Seberapa lama amarah diam dalam diri kita? Selama beberapa detik, menit, atau bahkan jam serta hari? Sebesar apa pun amarah, jika berhubungan dengan orang yang kita sayangi, amarah bisa lenyap sendirinya.
Sebagai kakak yang baik dan bijak, Mila membujuk Ratna agar tidak marah pada Josh dan calon menantunya lagi. Lebih baik mereka dikasih wejangan dan disarankan untuk menikah.
“Gak kasihan sama calon menantu kamu?” Ratna sedikit kesal mendengarnya, hatinya seperti belum siap melihat kenyataan. Anaknya dan calon menantunya sama-sama belum lulus kuliah.
“Tapi, Kak ....”
“Kenapa, hmm?” Mila tertawa ringan, dia pun merasakan bagaimana masalah yang menimpa keluarga adiknya, sudah merasa malu karena sempat merendahkan gadis yang kemarin menemuinya, ternyata benar, anaknya menghamili gadis itu.
“Cuma gak siap aja,” keluhnya sembari menarik ingus yang hampir mengenai bibirnya.
“Enggak apa-apa, panggil aja calon men
“Gimana bisa ya, orang bunting masuk kelas.”“Ini pertama kalinya loh, di fakultas kita ada yang begitu!”“Malu-maluin banget gak, sih?”“Perasaan udah gede, harusnya dewasa pikiran bukan pikiran kotor yang disewakan!”Seperti itulah cemoohan yang diterima Verana ketika baru saja sampai di kelas, rasa malu dan marah bercampur jadi satu. Siapa yang menyebarkan?“Kok berhenti jalannya? Mau lahiran ya?” ejek seorang gadis seumuran Verana. Bibirnya memang modis, tapi kelakuannya hari ini berhasil membuat hati Verana sedih.“Maksud kamu apa?” Dengan memberanikan diri, Verana mengangkat kepalanya, mencoba melawan Arisa, si gadis modis.“Bukannya ini rahasia umum, ya? Kamu hamil di luar nikah!”“Kamu jangan sok tahu ya?” Tangan Verana mengepal hendak meninju wajah Arisa. Selain modis dia juga
“Aku hamil.” Dua kata yang terucap dari bibir tipis milik Verana Axelia membuat Josh pacarnya menganga kaget dan bola matanya memancarkan ketakutan. “Kita kan pakai pengaman, Ra,” elak Josh. Lelaki tampan yang bertelanjang dada dan mengenakan celana boxer itu menghela napas kesal. Hasrat yang belum tersalurkan malam ini membuatnya kesal menahan amarah dan gejolak tubuh. Dia memandang Verana—pacarnya yang duduk di tepi kasur dengan dress selutut warna hitam. Gadis itu tidak menangis namun tatapan matanya kosong ke depan. Test pack yang semula ada di genggamannya sudah tergeletak di atas lantai lantaran Josh tidak percaya. Josh dan Verana sama-sama mahasiswa semester enam di Universitas Indonesia. Josh mengambil jurusan Hukum dan Verana mengambil jurusan Manajemen Akuntansi. Meski berbeda jurusa, tetapi kedua sejoli ini satu perasaan. Hanya saja ketika gadis itu mengaku bahwa dia hamil membuat Josh sedikit kesal. “Ini ma
Verana melirik jam di dinding, sudah pukul lima sore. Dengan gemetar, dia memungut bajunya yang ada di lantai. Nasib sial datang, penyesalan menggerogoti. Penolakan Josh untuk menikah membuatnya menghela napas kembali. Saat mereka bersiteru, Josh langsung menciumi seluruh wajah Verana dan memaksanya untuk memuaskan hasratnya. Verana yang emosi tentu saja menolak, tapi kekuatan Josh bisa mengalahkan gadis itu. Verana tersenyum kecut memandang ranjang yang sudah berantakan akibat ulah mereka berdua. Ya, meskipun menolak tubuhnya menginginkan, Josh berhasil menidurinya dan mereka berdua berhubungan badan. Setelah mengenakan bajunya, gadis itu bergegas ingin pergi tapi ponselnya tiba-tiba berbunyi. Meskipun malas tapi tetap meraihnya. Tubuh gadis itu langsung menegang ketika melihat nama penelepon. ‘Ayah’ Verana belum mengangkatnya, dia takut. Apakah kehamilannya sudah terbongkar? Dari mana ayahnya tahu? Bahkan Veran
