Home / Young Adult / A SPY IN LOVE / BAB 5: RENCANA B

Share

BAB 5: RENCANA B

Author: Cornflakes
last update Last Updated: 2021-12-23 21:47:34

"Aku .... hmmm sebenarnya ... aku yakin ini bahasa spanyol," gumam Manda. "Namun, aku tidak terlalu lancar bahasa spanyol. Hanya familiar saja."

Gawat. 

"Aku sangat lancar bahasa spanyol," kata Freya. "Aku dibesarkan di sana, kebetulan sekali."

"Tapi, Freya," ucapku meragukan. "Kau pasti tidak bisa membaca gerak bibir."

"Tidak, tapi aku bisa bahasa spanyol," kata Freya meyakinkan.

Manda mengangguk. "Iya, tapi aku tidak bisa bahasa spanyol. Bagaimana caranya aku memindahkan informasi dari apa yang aku lihat kepadamu?" Manda geregetan.

"Oh, iya juga sih." Freya terkekeh.

Temanku yang satu bisa bahasa spanyol, tapi tidak bisa mendengar isi percakapannya. Yang satunya bisa membaca gerak bibir, tapi tidak familiar dengan kata-kata yang diucapkan. Sementara aku? Sibuk mencari rencana B. Lagi-lagi aku tenggelam dalam pikiranku. 

"Aku tahu," gumamku dalam hati. Segera aku mengambil karet gelang dan kutempelkan sebuah alat sadap kecil. Kutarik kuat-kuat sambil memicingkan satu mata untuk memastikan targetku. Kena!

"Aku sudah memasang alat sadap di jaket pria lokal," ucapku pada dua temanku. "Sulit untuk menempelkannya di jaket pria spanyol, terhalang seseorang."

"Aku tidak yakin itu berhasil, Suri," keluh Manda membetulkan letak earphone-nya. "Hanya terdengar teriakan vokalis band."

Freya mengangguk. "Aduh, benar juga. Aku tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan."

Saat kami bertiga berusaha mendengarkan obrolan yang kurang jelas lewat alat sadap, tiba-tiba dua pria bule itu lenyap!

"Gawat," kataku. "Kemana mereka?"

Memang pantas incaranku tadi dijuluki sebagai bandar jaringan internasional. Mereka cepat sekali menghilang. "Mereka ada kemungkinan sedang menghampiri customer lain,"

"Ayo cari!" seru Freya dan Manda.

Kami bertiga berpencar mencari sosok antek-antek Mr. Lion. Tebakanku mereka bukanlah Mr. Lion yang dimaksud oleh Pak Ferdy, mereka hanya anak buah saja.

Setelah lima belas menit berpencar, kami bertiga kembali berkumpul di jendela paling tengah di dalam ruangan. Konser hampir usai. Penonton mulai bubar sedikit demi sedikit. Kami bertiga nyaris kehilangan waktu.

"Tidak kutemukan lagi," kata Freya terengah-engah.

Manda menyeka keringat di keningnya. "Aku juga tidak."

Aku mengangguk cemas. "Tak kusangka mereka menghilang begitu cepat."

"Aku yakin mereka berdua punya kaitan dengan Mr. Lion. Padahal nyaris saja," gerutu Manda mengepalkan jari. "Lewat teropong, aku bisa melihat pria lokal melebarkan jaketnya, dan pria bule seperti sedang mencondongkan tubuhnya ke jaket pria lokal."

"Mereka saat itu pasti sedang melakukan transaksi," celotehku mengomentari. "Menurutku ada dua kemungkinan. Pertama, pria lokal tadi adalah customer terakhirnya, selain itu tidak ada lagi. Tapi seharusnya ada banyak di sini, sih. Karena itu yang paling masuk akal adalah kemungkinan kedua, yaitu kita ketahuan dan mereka mulai waspada."

"Alat sadapnya ada GPS-nya kan, Suri?" tanya Freya.

"Tapi aku pasang di jaket pria lokal," sesalku. "Dan ia juga sudah tidak ada sekarang."

"Tak masalah. Kita bisa ikuti pria lokal itu," ucap Freya asal.

Manda menggeleng. "Jangan bilang kau mau coba mengambil barang bukti."

"Ini bukan misi hitam, Freya," cegahku dengan tatapan tajam. "Bukan kapasitas kita."

Freya memutar bola matanya. "Peduli amat. Kalau kita diam saja, kita akan pulang dengan tangan kosong."

"Mengapa kau begitu ingin memenangkan misi ini?" heran Manda.

