higiri dengan tatapan agak manis. 

"Tidak, aku tidak menyukaimu. Aku tidak pernah menyukai gadis manapun yang ada di sekolah ini, maaf saja, hatiku sudah ada gadis lain”, balas Higiri, lalu pergi berlalu begitu saja dari hadapan Ichigo. 

Ichigo hanya tersenyum saja. Higiri lalu masuk ke dalam kelasnya. Hari di kelas berlalu, Ichigo sekarang selalu pulang bersama Higiri walaupun Higiri tidak pernah setuju dan tidak pernah mau. 

Bahkan, menatap Ichigo saja, sama sekali tidak mau. Sungguh pemaksaan, pikir Higiri. Benar-benar tidak nyaman sekali berada dekat dengan Ichigo, tentu saja, karena Higiri fokus mencari gadis idamannya, takut jika gadis tersebut melihatnya bersama Ichigo, tentu akan ada kesalahpahaman. 

"Kau akan menyukaiku, haha!" bisik Ichigo.

Selalu, setiap mereka pulang sekolah bersama. Higiri diam saja. Sejak saat itu, Higiri pulang sekolah selalu ada Ichigo disampingnya, walaupun Higiri tidak pernah menunggu Ichigo, bahkan Higiri akan langsung mengambil langkah seribu, dan entah kenapa Ichigo selalu lebih cepat, namun Higiri tidak pernah menatapnya, bahkan semua pesan teks dari Ichigo, tidak pernah ia balas. 

Sampai pulang pun, Higiri hanya mencari dan melihat sekelilingnya, mungkin gadis tersebut tidak ada disitu lagi? Pagi, siang, sore, malam, Higiri hanya fokus mencarinya, namun belum terlihat gadis itu, sama sekali tidak ada. 

Malam. Malam ini sudah malam ke empat-belas, Higiri berada di dunia manusia. Tidak ada tanda sama sekali tentang gadis itu. Higiri mulai kecewa dengan keputusannya sendiri dan mulai kesal. Kesedihan terlihat dari matanya. Ia lalu tidur di atas ranjangnya sambil menatap jendela yang penuh bintang berkelap-kelip. 

"Apakah ia sudah pindah? Apakah ia tidak mengingatku sama sekali? Haruskah aku kembali dan menikah dengan pilihan orangtuaku?" gumamnya dalam hati. 

Higiri mulai menangis. Ya, pria bisa menangis. Hatinya sakit. Ia sangat sakit, memukul dadanya sendiri, dan malam ini, ia sangat sangat sedih. Usahanya seakan, seolah, sia-sia saja. Apalagi, ia terkesan melawan keputusan ayahandanya. Kembali ke dunia manusia bukan perkara mudah, namun pulang dengan tangan kosong, tentu akan membuatnya berada dalam masalah. 

Keesokan paginya, Higiri pergi menuju sekolah dengan wajah murung. Ia mulai menyerah mencari gadis pujaannya. Bahkan ia tidak bisa fokus belajar di sekolah. Ichigo terus mengobrol dengannya, namun sama sekali diacuhkannya. 

Bahkan, ketika hendak keluar gerbang sekolah setelah bel pulang berbunyi, Higiri hanya berpikir, "Aku harus kembali sepertinya, namun hatiku masih yakin bahwa gadis bernama Kenta, itu, masih ada di sini, entah kenapa kuat sekali perasaan ini." 

Ichigo selalu menemaninya pulang, namun Higiri tidak pernah menatapnya sampai sekarang. Wajah Higiri benar-benar menunjukan rasa lelah dan tidak bersemangat. Ichigo sendiri kali ini terdiam ketika ia berjalan bersama Higiri, tidak berteriak seperti biasanya. 

