Share

Bertemu Tuan Aroon

Penulis: The Lucky
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-29 16:08:42

Sepanjang perjalanan pulang Alessandra mengutuk pria tua bangka itu. Beraninya sekali dia bertindak seberani itu padanya.

"Mervile, apakah image-ku sudah begitu rendah di hadapan dunia?" tanyanya pada bodyguard-nya yang fokus mengemudi.

"Hanya orang dungu yang berspekulasi dini tanpa bukti, Nona." Mervile menjawab.

Alessandra mendengus, "Andai saja aku tidak sepenuhnya percaya pada Sabrina."

Mervile tersenyum kecil seraya menggeleng, lalu berkata, "Tidak perlu disesali sesuatu yang sudah terjadi Nona. Itu tidak akan mengembalikan yang sudah hilang."

Alessandra kembali mendengus, "Kau benar. Tak ada gunanya. Sekarang aku menjadi model yang terbuang."

Alessandra menatap datar ke luar jendela. Rasanya baru kemarin ia merasakan puncak kejayaannya.

Namun kini semua itu hilang sia-sia.

***

Setelah pertemuan itu Alessandra kembali berkutat pada ponselnya.

Ia kembali menjelajah kontak yang akan ia hubungi untuk menawarkan kerja sama.

"Yeay, aku mendapatkannya!" serunya ketika satu nomor ia temukan.

Sebenarnya ada beberapa kliennya yang tidak memutus kontraknya. Namun, karena ia dikeluarkan dari agensinya, maka secara otomatis kontrak itu terputus.

Dan yang akan ia hubungi itu adalah beberapa klien itu.

"Halo, Tuan ... apakah saya bisa melanjutkan kerja sama kita tanpa terikat agensi?" ucap Alessandra ketika sambungan terhubung.

"Sayang sekali. Jika saja Anda menghubungi lebih awal. Beberapa waktu lalu Top Stories sudah mengajukan model lain dan saya menyetujuinya," jawab orang yang menerima panggilan Alessandra.

"Sayang sekali. Baiklah, terima kasih atas waktunya Tuan," ucap Alessandra, lalu memutus sambungan.

Alessandra kembali menjelajah kontaknya, lalu kembali menelepon satu kontak.

"Halo, Tuan ..." sapanya.

Orang di seberang itu menjawab, "Hem ..."

"Maaf mengganggu waktu Tuan. Saya ingin menanyakan perihal kerja sama kita Tuan," ucap Alessandra bersemangat.

"Kerja sama? Yang mana? " tanya orang itu terdengar acuh.

"Brand kosmetik baru perusahaan Anda. Anda lupa?" tanya Alessandra nampak heran.

"Kau yang tak tahu. Kemarin Top Stories mengajukan model penggantimu," ucap orang itu.

"Lalu?" Alessandra mengerutkan kening yang tentu tak terlihat lawan bicaranya itu.

"Tentu saja aku menyetujuinya. Bodoh jika aku terus mempertahankan model yang sedang jatuh sepertimu,'' jawab orang itu dengan nada sarkastis.

Alessandra nyaris mematikan sambungan itu. Namun urung karena terdengar orang itu memanggilnya.

"Alessandra. Aku menawarkan kontrak lain. Jika berminat besok datanglah ke perusahaanku."

Alessandra bergembira. Setidaknya ada harapan untuknya.

"Baik Tuan, saya akan datang," jawab Alessandra seketika yang tak bisa menyembunyikan kegembiraannya.

***

Alessandra dan bodyguard-nya telah sampai di kantor pusat seseorang yang kemarin memberi tawaran kontrak kerja sama baru.

Seorang pria dengan setelan jas biru dongker menghampirinya.

"Nona, Tuan menunggu Anda. Mari ikuti saya," ucap orang itu seraya berjalan.

Alessandra mengangguk lalu mengekori langkahnya. Pun, Mervile mengekori langkah majikannya.

Setelah berada di depan pintu sebuah ruangan besar, orang itu berbalik dan berkata, "Silakan masuk Nona. Namun, Tuan menginstruksikan hanya Anda yang boleh ke dalam."