"Pasti supaya namamu disebut saat kelulusan misi, agar terdengar kakak kelas incaranmu itu ya?" selidikku tertawa meledek.

Freya cemberut. "Aku tidak memaksa kalian, sih. Aku bisa pergi sendiri."

"Sudahlah," bisik Manda menepuk bahu Freya. "Jika kau ingin mencobanya, aku bersedia ikut."

"Aku juga," timpalku tersenyum. "Ini bukan karena dirimu, tapi aku hanya merasa bertanggung jawab atas misi yang belum tuntas ini."

"Baiklah," kata Freya bersemangat. "Ayo naik ke mobil!"

Sesampainya di mobil, aku berdebar karena cemas seandainya pria lokal itu menyadari kami sudah memasang alat pelacak di jaketnya. "Kalau titiknya berhenti di ruang konser tadi, dia pasti sudah membuang alat penyadapnya, berarti kita sudah ketahuan."

Freya memandang terus ke layar ponsel dengan tatapan penuh harap. "Suri coba lihat! Titiknya bergerak!"

Aku tersenyum. "Bagus. Kita lihat ke mana ia menuju."

****

Related chapters

  • A SPY IN LOVE   BAB 6: MENYELINAP

    Setelah sibuk melacak titik GPS yang sudah terpasang di jaket target, akhirnya kami bertiga sampai di pertigaan yang bercabang ke sebuah rumah."Kita berhenti di sini saja, daripada ketahuan," perintahku sambil menghapus make-up dan segala aksesoris yang mengganggu pergerakanku. "Kita tunggu sampai malam.""Oke," kata Freya mematikan mesin mobil. "Sambil kita susun rencana juga, kalau bisa.""Rencananya adalah," jelas Manda. "Jangan sampai gagal. Minimal dapat informasi tambahan lah.""Iya, tapi lebih baik gagal daripada mengorbankan keselamatan," bantahku. "Misi merah tidak butuh sampai barang buktinya. Hanya informasi saja.""Aku berharap banyak pad

    Last Updated : 2021-12-23
  • A SPY IN LOVE   BAB 7: TERPESONA COWOK GANTENG

    Aku celingak-celinguk mencari CCTV yang dimaksud. Ah, itu dia! Segera aku ambil karet superku, lalu aku tarik kuat-kuat hingga terpental ke arah lensa CCTV hingga retak. "Tembakan yang jitu, Suri!" "Aduh Manda, lama-lama kau terdengar seperti komentator sepak bola," celotehku. Lalu di ujung sana, kudengar Manda malah terkekeh. Setelah memastikan situasi benar-benar aman, aku berpindah tempat mendekati pintu. Keren. Tak kusangka akan semudah ini. "Sepertinya aku tidak bisa lagi memantau sampai ke bagian dalam rumahnya,

    Last Updated : 2021-12-23
  • A SPY IN LOVE   BAB 8: CINDERELLA DADAKAN

    "Oh, memang," kataku kikuk. "Ini kan hari kerja. Kalau sensus penduduk dilakukan pada siang hari, tidak akan ada orang di rumah. Semuanya pergi bekerja.""Alibi yang bagus." sahut Manda."Oh iya, sepertinya tadi kau lupa mengunci pintu," lanjutku basa-basi.Tiba-tiba aku merasa sangat beruntung karena tidak pernah absen mengambil kelas kewarganegaraan. Lalu aku menghela napas, berusaha mengatur irama napasku senormal mungkin. Tapi degup jantungku tetap tidak karuan. Entah karena tertangkap saat menjalankan misi, atau karena tatapan mata cowok ini begitu hangat. Seandainya waktu dapat berhenti sebentar saja."Memangnya apa yang sed

    Last Updated : 2021-12-23
  • A SPY IN LOVE   BAB 9: LELANG MISI

    Keesokan harinya, kami melakukan apel pagi di stadion seperti biasanya. Semua murid dan guru di Elite Mastermind Academy berkumpul di bawah terik matahari pagi yang sehat.Apel pagi diawali dengan kemunculan Pak Catra, selaku penanggung jawab divisi misi kuning."Halo semua, selamat pagi," sapa Pak Catra melambaikan tangan ke seluruh murid yang sedang membentuk barisan rapi, baik putra maupun putri. "Langsung saja, ya. Dari tiga puluh misi kuning, ada empat misi yang akan dilelang pada hari ini."Jika ada misi rahasia yang dilelang, itu artinya misi tersebut telah gagal. Oleh karena itu, misi tersebut akan dilempar ke tim lain dengan cara dilelang. Hadiah dari sebuah misi yang akan dilelang bernilai minimal dua kali lipat poin dari misi baru, jika berhasil. Norma