Biasanya Higiri melalui jalan menuju arah timur, namun kali ini, ia berjalan ke arah barat. Entah apa yang ada di dalam pikiran Higiri, kali ini ia mengambil jalur yang berbeda. Di bagian barat ini, banyak pertokoan dan jembatan penyeberangan di sana sini. Sangat hidup. Higiri dan Ichigo berjalan sambil melihat pertokoan, namun mata Higiri kosong. Ichigo ingin menunjukan kepada Higiri, sebuah kafe, namun, Higiri benar-benar tidak meresponnya. Tatapan Higiri benar-benar terlihat kecewa dan lelah. Mereka meneruskan berjalan kaki. 

Di seberang jalan, ada sebuah halte bus. Higiri, walaupun pikirannya sudah lelah, ia lalu mengalihkan pandangannya dari jalan, menuju halte bus di seberang jalan itu. Halte bus itu hanya halte bus kecil. Sebuah bus sudah berhenti dari tadi di halte tersebut, menunggu semua orang naik ke atas bus.

M.D.Samantha

revisi pertama, mohon di acc. alur cerita diperjelas dan sedikit koreksi.

| Like

Related chapters

  • A Wandering Star   Part 6: Gadis Berambut Biru

    Tiba-tiba saja Higiri berhenti. Jantungnya berdetak kencang sekali. Bola matanya membesar. Apa yang ia lihat sebenarnya sampai ia terkejut? Seorang gadis berambut panjang sepunggung dan berwarna biru tua, dengan bola mata berwarna biru langit, tinggi sekitar seratus enam puluh sentimeter, mengenakan jaket berwarna oranye dan kaos abu-abu, membawa tas ransel coklat di punggungnya, sambil menuntun sebuah sepeda di sampingnya, melewati halte bus itu.Kedua matanya menatap ke arah jalan, dengan tatapan sedih dan kosong. Bola mata biru langitnya seolah menunjukan kesedihan, tidak ada yang lain selain rasa sedih. Ia terus berjalan sambil menuntun sepedanya tanpa ada ekspresi apapun di wajahnya.Melihat gadis tersebut hendak menyeberang jalan, Higiri langsung berlari menyeberang jalan, namun mobil masih lalu lalang, bukan waktu untuk menyeberang. Ichigo menarik tangan Higiri, "Apa yang mau kau lakukan, hei!!"Namun Higiri memfokuskan pandangannya ke arah gadis tersebut, sambil menunggu wa

    Last Updated : 2021-06-10
  • A Wandering Star   Part 7: Kenyataan Pahit

    Gadis tersebut berjalan lurus, lalu turun ke sebuah stasiun kereta MRT sambil masih menuntun sepedanya. Higiri mengikutinya. Gadis tersebut terlihat memilih rute tertentu, dan membayar tiket kereta MRT-nya dan berjalan menuju tempat pemberhentian kereta, sambil berdiri. Terdengar beberapa pengumuman stasiun, namun tatapan gadis tersebut tetap kosong. Setelah beberapa menit, sebuah kereta MRT berhenti, gadis tersebut terburu-buru masuk. Higiri tetap mengikutinya juga terburu-buru. Beberapa stasiun lewat, gadis tersebut benar-benar hanya menatap ke bawah, dengan pandangan kosong. Higiri, antara penasaran dan kasihan, apa yang terjadi pada dirinya? Apakah benar gadis ini, Kenta? Kereta MRT tersebut lalu berhenti di sebuah stasiun. Gadis tersebut lalu beranjak turun, lalu melewati tangga naik, lalu keluar dari stasiun kereta MRT. Ia berjalan kaki sendirian sambil menuntun sepedanya. Langkahnya mulai lesu. Melewati beberapa toko, lalu menuju jalan setapak, tibalah ia di sebuah rumah yang