"Oh, ok. Dia bodyguard saya. Dia bisa menunggu di sini," kata Alessandra menyanggupi.

Mervile berkata sebelum majikannya itu masuk, "Nona. Jangan ulangi kesalahan yang sama."

Alessandra berbalik, lalu berkata, "Kau tenanglah. Aku sudah pernah berkerja sama dengannya. Jadi simpan kecurigaanmu itu."

"Tapi Nona ..." Mervile menarik tangan Alessandra supaya menghentikan langkahnya.

"Mervile! Kau bekerja atas perintahku. Bukan sebaliknya!" seru Alessandra seraya menghempas tangan Mervile. Kemudian, ia masuk ke dalam.

Mervile mendengus kasar menatap pintu yang sudah tertutup dan pria penunjuk jalan itu.

***

Seorang pria memakai jas hitam sedang duduk di kursi kerjanya. Pria itu terlihat tampan meski usianya tak lagi muda. Jika dikira-kira mungkin usianya sekitar 50-an.

"Selamat datang Alessandra Adelle Aro," ucap orang itu menyambut kedatangan Alessandra yang terlihat berjalan ke arahnya.

"Terima kasih karena Tuan menyempatkan waktu untuk saya," ucap Alessandra sopan.

Pria itu berdiri dan beranjak ke sofa ruangan itu.

"Kemari Alessandra. Duduk di sini," ucapnya sembari menepuk sofa sampingnya ia duduk.

Alessandra melangkah lalu duduk di sofa itu.

"Terima kasih Tuan. Jadi, kontrak apa yang Anda tawarkan kemarin?" tanya Alessandra.

Pria itu tersenyum kecil. "Santailah dulu Alessandra. Jangan terburu-buru, " ucapnya.

Sebenarnya Alessandra merasa canggung sekarang.

"Kau ingin minum apa? Karyawan akan membawakan untukmu," ucap pria itu lagi.

"Tidak perlu Tuan," sahut Alessandra. Matanya mengamati interior ruangan itu.

"Oh, ayolah. Jangan bersikap formal," ucap pria tersebut sembari tangannya bergerilya di paha Alessandra.

Alessandra yang tersadar ada sesuatu yang bergerak di pahanya pun terperangah. Lantas ia menghempas tangan nakal itu seraya berkata, "Apa yang Anda lakukan?"

Pria itu sedikit terkejut, lalu segera mengondisikan tubuhnya. Seolah merapikan jasnya yang tidak berantakan sama sekali.

"Okelah. Kita diskusikan sekarang mengenai tawaran itu," ucap pria itu seolah mengalihkan keadaan.

"Begini Nona cantik, perusahaanku baru saja meluncurkan produk baru. Mungkin saja kau berminat menjadi BA-nya."

"Produk?" tanya Alessandra.

"Lingerie," jawabnya datar namun tatapannya sulit diartikan. Dan ... sedikit nakal.

Netra Alessandra terbelalak. Pasalnya ia tak pernah mengambil kontrak semacam itu sebelumnya.

"Tidak adakah yang lain Tuan?" tanya Alessandra mencoba bernegosiasi.

Pria itu berdiri lantas mengedikkan bahu.

"Hanya itu yang kosong. Kebetulan kau orang pertama yang kutawarkan tentang ini. Jika tidak berminat, banyak model lain yang mengantre untuk mendapatkan kontrak ini."

Alessandra menimbang-nimbang sebentar hingga akhirnya ia mengambil kontrak itu. Sebagai seorang model, seharusnya bersikap profesional, pikirnya.

"Baca lalu tanda tangan, ok," ucap pria itu sembari menyodorkan kertas yang berisi perjanjian kerja sama.

Alessandra membacanya dengan seksama. Tidak ada poin yang memberatkan dan merugikan dirinya di dalamnya. Sehingga ia tak ragu membubuhkan tanda tangannya.

"Ok. Deal. Kita adalah rekan kerja," ucap pria itu seraya menjabat tangan Alessandra setelah surat dokumen itu diserahkan padanya.