Terhitung setelah kejadian di apartemen, Josh tidak mau menampakkan batang hidungnya seminggu terakhir ini membuat Verana ketar-ketir sendiri. Berulang kali Verana menunggu di parkiran khusus fakultas Hukum, rela naik turun tangga dari lantai satu ke lantai tiga dengan posisi mengandung. Tetap saja Josh menghilang seperti ditelan bumi, bertanya pada teman seangkatannya juga tidak ada hasil. Bahkan Jafin, sahabat Josh mengaku tidak tahu menahu keberadaan Josh, lelaki brengsek itu. “Aduh, keburu besar ini perut,” gumam Verana kesal. Setelah jam kuliah selesai dan tidak ada satu pun yang berhasil singgah di otak Verana, dia memutuskan untuk mendatangi rumah orang tua Josh. Dia mendapat informasi ini dari Jafin. Tanpa mengganti baju, Verana langsung saja memesan ojek online dan menuju rumah orang tua Josh. Blus berwarna biru, rok hitam selutut dan sepatu pancus hitam serta tas selempang yang tersampir di bahu berisi
Seperti pencuri yang tertangkap basah, Verana pasrah diseret Ratna, yang mengaku sebagai ibunda Josh. Mendengar bel dan ketukan di pintu mengganggu aktivitas membaca majalahnya terganggu. Asisten rumah tangganya sedang pamit mandi, mau tidak mau Ratna harus membuka pintu rumah. “Sebenarnya nama kamu siapa?” tanya Ratna menyelidik. Setelah menarik tangan Verana secara paksa dan gadis itu pasrah, wanita yang masih terlihat awet muda itu menyuruh Verana duduk di sofa. “S-saya Verana, Tante.” Meskipun kesal lantaran menyebut nama anaknya brengsek, tapi wanita itu tetap menerima uluran tangan Verana. Setelah tangan Ratna menyentuh kening Verana, keduanya sama-sama terdiam. Ratna dengan tatapan penuh tanya dan menyelidik, Verana yang takut, cemas dan gelisah. “Terus?” Setelah terdiam cukup lama, Ratna membuka obrolan lagi. “Emm, saya mau ketemu Josh, Tante.” Verana sangat gugup dan me
Setelah mengambil tas dari sofa, Verana gegas meninggalkan ruang tamu yang mewah itu. Kertas itu sama sekali tidak diberikan coretan barang setitik pun. Marah, kecewa, kesal, panas menjalari tengkuknya, napas tidak teratur, meski malam sudah datang membawa angin yang menyejukkan. Verana merasa gerah. “Sialan!” Itu adalah kata terakhir setelah dia pamit pada satpam dan menerima kartu nama pemilik rumah itu. . Tak berselang lama setelah Verana meninggalkan rumahnya, Ratna menghela napas lega. “Huh, memangnya saya gampang ditipu?” Ratna mencebikkan bibirnya merasa bangga karena bisa memberantas seorang Verana yang dianggapnya penipu. “Papa pulang!” Teriakan dari pintu depan itu membuat wanita itu berhenti mengoceh. Dka segera menyambut suami tercintanya yakni ayah Josh. Menikmati teh hangat dan bersantai di ruang keluarga, Ratna dan Josh bercerita ten