    Last Updated : 2021-06-10
  • A Wandering Star   Part 8: Pertemuan yang Salah

    Higiri mendengar percakapan tersebut, ternyata benar, itu gadis yang ia cari selama ini! Jackpot! Namanya Kenta, iya, memang benar, namun kondisinya tidak bagus. Sang gadis ketua yang arogan, menatap Kenta dengan sinis, "Kalau begitu, kau akan kumaafkan, ayo masuk ke dalam kelas, dan jangan lupa, bawakan makan siangku nanti. Jangan lupa!" Para gadis tersebut tertawa dan masuk ke dalam sekolah. Kenta ingin menangis, ia menyeka air matanya yang mulai keluar sedikit, namun semua ia tahan. Ia lalu masuk ke dalam sekolah. Higiri yang berada di ujung jalan, kini perlahan menyadari, bahwa ada yang tidak beres dengan kehidupan Kenta. Ia memutuskan untuk menunggu Kenta selesai sekolah. "Ia masih sama, manis, walaupun badannya kecil dan tidak begitu tinggi. Namun aku yakin, ia punya penderitaan besar. Aku, aku sangat ingin menolongnya. Seorang pembantu? Pesuruh? Apa yang terjadi sebenarnya kepada Kenta selama ini?" Higiri menunggu dan menunggu, bahkan sambil terduduk di jalan itu. Penantiann

    Last Updated : 2021-06-10
  • A Wandering Star   Part 9: Perlawanan yang Seharusnya

    Kenta menghela nafas panjang lagi, kali ini ia berhenti berjalan, dan menundukan kepalanya, "Gadis ketua bernama Sato Moe. Ia sangat disukai para siswa di sekolah," jawab Kenta sambil memulai berjalan lagi, dan melanjutkan, "Ketika aku masuk ke sana sejak sekolah dasar, Moe belum ada. Ia masuk sekitar sekolah menengah. Karena keluarganya sangat kaya raya, ia bahkan bisa melakukan perawatan fisik, dan aku waktu itu menganggap ia sangat cantik dengan rambut coklat dan bola mata coklatnya." "Lalu?" tanya Higiri lagi, penasaran. "Aku mengaguminya. Moe membuat sebuah grup, sebuah geng, untuk seluruh gadis di sekolah itu, dan gadis-gadis tersebut menjadikannya ketua. Seluruh gadis yang ikut grupnya, sangat memuja Moe, mungkin karena ia sangat cantik dan kaya raya, ia sering membagikan uang. Waktu itu aku juga mengajukan diri masuk ke grupnya. Namun Moe melihatku sebagai ancaman. Ia mengijinkan aku masuk grupnya, namun, suatu hari, Moe berbisik kepadaku bahwa aku terlalu cantik secara fisik

    Last Updated : 2021-06-10
  • A Wandering Star   Part 10: Memori Lama

    Moe membuang gunting yang ia pegang, lalu maju ke arah Higiri sambil tersenyum, "Kau sangat tampan. Rupanya murid dari sekolah sebelah. Oke, aku bisa berhenti menyiksa Kenta, namun kau harus menjadi pacarku. Kau tidak cocok bersama Kenta, lihat saja, wajah pembantu, hahaha!" seru Moe sambil tertawa lebar, diikuti tawa gadis-gadis anggota gengnya. Higiri langsung menampar Moe, walaupun penuh amarah, tamparan itu tidak sekeras yang dibayangkan, laku Higiri berucap, "Aku adalah pacarnya Kenta, tidak peduli seburuk apa, aku menyukainya, dan sekali lagi, jika kalian berbuat yang macam-macam kepada Kenta, sehelai rambut saja terancam, aku tidak akan segan kepada kalian!” ucap Higiri dengan wajah penuh amarah, lalu membantu Kenta berdiri, dan menggandeng tangannya, berjalan menjauhi para gadis-gadis brengsek itu, sambil berlari kecil menuju halte bus yang biasa mereka lewati. Namun, di tengah jalan, Kenta menarik tangannya, berhenti berjalan, dan tertunduk. Higiri menatapnya, namun kali ini

