Malam itu, mereka berendam bersama, sangat intim. Menikmati malam penuh bintang dari jendela kamar mandi yang transparan dan tidak terlihat dari luar, sambil berendam berdua saja. Higiri sangat suka memeluk Kenta dari belakang. Tubuh Kenta sangat wangi, ingin sekali Higiri terus mencumbunya. Selesai berendam, mereka lalu mengeringkan badan, dan berbaring di atas ranjang, tanpa busana sama sekali, hanya selimut besar yang menutupi badan mereka. Higiri memeluk Kenta dengan erat saat itu. Namun, Kenta justru memberikan pertanyaan, "Higiri, apa menurutmu, kau siap dengan segala konsekuensinya, atas keputusanmu mengambilku sebagai istrimu?"Higiri menunjukan kebingungannya, justru balik bertanya, "Maksudmu?"Kenta lalu langsung menjelaskan, "Aku sudah berpikir, dan perlahan mulai mengerti. Statusku seharusnya bukan seorang putri, namun seorang pemimpin, maksudku, ratu dari sebuah suku. Ibuku adalah seorang ratu, bukan? Apa menurutmu kau akan bisa memberikan alasan kepada orangtuamu? Bukank
"Apa yang terjadi?!" tanya X dengan wajah penuh penasaran dan terkejut. Kenta lalu menyentuh luka Higiri dengan tangan terbuka, lalu berusaha menyembuhkan luka tersebut dengan energi musik yang dimilikinya. Proses ini bisa kita sebut resurrect. Kenta mulai mengalunkan nada-nada merdu dan tidak butuh waktu lama, cahaya terang mulai menyembuhkan luka sayatan sepanjang delapan sentimeter tersebut dengan cepat hingga tidak berbekas.Untung saja kolam renang itu sudah mulai sepi. "Terima kasih," ucap Higiri, lalu ia mengambil nafas panjang dan berkata, "Aku rasa aku harus mempercepat pernikahan. Seorang pria misterius dengan topeng hitam dan berpakaian serba hitam, menyerangku baru saja di sebuah tempat kosong di pinggir pantai, di sana. Ia memiliki pedang panjang berwarna hitam legam, aku rasa ia salah satu prajurit suku Bass”X terkejut mendengarnya, lalu bertanya "Apa kau sangat yakin?"Higiri mengangguk dan menjawab,"Ia memintaku menjauhi Kenta, dan memintaku untuk mengurungkan niatku
Kenta hanya bisa tersenyum. Higiri yang duduk di sebelahnya, lalu mulai memegang paha Kenta yang lembut. Untung saja taplak meja makannya besar dan panjang ke bawah, sehingga tidak ada yang melihat. "Higiri, sebaiknya kau menahannya," bisik Kenta. "Aku harus menahannya, tentu, karena hari ini sampai besok pagi, kita harus tidur di kamar terpisah. Tidak boleh bertemu sampai aku menjemputmu besok pagi, harap maklum, tradisi," balas Higiri. Malam itu mereka berbincang-bincang setelah selesai makan. Perbincangan yang kurang menarik untuk anak muda, namun sepertinya para orang tua sangat menyukai percakapan tersebut. Kenta mulai merasa kelelahan dan tidak terbiasa jika suasana terlalu ramai, ia lalu meminta izin kepada Raja dan Ratu untuk beristirahat terlebih dahulu. "Silakan, menantuku! Beristirahatlah dengan nyaman, anggap saja istana i j sudah menjadi rumahmu sendiri!" seru sang raja sambil tertawa lebar. Higiri memperhatikan Kenta yang berdiri dan pamit, lalu memberi hormat kepada
Para pelayan yang sudah dari tadi bolak-balik ke sana ke mari, membantu para pelayan lainnya untuk membuat dekorasi pernikahan, sementara para pelayan lainnya sangat sibuk menata dan menyiapkan semuanya termasuk hidangan, jamuan makan. Di dalam kamarnya, Kenta yang sedang tertidur lelap, mendengar suara sebuah piring jatuh di depan kamarnya, sepertinya seorang pelayan menjatuhkannya, ia tiba-tiba terbangun dan langsung berseru, "Gawat, ini jam berapa? Mengapa tidak ada jam! Sungguh aneh!"Lalu ia tersadar bahwa ia sudah tidur di kamarnya sendiri. Kenta juga menyadari bahwa Higiri ternyata sudah menggendongnya kembali ke kamarnya selagi ia tidur sangat pulas, kelelahan karena memikirkan seluruh memori buruk itu. Dari balik pintu kamarnya, tiba-tiba saja, seorang gadis pelayan mengetuk pintu, "Yang Mulia apakah sudah bangun?" teriak gadis pelayan tersebut. Kenta sangat terkejut namun ia menjawab, "Ah, baru saja!"Langsung saja pintu kamarnya terbuka, dan Kenta sangat terkejut dibuatny