Meski manusia memang makhluk paling istimewa, ada satu yang menguasai manusia dan menjadikannya lemah, perasaan. Perasaan manusia bisa berubah kapan pun, keadaan apa pun dan susah dikontrol. Terkadang senang berlebihan, esoknya sedih berlebihan, terkadang bisa jadi pendiam, bisa juga jadi cerewet, seiring waktu yang berjalan. Begitu juga dengan Josh dan Verana, yang setahun lalu berpacaran menganggap dunia milik mereka berdua, tidak peduli dengan pandangan orang lain. Namun sekarang mereka berdua tengah pusing menghadapi masalah yang mereka perbuat. Merasa orang paling menderita di dunia ini. Setelah cek dengan dokter kandungan, menebus susu ibu hamil, makan di restoran, kini kedua sejoli itu berada di kontrakan Verana. Verana yang tiduran menggunakan paha pacarnya sebagai bantalannya, dan Josh yang fokus memainkan ponselnya. “Kita sudah cek ke dokter, jadi sebelum perut aku besar, kita harus nikah.” Keheningan mulai meninggalkan mereka
Usia kandungan Verana sudah memasuki trimester pertama. Dia masih bisa bernapas lega karena perutnya belum terlalu buncit, namun dia sendiri selalu kesal karena muntah, baik itu pagi, siang dan malam. Morning sicknees. Verana harus menahan sesuatu yang tidak enak di perutnya dan memuntahkannya. Ditambah lagi dengan Josh, pacarnya yang tidak mau bertanggung jawab itu. Dia masih berusaha membujuk Josh agar mereka segera menikah, namun Josh egois. Setelah membeli susu ibu hamil waktu itu, mabuk, Josh memilih sibuk sendiri. Berangkat kuliah sendiri, seperti saat dia pertama kali kuliah. Pacarnya itu juga sudah jarang berkunjung ke kontrakannya. Hari ini dia berniat menuntut tanggung jawab Josh ke rumah orang tuanya, lagi. Meski sudah pernah diusir dan direndahkan oleh ibunya Josh, dia tidak akan menyerah sebelum Josh tanggung jawab. Dan hari ini dia sudah meminta izin pada komtingnya tidak masuk kelas. Verana terus berdoa selama bera
“Gimana bisa ya, orang bunting masuk kelas.”“Ini pertama kalinya loh, di fakultas kita ada yang begitu!”“Malu-maluin banget gak, sih?”“Perasaan udah gede, harusnya dewasa pikiran bukan pikiran kotor yang disewakan!”Seperti itulah cemoohan yang diterima Verana ketika baru saja sampai di kelas, rasa malu dan marah bercampur jadi satu. Siapa yang menyebarkan?“Kok berhenti jalannya? Mau lahiran ya?” ejek seorang gadis seumuran Verana. Bibirnya memang modis, tapi kelakuannya hari ini berhasil membuat hati Verana sedih.“Maksud kamu apa?” Dengan memberanikan diri, Verana mengangkat kepalanya, mencoba melawan Arisa, si gadis modis.“Bukannya ini rahasia umum, ya? Kamu hamil di luar nikah!”“Kamu jangan sok tahu ya?” Tangan Verana mengepal hendak meninju wajah Arisa. Selain modis dia juga
Seberapa lama amarah diam dalam diri kita? Selama beberapa detik, menit, atau bahkan jam serta hari? Sebesar apa pun amarah, jika berhubungan dengan orang yang kita sayangi, amarah bisa lenyap sendirinya. Sebagai kakak yang baik dan bijak, Mila membujuk Ratna agar tidak marah pada Josh dan calon menantunya lagi. Lebih baik mereka dikasih wejangan dan disarankan untuk menikah. “Gak kasihan sama calon menantu kamu?” Ratna sedikit kesal mendengarnya, hatinya seperti belum siap melihat kenyataan. Anaknya dan calon menantunya sama-sama belum lulus kuliah. “Tapi, Kak ....” “Kenapa, hmm?” Mila tertawa ringan, dia pun merasakan bagaimana masalah yang menimpa keluarga adiknya, sudah merasa malu karena sempat merendahkan gadis yang kemarin menemuinya, ternyata benar, anaknya menghamili gadis itu. “Cuma gak siap aja,” keluhnya sembari menarik ingus yang hampir mengenai bibirnya. “Enggak apa-apa, panggil aja calon men