    Last Updated : 2021-06-10
  • A Wandering Star   Part 11: Pria Misterius

    Kenta berpikir sebentar, lalu ia menghela nafas panjang juga, "Baiklah, lagipula mungkin saja kau salah orang, aku sudah menganggapmu aneh. Kau yang memulai semua ini namun aku yang harus tunduk pada syaratmu. Benar-benar pria aneh!” serunya. Higiri tersenyum lebar dan mengangkat kepalanya, "Kita teman, atau pacar?" tanya Higiri sambil tersenyum lebar. Kenta membalas Higiri dengan senyuman kecut, "Begini ya, aku tidak pernah menganggapmu pacar. Bahkan teman juga tidak! Aku tidak akan menjawab syarat yang kau berikan, kau sangat keras kepala dan aku sudah lelah, terserah!” serunya, lalu melanjutkan langkahnya menuju stasiun kereta MRT. "Oke!!!" sahut Higiri sambil mengikuti Kenta. Wajahnya senang, namun di sisi lain, Kenta terlihat lelah dan kesal. Di sepanjang perjalanan, Higiri selalu ingin menggenggam tangan Kenta, namun tidak pernah mendapat kesempatan. Ya sudah, saling diam saja. Namun sesekali, Higiri mengajak Kenta bercanda sambil bertanya beberapa hal, apa makanan yang disu

    Last Updated : 2021-06-21
  • A Wandering Star   Part 12: Ciuman Pertama

    Memori tersebut membuat Kenta tiba-tiba terbangun. Dadanya sakit sekali, termasuk kepalanya. Ia berteriak kencang sekali. Ia mulai menangis dan bergumam, "Memoriku mulai kembali, kenapa? Kenapa??" Ia makin berteriak dengan kencang dan menangis, tertunduk lesu, bahkan ia mulai melempar bantal tidurnya. Malam yang panjang baik untuk Higiri maupun Kenta. Pagi hari mulai menjelang. Kenta hendak pergi ke sekolah, seperti biasa. Kali ini, ia sama sekali tidak melihat Higiri. Kenta mulai merasa aneh, namun ia berpikir mungkin Higiri memang salah orang, sambil menggelengkan kepala, Kenta mulai berjalan menuju sekolahnya, seperti biasa, menaiki kereta MRT dan berjalan kaki. Namun sedari tadi, Higiri benar-benar tidak muncul juga batang hidungnya. Sesampainya di sekolah, Kenta melihat Moe sedang menunggunya, bahkan melihatnya dengan sinis. Kaki Kenta mulai agak bergetar berjalan menuju gerbang sekolah. Moe sudah menunjuk Kenta, sambil juga menunjuk sebuah pohon besar di antara semak-semak di

    Last Updated : 2021-06-23
  • A Wandering Star   Part 13: Hati yang Terbuka

    "Sudah jam dua siang. Aku, apa jawabanku? Apakah aku mencintai Higiri? Aku mulai mencintainya? Menyukainya? Memikirkannya?" gumam Kenta dalam hati, ia ragu kalau ia sendiri merindukan celotehan Higiri yang kadang membuatnya tertawa, namun ia merasa janggal, pertemuan mereka sangat, sangat singkat sekali. Dengan semua pertanyaan itu, Kenta tiba-tiba saja terlelap tidur. Dalam tidurnya, ia memimpikan kenangan manis kemarin-kemarin, bersama Higiri. Ciuman pertamanya, pelukan hangat seorang pria yang mengaku bahwa pria itu mencintai dirinya, sampai tawa dan senyum ketika mereka bepergian bersama. Memori yang indah, namun, di satu sisi lainnya, sejak kehadiran Higiri, memori-memori masa kecil Kenta yang kelam, justru kembali muncul ke permukaan, dan menghantui Kenta. Ada hubungan apakah ini? Tiba-tiba saja, Kenta membuka matanya dan melihat ke arah jam. Ia terbangun begitu merasakan jantungnya berdebar kencang, namun, ia belum juga menemukan jawabannya. Sudah setengah empat sore! Ia denga