"Kapan saya mulai pemotretan?" tanya Alessandra.

"Segera. Aku akan mengondisikan team dulu."

"Baiklah, jika sudah tidak ada yang didiskusikan lagi, saya pamit undur diri. Terima kasih untuk kerja samanya," ucap Alessandra yang sudah berdiri.

Pria itu menatap kepergian Alessandra dengan tatapan ... ah, entah apa namanya.

***

Mervile terlihat mondar-mandir.

Setelahnya, terlihat pintu terbuka. Alessandra keluar dari ruangan itu.

Dengan keadaan selamat tanpa kehilangan satu pun dari tubuhnya. Menepis kecemasan Mervile yang sedari tadi nampak gelisah.

"Simpan ini selain kecurigaanmu tadi," ucap Alessandra seraya menyodorkan map berwarna hijau.

"Apa ini Nona?" tanya Mervile yang mengekor langkah majikannya.

"Kujelaskan di mobil saja. Cepatlah berjalan. Kau sangat lambat."

Mervile pun mempercepat langkahnya.

***

"Mervile, dengar! Karena aku kehilangan semua termasuk manajerku, jadi kau harus menjadi seorang yang multi peran. Kau harus menjadi sopirku, asistenku, bodyguard-ku, dan manajerku."

Alessandra berbicara di dalam mobil.

"Cuma-cuma Nona?" tanya Mervile tanpa mengurangi konsentrasinya menyetir.

"Tentu. Tanpa gaji karena kau masih dihukum," jawab Alessandra.

Tanpa ragu bodyguard itu menjawab, "Baiklah, sesuai perintah Nona."

Alessandra tersenyum menikmati kepatuhan Mervile, lalu berkata, "Dokumen itu berisi perjanjian kerja sama antara aku dengan Tuan Aroon. Kau simpan baik-baik."

Pria yang telah ditemui secara eksklusif Alessandra tadi adalah Aroon. Seorang bos besar perusahaan produsen kosmetik. Dan entah mengapa kini bisnisnya merambah ke dunia fashion.

Mervile bertanya, "Anda dipercaya mempromosikan produk apa Nona?"

Alessandra menjawab acuh, "Lingerie."

Hampir saja kepala Alessandra terbentur dasbor karena tindakan Mervile yang ceroboh mengerem mendadak.

Alessandra melotot. "Kau ingin mencelakakanku? Oh Tuhan, sebelumnya orang luar yang ingin aku jatuh, kini bodyguard-ku sendiri yang menginginkan aku mati," seloroh Alessandra seraya menekan dadanya yang berdetak tak karuan.

"Maafkan saya Nona. Saya terkejut mengetahui Anda mengambil kontrak itu," ucap Mervile yang kini menghentikan aktivitas mengemudi.

Bab terkait

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Undangan Pesta Tuan Aroon

    Alessandra memicingkan mata. "Apakah kau menilaiku ceroboh memilih pekerjaanku sendiri? Aku tahu yang terbaik untukku," ucap Alessandra yang sebenarnya ragu dengan ucapannya sendiri. "Maaf jika saya lancang. Tapi, sebelumnya Anda tidak pernah terlibat pekerjaan yang ..."'Ekstrim', lanjut Mervile dalam hatinya. Tidak berani untuk mengatakan di depan majikannya itu. Khawatir model yang sedang redup karirnya itu tersinggung dengan ucapannya. "Lanjutkan saja ucapanmu. Aku tidak akan marah. Aku hanya bertindak profesional," ucap Alessandra seraya membetulkan seatbelt, padahal seatbelt itu masih melekat sempurna di tubuhnya. Mervile yang sudah mulai mengemudi lagi itu berkata, "Tidakkah Anda berpikir tentang masa depan Anda? Maksud saya, nama Anda masih belum sepenuhnya bersih meskipun Anda terbebas."Alessandra mendengus pelan. Sebenarnya apa yang dikatakan bodyguard-nya itu sudah dipikirkan olehnya sebelum menandatangani dokumen itu. "Hentikan debat ini Mervile. Kau bukan kutugaskan

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-29
  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Jadilah Wanitaku!