Usia kandungan Verana sudah memasuki trimester pertama. Dia masih bisa bernapas lega karena perutnya belum terlalu buncit, namun dia sendiri selalu kesal karena muntah, baik itu pagi, siang dan malam. Morning sicknees. Verana harus menahan sesuatu yang tidak enak di perutnya dan memuntahkannya. Ditambah lagi dengan Josh, pacarnya yang tidak mau bertanggung jawab itu. Dia masih berusaha membujuk Josh agar mereka segera menikah, namun Josh egois. Setelah membeli susu ibu hamil waktu itu, mabuk, Josh memilih sibuk sendiri. Berangkat kuliah sendiri, seperti saat dia pertama kali kuliah. Pacarnya itu juga sudah jarang berkunjung ke kontrakannya. Hari ini dia berniat menuntut tanggung jawab Josh ke rumah orang tuanya, lagi. Meski sudah pernah diusir dan direndahkan oleh ibunya Josh, dia tidak akan menyerah sebelum Josh tanggung jawab. Dan hari ini dia sudah meminta izin pada komtingnya tidak masuk kelas. Verana terus berdoa selama bera
Meski manusia memang makhluk paling istimewa, ada satu yang menguasai manusia dan menjadikannya lemah, perasaan. Perasaan manusia bisa berubah kapan pun, keadaan apa pun dan susah dikontrol. Terkadang senang berlebihan, esoknya sedih berlebihan, terkadang bisa jadi pendiam, bisa juga jadi cerewet, seiring waktu yang berjalan. Begitu juga dengan Josh dan Verana, yang setahun lalu berpacaran menganggap dunia milik mereka berdua, tidak peduli dengan pandangan orang lain. Namun sekarang mereka berdua tengah pusing menghadapi masalah yang mereka perbuat. Merasa orang paling menderita di dunia ini. Setelah cek dengan dokter kandungan, menebus susu ibu hamil, makan di restoran, kini kedua sejoli itu berada di kontrakan Verana. Verana yang tiduran menggunakan paha pacarnya sebagai bantalannya, dan Josh yang fokus memainkan ponselnya. “Kita sudah cek ke dokter, jadi sebelum perut aku besar, kita harus nikah.” Keheningan mulai meninggalkan mereka
Setelah mengambil tas dari sofa, Verana gegas meninggalkan ruang tamu yang mewah itu. Kertas itu sama sekali tidak diberikan coretan barang setitik pun. Marah, kecewa, kesal, panas menjalari tengkuknya, napas tidak teratur, meski malam sudah datang membawa angin yang menyejukkan. Verana merasa gerah. “Sialan!” Itu adalah kata terakhir setelah dia pamit pada satpam dan menerima kartu nama pemilik rumah itu. . Tak berselang lama setelah Verana meninggalkan rumahnya, Ratna menghela napas lega. “Huh, memangnya saya gampang ditipu?” Ratna mencebikkan bibirnya merasa bangga karena bisa memberantas seorang Verana yang dianggapnya penipu. “Papa pulang!” Teriakan dari pintu depan itu membuat wanita itu berhenti mengoceh. Dka segera menyambut suami tercintanya yakni ayah Josh. Menikmati teh hangat dan bersantai di ruang keluarga, Ratna dan Josh bercerita ten