    Last Updated : 2021-06-25

Latest chapter

  • A Wandering Star   Bonus part: Kisah yang Terlupakan 2

    Higiri kecil hanya bisa terdiam, ia lalu membalas lagi ibunya, “Ibunda, aku akan segera masuk dan melanjutkan makananku, pemandangan di sini sangat luar biasa. Aku akan memandangnya sebentar, boleh?" Ibunya lalu mengangguk sambil menjawab, “Baiklah aku akan menunggu di dalam, jangan terlalu lama, oke?" Lalu Higiri kecil melihat ibunya masuk ke dalam rumah makan tersebut, namun Higiri kecil sendiri masih melihat sekitarnya, berharap gadis kecil itu akan datang lagi, ia sangat penasaran dengan gadis kecil tersebut. Tiba-tiba saja, seorang wanita bertopi agak lebar dan panjang, menghampirinya, lalu berlutut di hadapan Higiri kecil sambil tersenyum. “Apakah kau mencari gadis kecil berambut biru tua dan mempunyai bola mata biru langit?” tanya wanita tersebut. Higiri kecil mengangguk. Wanita tersebut tersenyum semakin lebar. “Ia pergi ke arah sana, ia sedang menuju ke sebuah ladang di mana bunga-bunga matahari mulai tumbuh besar, dan ia hendak mengambil biji bunga-bunga matahari tersebu

  • A Wandering Star   Bonus Part: Kisah yang Terlupakan 1

    Suatu hari yang cerah, di halaman belakang rumah Kenta yang berada di Dunia Manusia, nampak Higiri, X, Ahr, Westo dan Nozomi sedang berkumpul bersama sambil menikmati hidangan kecil bersama teh. Mereka sedang menikmati teh dan cemilan di sore hari, sementara Kenta sendiri sedang tidak ada di rumahnya, karena sedang menemani Putri Aoi di suku Harmoni. Higiri lalu memulai pembicaraan. “Hei, X, apakah selama ini kau, dan kalian semua, berpikir bahwa Ratu Angel sudah menjodohkan diriku dan Kenta, sejak kami masih kecil?” tanya Higiri.X lalu menatap Higiri dan membalas, “Tentu saja, tidak mungkin Yang Mulia Ratu Angel akan membuat Kenta mencari jodohnya sendiri? Kemungkinan besar perang yang ada di Dunia Musik, tidak akan pernah berhenti, sepertinya." Higiri lalu tersenyum kecil. “Ada apa? Apakah ada yang salah? Atau jangan-jangan X sebenarnya hanya mengarang cerita saja?" tanya Nozomi. Higiri menghela nafasnya dalam-dalam. Kali ini, ia mulai serius. “Ratu Angel tidak pernah menjodohk

  • A Wandering Star   Part 92: Finale

    "Kenta!! Kenta!!! Kenta, apa yang terjadi!! Tunggu, aku akan panggilkan perawat!!" seru Higiri, namun, Kenta langsung menarik lengan baju Higiri dan menggelengkan kepalanya. Masih dengan darah yang mengalir dari mulutnya, Kenta lalu berusaha berbicara dengan pelan, "Higiri, melihatmu saja sudah cukup." Higiri khawatir mendengar pernyataan Kenta tersebut, dan membalas, "Kau, kau kenapa!! Tolong jangan menyembunyikan apapun dariku lagi!! Kau membuatku menderita, membunuhku dengan rasa penasaran!! Kenta! Katakan kepadaku, apa yang terjadi!" Kenta tersenyum kecil, lalu membalas Higiri pelan, "Maafkan aku. Dadaku sering terasa sakit beberapa minggu ini. Paman X berkata bahwa kemungkinan besar energi yang terlalu kuat, yang berasal dari dalam diriku, waktu itu, termasuk energi yang kuhabiskan untuk mempertahankan kehamilanku yang sangat menguras tenaga, dan juga kelahiran anak-anak kita yang sangat berat. Semakin lama, badanku sendiri semakin tidak kuat, terlebih lagi, aku sudah lama tid