    Seorang wanita cantik dengan polesan lipstik warna merah maroon itu tengah berjalan masuk melewati pintu balai perusahaan yang menjadi tempat party. Semua pasang mata, khususnya milik kaum adam terpana memandangnya. Ia yang menggunakan gaun panjang warna dongker dengan belahan panjang hingga lutut itu sukses menghipnotis tamu undangan. "Wow, betapa menakjubkannya dirimu, Alessandra."Tuan Aroon yang terpana dari awal menyambutnya seraya mengecup mesra punggung tangan Alessandra. Alessandra sedikit canggung, namun segera menampilkan senyum yang semakin membuat wajahnya terlihat ayu. "Kau benar-benar menghipnotis seluruh tamuku," puji Tuan Aroon sekali lagi. Alessandra tersenyum simpul, lalu menjawab, "Terima kasih untuk pujiannya."Tuan Aroon menggeleng, "Bahkan kau berhak mendapatkan segalanya bukan hanya pujian."Alessandra mendengus, "Saya sudah pernah mendapatkannya."Tuan Aroon menatap wajahnya lekat-lekat. Melihat ada keputusasaan di wajah ayu yang sekarang menjadi pusat per

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-29
  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Tuan Aroon Lebih Segalanya!

    Sehari setelah acara party, Mervile menghadap Alessandra dengan map warna hijau di tangannya. Kejadian di malam party itu menggerakkan Mervile untuk mengetahui apa tujuan Tuan Aroon sebenarnya. "Saya mendapatkan satu kejanggalan dari surat perjanjian ini, Nona. Apakah Anda tidak menyadarinya?" Mervile menyodorkan map yang sudah terbuka itu. Alessandra yang sedang melakukan manicure pedicure itu pun menghentikan aktivitasnya. Skandal itu membuatnya harus melakukan apapun di apartemen--menjauhi keramaian yang berpotensi menghadirkan wartawan. Alessandra menautkan alisnya, "Apa maksudmu?""Baca poin yang terakhir, Nona."Alessandra meraih map itu lalu matanya menelisik, "Poin terakhir tertulis peraturan bisa berubah sesuai kehendak pihak pertama."Alessandra menatap Mervile, "Apa yang salah dari kalimat ini?" Alessandra meletakkan dengan malas map itu dan Mervile mendengus lemah. Nonanya itu masih saja loading lama. "Apa? Bagaimana bisa Tuan Aroon melakukan ini?" Alessandra tersentak

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-10
  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Deal, Kita Partner Mesra!

    Tuan Aroon menikmati aroma segar rockrose mix patchouli dari tubuh yang saat ini ia dekap erat tanpa perlawanan, bahkan seakan melemah dan menikmati. Sepertinya aroma ini akan membuatnya candu selain bagian tubuh terfavorite-nya itu. "Kenapa kau justru menggunakan parfum aroma manly Sayang, biasanya aroma vanilla dan cokelat yang kaummu sukai, hmm?" tanya Tuan Aroon dengan mata terpejam tanpa berpaling dari leher jenjang Alessandra. "Sudah berapa wanita yang An--" suara Alessandra terdengar diselingi napas memburu. "Sudahlah Sayang, jangan bahas yang lain, aku sangat menikmati aromamu ini. Sangat suka," bisik Tuan Aroon masih dengan mata terpejam. Detik berikutnya sepasang manik keduanya saling bertemu hingga kemudian kedua bibir saling beradu. Tak terdengar lagi kata-kata. Satu menit kemudian pakaian Alessandra terangkat, mengekspos tubuh putih seputih kapas tanpa noda yang semakin membuat Tuan Aroon berdecak kegirangan. Beberapa detik lalu tangannya bermain-main di wilayah itu,

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-11
  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Hadiah dari Tuan Aroon