    Last Updated : 2021-12-30
  • A SPY IN LOVE   BAB 10: COWOK KULKAS

    Dova berdiri bersandar pada tembok, menatapku dengan dingin. "Kau gagal rupanya, Suri."Aku tertawa kecut. "Sebenarnya aku berhasil, kok. Hanya saja saat itu ada sesuatu terjadi."Dova mengangkat bahu. "Nyatanya tadi? Misimu dilelang.""Oke, oke," celotehku melipat kedua lengan. "Terserah mau bilang apa.""Kurasa pergerakanmu kurang cepat, sehingga kau disatukan dengan tim lain yang bisa menutup kekuranganmu," ucap Dova sambil memasukkan tangan ke dalam saku celananya. Serius deh, Dova itu kalau dilihat-lihat keren juga, asalkan ia berhenti bersikap dingin padaku. "Untuk itu, berlatihlah lebih sering, Suri.""Hey, Cordova," seru seseorang. "Jadi ini y

    Last Updated : 2021-12-30
  • A SPY IN LOVE   BAB 11: MENCARI LUKISAN TERKUTUK

    Setelah melalui perjalanan yang cukup lama, akhirnya kami tiba di sebuah tempat di tepi laut. Cuaca terasa sangat panas di sini. Aku, Dova, dan Roy memakai pakaian seperti wisatawan yang hendak liburan ke pantai. Kami memakai baju bercorak, kacamata hitam, dan topi untuk menghalau terik matahari. Kami bertiga memutuskan untuk meninggalkan barang di penginapan yang paling dekat dengan pantai, agar mendukung peran kami sebagai wisatawan. Kami tiba di museum terbesar di kota ini dengan menaiki taxi.Kami bertiga masuk ke dalam museum seusai membeli tiket."Sepertinya bingkai lukisannya yang itu," kataku menunjuk sebuah area yang dikelilingi garis polisi. Lalu aku menoleh ke tempat lain. "Aneh, justru area itu seharusnya paling tersorot CCTV, seharusnya kita punya petunjuk lain yang lebih jelas."

    Last Updated : 2021-12-30
  • A SPY IN LOVE   BAB 12: RUMAH KOSONG

    Atas saran dariku, kami bertiga sepakat untuk menunda misi kami sampai malam tiba. Awalnya Dova sempat melarangku. Katanya, kita ini tidak boleh membuang-buang waktu. Aku lalu menegaskan padanya bahwa jika ingin menangkap ikan di kolam, maka harus bisa menunggu dengan tenang, jangan membuat mangsa kabur ketakutan."Oke, kita pakai strategimu, Suri," ujar Dova mengiyakan.****Setelah kami menunggu hingga malam tiba di penginapan dekat pantai, kami kembali menaiki bus kota ke arah yang sama untuk mendatangi rumah milik Seno Joan dalam gang sempit.Tapi, kali ini kami bukan datang lewat depan.Kami bertiga diam-diam mengintai dari belakang rumahnya. Tadinya a

    Last Updated : 2021-12-30
  • A SPY IN LOVE   BAB 13: KODE PERAK

    Suasana pelabuhan di malam hari begitu sibuk, padat, dan berisik. Rupanya ada beberapa kapal yang baru tiba, diikuti dengan proses bongkar muat barang, dan serbuan keluar dari begitu banyak penumpang. Ada banyak sekali crane dan gudang berpendingin di sekitarku, mungkin banyak hasil tangkapan dari laut disimpan di sana.Kubiarkan angin laut menerpaku. Sejenak aku fokus memandangi langit, lalu mulai mengintai diam-diam ke barisan perahu jauh di depanku. Sekilas, tak terlihat adanya sesuatu yang mencurigakan.Aku mendekat ke arah dermaga.Barisan perahu semakin terlihat jelas. Tidak terlalu banyak, hanya ada lima atau enam. Mungkin sebelumnya sudah ada banyak perahu yang berangkat membawa nelayan pergi melaut di sore hari menjelang malam. Tidak sulit bagiku untuk menemukan seb