Di sisi lain, pesta akan segera dimulai. Higiri melihat ke arah Kenta yang menggandeng lengan X yang berjalan perlahan menuju altar, sambil membawa sebuah buket bunga berwarna putih gading. Ia nampak sangat terpukau dengan penampilan Kenta, sungguh menarik, cantik, dan tidak menyangka bahwa penantian selama sepuluh tahun ini, terbayar sudah, cintanya tidak bertepuk sebelah tangan, dan sebagai bonusnya, Kenta bukan manusia, melainkan juga seorang putri di Dunia Musik, justru dia adalah jackpot bagi suku Harmoni. Sang raja melihat Higiri yang hanya bisa terpaku melihat pengantinnya, lalu berbisik, "Higiri, Higiri, nak, jangan lupa, nak, kau harus mengambil tangannya!”Higiri langsung tersadar, "Oh, oh, iya iya!" jawab Higiri sambil tersipu malu, lalu berusaha berdiri tegak, merapikan jasnya. Sesampainya di hadapan Higiri, X lalu menyerahkan Kenta kepada calon suaminya itu, lalu Higiri mengambil kedua telapak tangan Kenta dan lalu, sang raja memulai prosesi pernikahannya, ia berseru:
Tidak ada jam, memang, di suku Harmoni. Hanya ada tanda waktu sudah mulai malam. Higiri dan Kenta terlihat sudah mulai perlahan masuk ke dalam ruang pesta, lalu bertemu orangtuanya. Sang ratu sangat senang dengan kedatangan keduanya. "Lihatlah pengantin baru kita, ada apa baru jam segini kalian baru menampakkan diri? Dari mana saja kalian?" tanya sang ratu sambil menahan tawa. "Ehem!" sang raja rupanya hanya berdehem, menanggapi ratunya. Kenta sendiri ternyata sudah berganti gaun, ia sudah memakai gaun formal berwarna putih, sangat tersipu malu mendengar candaan yang dilontarkan mertuanya itu. Ia langsung membungkuk, "Maafkan aku! Aku, aku…" ujar Kenta yang menahan ekspresi malunya. Higiri yang melihat tingkah istrinya tersebut, lalu melanjutkan, "Oh, kami baru saja beristirahat sebentar, ah, kalian tahu pasti, aku dan Kenta sangat lelah dan agak panik karena terlalu banyak tamu, maka itu aku mengajaknya beristirahat sebentar!"Mendengar alasan klise itu, raja dan ratu justru ter
Sementara itu, di dunia manusia, kereta istana nampaknya sudah tiba, dan sebuah portal terbuka pas di depan gerbang sebuah sekolah. Sepertinya murid-murid masih berada di dalam kelas sehingga suasana sangat sepi tidak ada orang lewat lalu lalang. Higiri langsung turun, lalu, ia bergegas mengambil langkah seribu menuju taman belakang sekolah dengan wajah yang nampak kesal sekali. Di taman tersebut, terlihat Ichigo sudah menunggu, berdiri di bawah sebuah pohon besar. Mendengar suara langkah kaki Higiri, Ichigo langsung membalikkan badannya, dan langsung menatap Higiri dengan tatapan tajam. Higiri langsung berdiri di depan Ichigo namun menjaga jaraknya dengan wanita itu. Ichigo tertawa kecil lalu memulai pembicaraan, "Kau, seharusnya mencintaiku. Kau tidak seharusnya menikahi wanita itu! Kau pikir semudah itu suku Bass akan melepasmu? Aku sudah mengingatkanmu berkali-kali, jadilah pacarku. Sekarang, aku rasa kau akan mendapatkan akibat dari keputusanmu yang salah itu!”Higiri terkejut,
Ketika ia tiba di istana dalam, dan membuka pintu, yang bisa ia lihat dan dengar, adalah tangisan dan air mata seluruh pengawal dan pelayannya. Higiri terkejut tidak percaya, hatinya seolah sudah tahu ini ulah siapa. Beberapa tempat yang tadinya rindang dan hijau penuh pohon, semua menjadi porak poranda dan hancur, baik di dalam maupun di depan istananya, bahkan di pemukiman penduduk yang dekat dengan istana. Ia langsung berlari dan berteriak memanggil Ardee, sambil berjalan melalui lorong istana yang sudah berantakan. Mendengar tuannya sudah pulang dan memanggil, Ardee langsung muncul dari halaman belakang istana sambil berlari dan menangis. Higiri mendengar teriakan Ardee, lalu bergegas berlari menuju halaman belakang istana. Begitu Ardee menghadap Higiri, ia langsung terjatuh ke lantai sambil berlutut di hadapan Higiri, dan berteriak, "Tuan Muda!!! Tuan!!! Seharusnya kau tidak pergi tadi pagi! Tuan!”Higiri langsung ikut berlutut dan mencengkram bahu Ardee dengan kuat, sambil bert