    Alessandra bertelanjang di depan cermin panjang. Maniknya mengamati seluruh tubuh mulusnya, dan berhenti tepat di bagian dadanya. Ada banyak tanda merah di sana. Ia menggeleng. "Pria paruh baya penuh gairah," lirihnya seraya berdecak geli. Suara dentingan notifikasi ponselnya mengalihkan atensinya. Segera ia memakai kimono mandinya. "Tuan Aroon, kau sangat manis sekali. Tanpa kuminta kau ..." lirih Alessandra seraya menatap layar yang menampilkan E-banking. Tuan Aroon telah mentransfer €800.Sedetik kemudian terdengar pintu ruangannya diketuk membuat senyum mengembangnya beringsut mengempis. "Ada apa Mervile?" tanyanya ketika pintu dibuka. "Di lobby ada asisten Tuan Aroon, dia ingin bertemu Anda."Alessandra bergegas menemuinya setelah mengganti busananya. Asisten itu menyapa setelah menunduk. "Saya Morgan asisten Tuan Aroon. Dan pasti setelah ini kita akan sering bertemu," tutur Morgan dengan senyum ramah yang membuat Mervile muak melihatnya. Mervile tiba-tiba maju. "Anda ke

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-12
  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Nona Cinta Tidak dengan Saya?

    "Nona cinta tidak dengan saya?"Ups! Ucapan spontan sekali lagi keluar dari mulut Mervile. Sepertinya korelasi antara hati dan lidahnya mengalahkan otaknya saat ini. "Maksud saya ... saya sangat cinta dengan pekerjaan saya ini. Bagaimana dengan Nona, cinta tidak dengan dedikasi saya selama ini?"Mervile sangat pandai mengendalikan suasana dan menyimpan kegugupannya. Alessandra meneguk minuman karbonasi rasa lemon sebelum akhirnya menjawab, "Aku suka karena aku tidak perlu pusing memikirkan pengeluaran untuk menggajimu."***Kembali ke apartemen ketika malam, Alessandra dikejutkan dengan adanya seorang yang berada di depan pintu utama apartemennya. "Selamat malam, Nona. Ini dari Tuan," ucap Morgan seraya mengulurkan tangan yang memegang beberapa buket bunga mawar merah. Alessandra menerimanya dengan setengah terpaksa. "Ini terlalu berlebihan."Morgan tersenyum dan menggeleng, "Tuan saya cara mengekspresikan rasa cintanya memang berbeda. Ini kali pertama saya melihatnya seperti ini.

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-13
  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Meraih Kembali Bianco Skin

    Kedua insan layaknya sepasang merpati itu saat ini tengah menatap layar datar televisi setelah aktivitas yang keduanya lakukan. TV itu baru saja dinyalakan. Alessandra meletakkan kepalanya di dada bidang Tuan Aroon yang sedang bersandar di headboard ranjang. "Saya tidak menyangka Anda masih konsisten dengan kesepakatan kita," ujar Alessandra. Tuan Aroon berkata datar dan sedikit sombong, "Itu keunggulanku. Nilai plus dariku yang tak akan kau dapatkan dari lelaki lain."Tak dipungkiri Alessandra, ia mengakuinya. Meskipun seluruh ucapan Tuan Aroon tidak benar karena Alessandra belum pernah menjalin hubungan dengan pria mana pun. Alessandra selalu memprioritaskan karirnya sehingga tak sedikit lelaki yang ia tolak cintanya. "Kau ingin mobil warna apa, hmm?" tanya Tuan Aroon, tangannya mengusap lembut punggung Alessandra. "Saya tidak ingin mobil," sahut Alessandra sembari memainkan jemarinya di dada yang menjadi bantalnya itu. "Ok. Nanti saja kita bahas. Sekarang coba beritahu mengap

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-14
  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Pengusaha ataukah Mafia?