    Last Updated : 2021-12-30

Latest chapter

  • A SPY IN LOVE   BAB 28

    Aku memutuskan untuk bersembunyi di dalam gudang besar itu. Tak ada pilihan lain. Setidaknya, aku bisa mengulur waktu sampai Dova dan Manda datang, untuk menghindari hal yang tidak-tidak. Lagi pula, aku jadi bingung sendiri. Sebagai mata-mata, seharusnya aku yang mengejar target. Sekarang sepertinya justru aku yang dijadikan target pengintaian oleh seseorang bertopi di belakangku. Jadi terbalik.Aku merapat ke dinding gudang setelah mengunci satu-satunya pintu dengan sangat rapat. Aku bahkan menyeret beberapa ikat jerami untuk diletakkan di balik pintu, supaya tidak mudah dibuka. Sejauh ini, tak ada siapapun di dalam gudang selain aku.Sesaat kemudian, aku mendengar samar-samar suara derap langkah seseorang dari luar gudang. Sangat pelan, nyaris tak terdengar. Dia bukan orang biasa.

  • A SPY IN LOVE   BAB 27

    "Hari ini aku mengumpulkan kalian semua di sini untuk mengemban sebuah misi dengan tanggung jawab cukup besar." Pak Ferdy menatap kami semua satu persatu dengan serius. Tak ada suara lain yang berani menyela.Aku kini berada di sebuah ruangan khusus yang kedap suara di EMA. Hal itu aku ketahui dari dindingnya yang dilapisi karpet putih dan jendelanya yang tertutup rapat. Ruangan ini sebenarnya terlalu luas untuk menampung kami semua para audiens yang hanya berjumlah kurang lebih enam orang, yaitu aku, Dova, Manda, dan dua orang dari tim misi hitam, dan satu orang sniper. Kami semua, termasuk Pak Ferdy, duduk mengelilingi sebuah meja oval dengan dilengkapi satu monitor tiap satu kursi.Ada alasan mengapa aku, Dova, dan Manda dimasukkan ke dalam tim misi khusus. Alasan utamanya bisa saja karena kami bertiga sempat berinteraksi sebelumn

  • A SPY IN LOVE   BAB 26

    Sudah tiga hari berlalu semenjak kejadian kurang menyenangkan di Gedung Red River. Aku kini berada di asrama EMA yang biasanya. Barusan aku diantar pulang oleh para pengajar yang turut menemaniku saat proses interogasi di markas kecil milik CIA. Pak Ferdy membebaskanku seharian, khusus hari ini saja. Jadi, aku tidak perlu melakukan apapun yang berkaitan dengan misi merahku sebelumnya. Tetapi, aku tidak bisa diam saja. Otakku terus menerus menampilkan reka adegan di mana Freya dan aku berseteru malam itu.Jadi, aku putuskan untuk menyelidiki Freya. Segera aku buka laptop kesayanganku dan mulai mencoba membobol data-data dari sistem cloud milik sekolahku sendiri. Pak Ferdy pasti akan geleng-geleng kepala kalau ia tahu apa yang sedang aku lakukan saat ini.Baru saja aku hendak menerapkan serangkaian SQL sederhana, jendela kamarku tiba-tiba terbuka sendiri. Please ini kan masih pagi. Semenjak aku masuk sekolah ini, tidak pernah ada hari tenang b

  • A SPY IN LOVE   BAB 25

    "Aku yakin kau akan mempertimbangkan tawaranku." Vilas melompat ke gedung terdekat tanpa terlihat takut ketinggian sama sekali. Helai rambutnya berkibar-kibar tertiup angin malam. Ia lenyap begitu saja.Bisa-bisanya ia pergi meninggalkan Fia dan aku dalam kondisi terikat begini?!Saat aku mulai merasa semakin melemah, aku mendengar begitu banyak derap langkah dari pintu rooftop. Ini membingungkan. Barusan ada peluru nyasar, sekarang sepertinya ada pasukan berlari menuju ke tempatku. Aku menebak mereka semua sedang mengejar Vilas yang sekarang sudah tidak kelihatan lagi batang hidungnya. Cowok itu benar-benar pergi secepat kilat."Jangan bergerak!!!"Aku terperanjat dengan seruan ancaman yang menyeruak tiba-tiba. Benar saja, derap langkah yang saling berlomba itu semakin jelas terdengar. Aku tidak tahu pasukan itu di pihak mana. Aku tidak tahu keadaan akan jadi lebih buruk atau tidak. Yang jelas, masa