Seperti pencuri yang tertangkap basah, Verana pasrah diseret Ratna, yang mengaku sebagai ibunda Josh. Mendengar bel dan ketukan di pintu mengganggu aktivitas membaca majalahnya terganggu. Asisten rumah tangganya sedang pamit mandi, mau tidak mau Ratna harus membuka pintu rumah. “Sebenarnya nama kamu siapa?” tanya Ratna menyelidik. Setelah menarik tangan Verana secara paksa dan gadis itu pasrah, wanita yang masih terlihat awet muda itu menyuruh Verana duduk di sofa. “S-saya Verana, Tante.” Meskipun kesal lantaran menyebut nama anaknya brengsek, tapi wanita itu tetap menerima uluran tangan Verana. Setelah tangan Ratna menyentuh kening Verana, keduanya sama-sama terdiam. Ratna dengan tatapan penuh tanya dan menyelidik, Verana yang takut, cemas dan gelisah. “Terus?” Setelah terdiam cukup lama, Ratna membuka obrolan lagi. “Emm, saya mau ketemu Josh, Tante.” Verana sangat gugup dan me
Terhitung setelah kejadian di apartemen, Josh tidak mau menampakkan batang hidungnya seminggu terakhir ini membuat Verana ketar-ketir sendiri. Berulang kali Verana menunggu di parkiran khusus fakultas Hukum, rela naik turun tangga dari lantai satu ke lantai tiga dengan posisi mengandung. Tetap saja Josh menghilang seperti ditelan bumi, bertanya pada teman seangkatannya juga tidak ada hasil. Bahkan Jafin, sahabat Josh mengaku tidak tahu menahu keberadaan Josh, lelaki brengsek itu. “Aduh, keburu besar ini perut,” gumam Verana kesal. Setelah jam kuliah selesai dan tidak ada satu pun yang berhasil singgah di otak Verana, dia memutuskan untuk mendatangi rumah orang tua Josh. Dia mendapat informasi ini dari Jafin. Tanpa mengganti baju, Verana langsung saja memesan ojek online dan menuju rumah orang tua Josh. Blus berwarna biru, rok hitam selutut dan sepatu pancus hitam serta tas selempang yang tersampir di bahu berisi
Verana melirik jam di dinding, sudah pukul lima sore. Dengan gemetar, dia memungut bajunya yang ada di lantai. Nasib sial datang, penyesalan menggerogoti. Penolakan Josh untuk menikah membuatnya menghela napas kembali. Saat mereka bersiteru, Josh langsung menciumi seluruh wajah Verana dan memaksanya untuk memuaskan hasratnya. Verana yang emosi tentu saja menolak, tapi kekuatan Josh bisa mengalahkan gadis itu. Verana tersenyum kecut memandang ranjang yang sudah berantakan akibat ulah mereka berdua. Ya, meskipun menolak tubuhnya menginginkan, Josh berhasil menidurinya dan mereka berdua berhubungan badan. Setelah mengenakan bajunya, gadis itu bergegas ingin pergi tapi ponselnya tiba-tiba berbunyi. Meskipun malas tapi tetap meraihnya. Tubuh gadis itu langsung menegang ketika melihat nama penelepon. ‘Ayah’ Verana belum mengangkatnya, dia takut. Apakah kehamilannya sudah terbongkar? Dari mana ayahnya tahu? Bahkan Veran
“Aku hamil.” Dua kata yang terucap dari bibir tipis milik Verana Axelia membuat Josh pacarnya menganga kaget dan bola matanya memancarkan ketakutan. “Kita kan pakai pengaman, Ra,” elak Josh. Lelaki tampan yang bertelanjang dada dan mengenakan celana boxer itu menghela napas kesal. Hasrat yang belum tersalurkan malam ini membuatnya kesal menahan amarah dan gejolak tubuh. Dia memandang Verana—pacarnya yang duduk di tepi kasur dengan dress selutut warna hitam. Gadis itu tidak menangis namun tatapan matanya kosong ke depan. Test pack yang semula ada di genggamannya sudah tergeletak di atas lantai lantaran Josh tidak percaya. Josh dan Verana sama-sama mahasiswa semester enam di Universitas Indonesia. Josh mengambil jurusan Hukum dan Verana mengambil jurusan Manajemen Akuntansi. Meski berbeda jurusa, tetapi kedua sejoli ini satu perasaan. Hanya saja ketika gadis itu mengaku bahwa dia hamil membuat Josh sedikit kesal. “Ini ma