    Kulit-kulit biji matahari matang nampak berserakan di mana-mana. Malam ini Alessandra asik menikmati snack biji kuaci sembari menatap layar ponselnya, namun tak lama bergelut dalam zona nyamannya itu karena satu pesan video yang dikirim Tuan Aroon padanya. Maniknya yang semula berair karena menonton acara komedi berubah membesar sebesar bola kasti. Pasalnya, dalam video yang dikirim Tuan Aroon, berisi gambar seorang pria yang babak belur penuh lebam. Wajah pria itu familier baginya meski tertutup warna matang seperti buah blueberry.Segera Alessandra menelepon Tuan Aroon untuk memastikan. "Apa dia pria itu Tuan?" tanyanya ketika panggilan tersambung. Terdengar suara berat Tuan Aroon, "Iya. Apakah kau puas?" Alessandra menggeleng meski tak mungkin terlihat oleh manik Tuan Aroon. "Itu berlebihan Tuan. Saya tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya," ucap Alessandra dengan suara rendah. Terdengar Tuan Aroon menyahuti, "Kau sungguh pemurah hati!"Setelah itu telepon mati. Alessand

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-15

Bab terbaru

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Epilog

    Bali, Indonesia. “Hei, kau mencuri ciuman dariku, Tuan Muda,” protes Alessandra sembari mencipratkan air ke wajah Axel. Suaminya yang tampan itu justru menyeringai tanpa rasa bersalah lalu berenang ke tepi kolam. “Aku cemburu pada laut,” sahut Axel, lalu sorot matanya yang tajam tetapi teduh itu terarah pada hamparan laut biru sepanjang matanya memandang. Kolam tempat mereka berenang sekarang menjorok langsung ke laut biru yang menawarkan panorama indah memanjakan mata nan jiwa. Fasilitas dari villa yang mereka tempati selama bulan madu kedua—begitu mereka menyebutnya. “Beberapa menit yang lama pandanganmu tak teralihkan darinya, matamu memandang penuh ketakjuban seolah kau rela menukarkan jiwamu dengannya.”Alessandra mengulum senyumnya. “Kau lebih seperti mendeskripsikan perasaanku padamu, Tuan Muda.” Alessandra mendekati Axel, menciptakan riak seiring tubuhnya bergerak. Axel bersiaga menyambutnya dengan segenap partikel dalam tubuhnya yang bersorak gembira. Mengalungkan lengan

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Hari Yang Bahagia

    Beberapa hari setelah insiden pembunuhan di hotel. Seorang sipir mengantarkan seorang wanita dengan mata sembab, tatapannya layu dan ia berjalan bak tanpa nyawa menuju tempat pertemuan dengan tersangka kriminal. Apa salahnya pada Revano sehingga pria itu menghukumnya? Padahal, Rheea telah banyak membantu pria itu. Rekaman kecelakaan Marchelle beberapa waktu lalu yang diterima Revano, itu salah satu bantuannya. Rekaman itu milik suami Rheea yang meninggal beberapa tahun lalu. Suami Rheea satu di antara rival Aroon. Mereka terlibat pertarungan sengit dalam bisnis. Suatu hari yang beruntung, suaminya berhasil mendapat kelemahan pria itu. Setelah beberapa saat dipersilakan menunggu, ia melihat seorang pria berambut putih dengan tangan diborgol diarahkan duduk di depannya. “Apa yang salah, Revano?” Rheea, dengan suaranya yang lemah menuntut jawaban pembunuh putranya. “Aku lepas kendali,” sahut Revano, menyesal. “Rheea, aku pantas mendapat murkamu.”Rheea tersenyum kecut. “Tahukah kau b

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Tanpa Mawar Merah dan Cincin

    Cahaya matahari pagi menjadi alarm bangun dari lelapnya bagi dua insan yang kelelahan akibat aktivitas panas semalam. Mengerjapkan mata, Alessandra terkejut dengan ceruk leher yang berjarak hanya beberapa senti dari hidungnya. Lalu ia mendongak dan saat itu pula tatapannya bertemu dengan mata biru yang lebih dulu memperhatikannya dalam diam. “Selamat pagi,” ujar Axel dengan senyum tersungging di bibirnya. “Nyenyak?” Alessandra mengangguk canggung. Setelah apa yang terjadi semalam, masih pantaskah ia merasa canggung? “Alessa, aku berutang banyak penjelasan padamu. Maukah kau mendengarnya?” Axel memulai pembahasan setelah mencium kening wanita yang ia dekap posesif. Alessandra sudah akan menjawab sebelum perutnya merasakan gejolak tak nyaman. Dengan segera tangannya mendorong dada Axel dan beranjak dari kasur dengan suara khas perempuan hamil. Ia diserang mual hebat. Ia berlari melintasi ruangan menuju wastafel. Ia memuntahkan cairan bening dari dalam perutnya. Axel mengejarnya de