  • A Wandering Star   Part 91: Masih Belum Selesai

    Part 91: Masih Belum Selesai Higiri yang terlihat mengenakan pakaian formal, masuk ke ruangan utama sambil menggandeng Kenta yang terlihat cantik menggunakan gaun formal untuk acara itu, lalu mereka menaiki tangga menuju panggung utama. Sesampainya di atas panggung utama, Higiri lalu menghadap para tamu, lalu berbicara dengan suara lantang, "Para tamu terhormat sekalian, aku, Hijiribashi Higiri, raja dari suku Harmoni, ingin menyampaikan permohonan maaf yang sangat, sangat, sungguh besar, dari dalam hatiku, karena tiga tahun ini aku berduka, mengira bahwa setelah kejadian yang dahsyat itu, istriku sudah tidak ada, dan ia dalam kondisi hamil saat itu. Karena kesedihan yang besar sekali, aku menutup rapat hatiku, pikiranku, hingga istana suku ini. Aku merasakan kesedihan yang amat mendalam tiga tahun ini. Namun beberapa waktu lalu, aku bertemu dengan istriku, Kenta, di dunia manusia, dan ternyata selama ini ia berhasil menyelamatkan dirinya, aku sangat berterima kasih kepada Ratu suku

  • A Wandering Star   Part 90: Kebahagiaan yang Kembali

    Higiri kesal sekali mendengar cerita itu, lalu berkata, "Mengapa tidak ada yang memberitahuku? Sampai aku mengira kau sudah hilang menjadi debu!" Kenta tersenyum kepada Higiri, dan membalas, "Paman-pamanku sendiri saja, baru terbangun, setelah hampir sebulan pemulihan di ruang musik. Para pelayan bergantian bernyanyi di sana. Mereka langsung berusaha mengunjungimu namun wilayah sukumu sudah tertutup untuk semuanya. Ketika aku sudah sadar, dan mereka bercerita seperti itu, aku tidak percaya bahwa kau menutup akses masuk bagi semua orang yang ingin menuju ke wilayah suku Harmoni, sendirian. Namun, para prajuritmu berjaga di sana dan mengatakan bahwa kau tidak menerima tamu bahkan aku." Kenta lalu menangis, Higiri memeluknya dengan erat, lalu Higiri mengeluarkan tongkat magisnya dan mulai menggoyangkan tongkat itu. Sebuah kotak coklat lalu muncul di atas tangan kanannya. Higiri lalu bertanya, "Lalu mengapa kau merahasiakan ini dariku?" Kenta terkejut, lalu menjawab, "Maafkan aku, aku

  • A Wandering Star   Part 89: Rencana yang Tidak Diinginkan

    Anak perempuan itu tiba-tiba menunjuk ke arah Higiri, lalu berteriak, "Ah!! Ibu, siapa paman itu?" tanyanya lalu menoleh ke arah dua kakak laki-lakinya, dan terlihat bingung. Kenta tersenyum menatap anak perempuannya itu, lalu berjalan menghampirinya, berlutut dan bertanya, "Ah, iya, Aoi, apa kau ingat ketika kau bertanya di mana ayahmu?" Kenta ternyata berhasil mempertahankan kehamilannya dan melahirkan tiga orang anak kembar, dan satu-satunya anak perempuan, bernama Aoi. Kedua anak laki-lakinya masing-masing bernama Kenzo dan Hikaru. Aoi menatap ibunya dan membalas, "Hmm, iya! Namun, ibu selalu mengatakan ayah sedang sibuk dan akan kembali, nanti." Aoi lalu bersedih. Kenta lalu menoleh ke arah Higiri, dan menunjuknya, sambil berkata kepada ketiga anaknya, "Ah, ayahmu sudah kembali. Aoi, Kenzo, Hikaru, pria yang di sana itu, adalah ayah kalian!" "Ayah? Benarkah itu ayah?" tanya salah satu anak laki-laki yang bernama Kenzo. Kenta mengangguk sambil tersenyum. “Ayah sudah kembali d