  • A SPY IN LOVE   BAB 24

    Berhubung di sini terlalu gelap, aku memicingkan mataku agar dapat melihat lebih fokus. Aku mengarahkan penlight yang sinarnya sudah hampir sekarat untuk memastikan siapa sosok yang ada di hadapanku. Rupanya aku mengenalinya."Wow," sindirku saat aku benar-benar bisa mengenali wanita itu dengan jelas. "Kau bercanda? Tentu saja aku masih ingat padamu, Freya."Aku cukup terkejut. Antara percaya dan tidak dengan apa yang aku lihat, aku kini memasang pose pertahanan yang paling kuat. Tanpa perlu repot-repot mengeceknya, aku langsung tahu kalau pintu di belakangku ini sudah terkunci. Ditambah lagi tidak ada jendela sama sekali di ruangan ini. Tak ada pilihan lain, yaitu menghadapi rekan se-almamater yang berkhianat."Jadi kau itu double agent?" geramku. Aku mulai bisa membaca situasi. "Pada siapa kau bekerja?"Freya tertawa dengan misterius. Ia bukan lagi Freya yang aku kenal. Tidak, tidak. Bahkan aku dul

  • A SPY IN LOVE   BAB 23

    Aku terperanjat. "Hah?! Kok bisa?""Hari ini ia ada les privat dari jam satu sampai jam dua siang," jelas Pak Tomi dengan suara gemetar. "Tapi sampai jam segini, ia belum juga pulang. Di tempat les juga tidak ada."Jadi, ternyata ini bukan soal perjodohanku lagi."Sebentar, ya. Aku usahakan pulang hari ini." Aku segera menutup teleponnya.Gina dan Aldi menatapku dengan heran."Teman-teman," ujarku mencoba menjelaskan. "Sepertinya ada sedikit masalah di rumahku, dan aku ingin menunda keberangkatanku di misi ini. Aku akan melapor dulu ke Pak Ferdy." Aku melangkah menghampiri pintu keluar perpustakaan.

  • A SPY IN LOVE   BAB 22

    Sisi lain dalam diriku memberontak. Bagaimanapun juga, aku tidak boleh larut dalam percakapan ini. Aku tidak mau sampai membocorkan rahasia apapun pada Vilas, walaupun tampaknya ia tidak berbahaya sama sekali, selain tatapan matanya, gestur, dan senyuman mautnya. Oh, lagi-lagi aku melamun sambil memandangi wajahnya.Aku buru-buru mengisyaratkan pada Vilas untuk berhenti berdansa. Lalu aku berbalik menghadap tamu-tamuku yang sejak tadi tak terjamah olehku. Pelan-pelan aku duduk di kursiku, dan Vilas berjalan kembali ke tempatnya. Aku tidak boleh membuang waktu mereka lebih banyak lagi."Dengan adanya acara pemilihan calon suami untukku ini, aku jadi bertanya-tanya, apakah diri kita sendiri benar-benar bisa diandalkan dalam hal memilih pasangan?" tanyaku di sela-sela keheningan setelah musik klasik untuk dansa dimatikan. "Maksudku, bag

  • A SPY IN LOVE   BAB 21

    "Selamat datang di rumahku," sapaku penuh percaya diri pada seluruh tamu yang duduk mengelilingi meja makan. "Aku Suri Stoka, putri tunggal dari mendiang Mojo Stoka."Pak Tomi juga ikut tersenyum pada para tamu. "Para tamu kita ini adalah bagian dari bisnis keluarga yang berdiri sudah sangat lama," jelasnya dengan nada formal. "Untuk mempererat hubungan baik ini, kita semua akan mengadakan pemilihan calon pasangan bagi Nona Suri secepatnya. Silakan kepada para calon untuk memperkenalkan diri."Salah seorang dari empat cowok itu terlihat sedang disikut-sikut oleh kedua orang tuanya untuk segera memperkenalkan dirinya. Ia tampak gugup dan gemetaran."A-Aku Abra ... "Tadinya aku pikir namanya adalah Abra ... Kad

  • A SPY IN LOVE   BAB 20

    Malam harinya, aku duduk termenung di atas tempat tidurku sambil memandang jendela. Mungkin hampir setengah jam aku di sini, tak melakukan apapun. Dalam benakku, ada yang berbeda dari hari ini, tapi aku sendiri bingung apa itu. Entah mengapa kini aku merasa sangat ingin tahu siapa pengirim surat milik Dova. Apakah benar itu surat cinta? Ah, buat apa aku peduli pada si cowok kulkas itu! Buru-buru aku menarik selimutku dan merebahkan kepalaku di atas bantal, lalu aku memejamkan mataku beberapa saat, berharap aku segera terlelap. Semoga malam segera berganti pagi, melenyapkan lelah yang terperangkap dalam tubuhku. Setengah jam berlalu. Ternyata aku tidak bisa tidur. Sama sekali. Kepalaku dipenuhi re

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status