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Tamatnya Riwayat Sabrina

    “Tidak ada pilihan lain,” ucap Alessandra saat melihat mobilnya yang merupakan hadiah dari Tuan Aroon dulu. Tak ingin membahayakan janinnya, ia mengekang sifat egoisnya yang ingin pergi tanpa dibayang-bayangi apa pun tentang Tuan Aroon. Selain mobil hadiah dari pria itu, ia tak memiliki kendaraan lain. Tak mungkin ia berjalan kaki, bukan? Alessandra sudah berada di balik kemudi, menghidupkan mesin. Lalu menjalankan kendaraan itu, meninggalkan rumah yang beberapa waktu ini telah menampungnya bak nyonya besar. Beberapa saat kemudian ia telah sampai di tempat yang membuatnya meneteskan air mata. Ia cukup tegar beberapa waktu lalu tak menangis saat mendapati fakta pahit itu. Namun, saat melihat bangunan cafe yang diwariskan ayahnya, air mata itu dengan sendirinya mengucur. “Aku sangat merindukanmu, Ayah.”Ia segera turun dan menghambur ke dalam bangunan. Malam ini ia akan bermalam di cafe. Tersedia kamar karyawan untuk istirahat dan malam ini ia akan menggunakannya. “Maafkan Mama, Sayan

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Tersingkapnya Sebuah Rahasia

    Mata Alessandra memeriksa ponselnya secara berkala. Hampir tengah malam, tetapi Tuan Aroon belum pulang. Pria yang ia panggil daddy itu berkata akan pergi bermain golf bersama beberapa rekannya. Tetapi itu sore tadi, dan sekarang? Di mana pria itu? Ia pun sudah menelepon beberapa kali, tetapi tak dapat jawaban. Untuk mengalihkan pikiran negatif dan mengusir rasa bosan karena menunggu, Alessandra memutuskan membaca buku. Hanya perlu melintasi beberapa ruangan untuk mencapai ruang perpustakaan pribadi Tuan Aroon. Tangannya mencari saklar, menyalakan lampu. Pemandangan rak-rak tinggi berbahan kayu mahoni menjulang dengan buku-buku menyambut penglihatannya. Ia bergerak ke sisi kiri lalu meraih satu bacaan buku. Ia ingin relaks, novel komedi menjadi pilihannya. Lalu ia membawa serta novel itu ke sofa, duduk dan membacanya dengan santai. “Lain waktu, kubacakan dongeng Cinderella untukmu, Sayang,” katanya, menunduk pada perutnya yang masih rata. “Kau pasti akan menyukai dongeng tentang k

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Andrew dan Sabrina

    “Mobil sialan!” Axel memukul keras setir, mengumpat kesal saat mobil yang dikemudikannya itu mati tiba-tiba. Padahal, ia harus menghadiri acara grand opening hotel rekannya. Dia mengedarkan pandangan di sekelilingnya, pepohonan lebat menjulang di kanan-kirinya. Dia masih berada di wilayah leluhurnya. Hutan ini milik keluarganya dan rumahnya berdiri megah di tengah hutan ini. Tangannya terulur membuka pintu. Saat sebelah kakinya menjejak tanah, tiba-tiba tubuhnya diseret lalu pukulan bertubi-tubi dialamatkan ke wajahnya. Tubuh Axel terjengkang ke belakang, pukulan beralih ke perutnya. Darah muncrat dari hidungnya. Aroma darah segar tercium di udara. Perutnya terasa nyeri. “Kau pikir, kau akan selamat dariku, heh?“ Tuan Aroon menjulang di depannya dengan tatapan bak serigala. Hasratnya menghabisi Axel bangkit setelah mendapat laporan dari orang-orangnya. Tak sia-sia waktu berjam-jam ia gunakan menunggu di balik pepohonan setelah memasang jebakan. Akhirnya dia menyeringai saat ban it