  • A Wandering Star   Part 88: Buah Dari Cinta

    X tahu Higiri marah besar, namun ia justru membalas Higiri dengan penuh amarah juga.X lalu berdiri dan berseru, “Aku mengijinkannya? Menurutmu begitu? Mengapa Kenta hanya memberitahuku kehamilan dan rencananya? Mengapa bukan dirimu? Higiri, ia memang mencintaimu, namun ia takut kau tidak mempercayainya!!! Aku mengijinkannya berperang, karena aku tahu dan percaya ia mampu!! Aku tidak akan melakukan kesalahan lagi, seperti kesalahanku kepada Rine! Aku mempercayai Kenta kali ini!! Kau lihat, ia berhasil! Ia berhasil, Higiri! Ia berhasil mengubah total Dunia Musik, ramalan itu tidak terjadi! Kau lihat betapa seluruh penduduk di Dunia Musik sekarang sedang bersenang-senang dan berpesta karena perang sudah tidak ada lagi? Bahkan kau harus melihat langsung wilayah suku Bass dengan matamu sendiri! Itulah yang dikorbankan Kenta! Kau tidak akan pernah mengerti, Kenta sadar bahwa tugasnya lebih berat daripada harus menemanimu di atas ranjang atau singgasana istana suku Harmoni! Kau sendiri sehar

  • A Wandering Star   Part 87: Penyesalan yang Terlambat

    Ada sebuah surat yang tidak terlipat, bertuliskan, "Higiri! Aku hamil! Selamat!! Kau akan menjadi seorang ayah! Aku sangat mencintaimu! Hey, lihat! Aku sudah mual sejak beberapa hari ini, dan aku rasa kita akan memiliki seorang bayi mungil yang akan mewarnai hidupmu di istana ini!"Higiri mulai menangis setelah membacanya, gemetar di tangannya menunjukkan bahwa ia benar-benar tidak percaya apa yang ditulis Kenta. Ia melihat lagi kotak kecil tersebut, dan menemukan benda lain dalam kotak tersebut, satu strip obat yang bahkan Higiri tidak tahu obat apa itu. Ia lalu memasukan obat itu ke dalam saku celananya, lalu menutup kotak kecil berwarna coklat tersebut. Ia lalu meletakkan kembali kotak berwarna coklat tersebut di pojok lemari pakaiannya, lalu menutup lemari tersebut. Higiri lalu keluar dari kamarnya dengan wajah serius, lalu berlari ke arah ruang medis istana. Sesampainya di sana, Higiri mengeluarkan obat tersebut dari saku celananya, dan memperlihatkan kepada mereka, obat mencurig

  • A Wandering Star   Part 86: Akhir Sebuah Perang

    Kaito tersenyum, menurutnya Kenta sudah setuju, dan Kaito mulai berkata, "Baguslah kau sadar, Kenta!! Akhirnya, akhirnya!! Kau akan menjadi milikku selamanya dan kita akan menjadi penguasa nomor satu di Dunia Musik! Katakanlah padaku, bahwa kau berjanji akan setia bersamaku dan suku Bass, sekarang juga!" Kenta hanya bisa menangis sedikit walaupun ia tersenyum kepada Kaito. Kaito lalu memeluk Kenta, dengan perasaan bahagia dan senang. Kenta dengan ragu, meneteskan air mata lagi, lalu menoleh ke arah Higiri dan tersenyum kepada suaminya itu, sambil membalas pelukan Kaito, lalu memejamkan matanya. Higiri melihatnya, hatinya sakit teramat sangat hancur, dan berteriak, "Kenta!!! Tidak!!!! Katakan kau mencintaiku, kau mencintai kami semua!!! Kentaaaaaaaa!!!" teriaknya. Tiba-tiba saja, seberkas sinar mulai muncul, dari Musical Sce milik Kenta. Sinar tersebut mulai membesar, dan semakin lama semakin besar. Melihat sinar berwarna putih gading yang tiba-tiba muncul dari Musical Scale milik Ke

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status