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Harta Tak Ternilai

    Alessandra yang masih terpejam dan dibalut selimut tebal merasakan cahaya hangat menerpa wajahnya, kemudian ia pun menghalau dengan telapak tangannya sambil bermonolog, "Apa ini sudah pagi?""Ini sudah tengah hari, Baby. Jam dua belas siang."Mendengar suara orang yang beberapa hari ini hanya dapat ia dengar dari telepon itu pun membuat Alessandra seketika membuka mata. "Daddy?"Alessandra melihat Tuan Aroon memeluknya dan tersenyum padanya. Pantas saja ia merasakan selimutnya semakin tebal dan hangat. Apa mungkin Tuan Aroon memeluknya semalaman? pikirnya. "Kapan Daddy datang?" "12 malam, Babe." Tuan Aroon kian mengeratkan pelukannya sambil menghirup aroma yang beberapa hari ini ia rindukan. "Ish. Kenapa Daddy tidak membangunkanku semalam?" "Ketika aku membuka pintu kamar ini, fokus mataku langsung tertuju padamu yang sudah terlelap. Dalam keadaan tidur pun kau terlihat cantik, Babe." Tuan Aroon kini mempertemukan wajah keduanya saling berhadapan. Tangannya membelai wajah wanita h

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Cek Kehamilan Bersama Ayah si Janin

    Alessandra sungguh tidak mengira bahwa orang yang mengantarkannya hingga sampai rumah sakit adalah sopir gadungan. Terlebih orang itu adalah Axel, orang yang paling ia hindari selama ini.'Bagaimana bisa, huh! Orang itu memang banyak akal.' Alessandra bermonolog dalam batinnya. Alessandra kini melihat Axel menghadapnya dengan memamerkan senyum sambil menaikturunkan satu alisnya. "Kau memang tak pernah berubah." Alessandra berkata dengan nada ketus. "Tepat sekali! Aku memang selalu menempatkanmu di hatiku, tak akan ada yang berubah." Alessandra membuang muka. Tak ingin mendengar yang ia anggap omong kosong itu. "Penipu," gerutunya sembari mengarahkan pandangannya pada luar jendela. Axel kemudian memakaikan topi pada kepala Alessandra dan memakaikan masker. "Hari ini sepertinya rumah sakit terlihat banyak pengunjung," ucapnya. Axel kemudian terlihat keluar dari mobil setelah menutupi sebagian wajah tampannya dengan masker, ia lalu membukakan pintu mobil untuk Alessandra, hingga se

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Alessandra tanpa Tuan Aroon sementara

    Pagi ini sudah lebih dari sepuluh menit Alessandra mengalami mual hebat akibat kehamilannya. Di saat seperti ini biasanya ada Tuan Aroon di sisinya yang selalu siaga. Namun, pagi ini pria itu tak ada di dekatnya. Sudah semenjak dua hari ini ia sedang berada di luar kota untuk mengecek ketersediaan bahan baku kosmetik. Hal yang tak bisa ia wakilkan pada siapapun. "Ugh. Begini rasanya jadi wanita hamil," lirihnya sambil melihat perutnya yang masih datar setelah menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang. Tak terasa ia kini mengarahkan tangannya pada perut. Ia lalu mengusapnya dengan lembut. Sesuatu yang belum pernah ia lakukan semenjak ia dinyatakan berbadan dua. "Kau benar hadir di sini?" ucapnya sambil terus mengelus. Matanya terlihat berkaca-kaca. Ia masih terus mengelus perutnya. "Maaf, baru menyapamu," ucapnya lagi. Kini matanya tak hanya berkaca-kaca, namun mata itu telah meneteskan airnya."Aku bahagia kau hadir. Sangat bahagia. Kau mengobati rasa kehilanganku terhadap seseor

DMCA.com Protection Status