Tidak ingin berpikiran apa pun serta tidak ingin tahu keadaan Azyumardi. Zeira pun bergegas menutup pintu kamar untuk beristirahat yang sebelumnya berbicara pada Neni, "Besok antar Teteh beli beberapa pakaian Zidan, ya Nen. Kamu tidurlah di sini sekalian temani Teteh malam ini. Teteh merasa tak enak hati." Neni pun menjawab pelan, "Bulan ramadhan mana ada yang akan berbuat aneh-aneh di kampung kita ini, Teh." "Entahlah Nen, perasaan Teteh tak karuan...." Penuturan Zeira tersebut diikuti dengan memastikan mengunci pintu kamarnya.Neni bergegas mengamparkan tikar beserta kasur lantai. Sementara Zidan sudah terlelap di atas dipan. Kemudian Zeira pun duduk di pinggir dipan dekatnya sedangkan pikiran juga perasaannya sepintas pada mantan suaminya. Suami yang meninggalkannya demi masa depan yang cerah. Akan tetapi mendung hitam menghadang hingga terjadinya badai menghancurkan segala asa hingga mengakibatkan hubungan sakral itu hancur berkeping-keping bahkan mereka sekarang sudah tidak la
"Nizam, Tommy itu sangat menyukai Zeira semenjak tahu kalau Kamu mengkhianatinya. Tommy ingin melindungi serta membuat bahagia istrimu, sayangnya istrimu tidak menyukainya hingga akhirnya direnggut paksa harga dirinya semalam." Mark sedang mencoba memberikan penjelasan agar Nizam mengurai prasangka buruknya pada Zeira. Nizam terdiam mendengar itu, dia sendiri merasa bingung apa yang semestinya dilakukan. Perasaan benci dan terpatrinya rasa cinta di dalam hatinya pada mantan istrinya menyebabkan dia tak menentu. Cinta pada Zeira tak bisa pudar begitu saja, namun benci pun telah hadir karena egois dari dalam dirinya sendiri. Sedangkan Zeira sendiri sudah ada di dalam ruang sidang kasus pemerkosaan pada dirinya sendiri. "Aku mencintai wanita itu, Aku memang menginginkannya semenjak dulu." Suara Tommy menggema begitu memasuki ruangan. Pandangannya pada Zeira yang semenjak dari tadi memperhatikannya. "Teh, Teteh tidak mencintainya?" Neni berbisik pelan di kuping Zeira yang memang dia du
"Apa? Anak Nizam?""Zidan??"Azyumardi agak bertanya-tanya akan jawaban spontan dari Zeira dan dia memang tidak tahu apa maksudnya.Zeira hening mendengar jawaban serta reaksi dari Azyumardi yang dirinya mengerti kalau tujuan Azyumardi meneleponnya bukan karena Queena. "Mbak telepon Zeira, ada apa?" Tanya Zeira kemudian."Aku hamil, Zeira...." Kata-kata Azyumardi terputus dengan melanjutkan menarik napasnya sangat kasar. "Alhamdulillah...." Spontan sekali Zeira menjawab. "Tapi bukan dengan suamiku! Bahkan aku tahu kalau suamiku tidak bisa membuatku hamil, kendati dia tidak mandul!" Pernyataan Azyumardi membuat Zeira tertegun dan langsung menghadap kepada Neni. Neni menegaskan alisnya tanda ingin tahu apa maksud tolehan dari Zeira tersebut."Teta, Teta tak takut dosa?" Zeira bertanya sesingkat mungkin, karena dia tidak percaya kalau sosok berkelas seperti Azyumardi bisa berprilaku macam sampah yang tak terkendali melemparnya kemanapun."Syahrizal tak pernah memberikanku kepuasaan. Dia
Kini, taksi pun sudah berada di depan taman yang terkenal dengan puluhan juta kuntum bunga tulip di dalamnya. Yeah, sangat indah. Dan, itu membuat kedua mata bulat Zeira terpukau. "Thank you, Mister!" ucap Zeira sembari memberikan 15 euro pada sopir taksi dan bergegas keluar. Sopir taksi hanya tersenyum dan langsung melajukan kembali taksinya untuk mencari penumpang lain. Sebelum menjelajah lebih jauh, Zeira mengambil kamera dan mulai mengoperasikannya. Sembari senyumannya kembali menyimpul di bibirnya. Akan tetapi terhenti sejenak begitu mendengar handpone-nya berdering. Perlahan dia mengambil benda tersebut dari dalam tasnya. "Mister Mark?" setelah diketahui yang menelpon adalah bos-nya. "Yes, Sir?" jawaban pelan keluar dari mulutnya begitu telah tersambung. "Zeira, Kamu di mana?" tanya Mark di ujung sana. "Zeira sedang berjalan-jalan sejenak di Lisse, Mister. Ada apa?" sahut Zeira kemudian. "Di Keukenhof?" tebak Mark. Zeira menjawabnya dengan senyuman tanda membenarkan. "Okey, have
"Jangan asal melenyapkan orang! Aku nggak mau masuk penjara!" Pungkas Nizam tegas. "Percayakan semuanya padaku!" Tambah Nizam kemudian. Lalu dia pun mengajak Mark untuk kembali ke apartemen dan mereka sesaat selama di Belanda memang tinggal di satu apartemen dengan Zeira kendatipun beda kamar serta Zeira sendiri tidak mengetahuinya.Mark dan Nizam sedang berusaha menyelamatkan kehidupan yang dipenuhi dengan ketidakpastian. Mark masih mengikuti hawa nafsu. Penyebabnya, tidak ingin keluarganya tersakti terlebih lagi kedua putrinya tak mau berbagi ayah. Nizam sendiri tak tahu pasti akan akhir dari sebuah perjalanan hidupnya. Pastinya sekarang hanya kepasrahaan dan mencoba menerima yang ditakdirkan oleh Maha Kuasa. Mahu tidak mahu Nizam pun harus menerima putrinya, Queena. Itu merupakan konsekuensi yang harus ditelannya kendati pahit.Lalu, apa iya Zidan akan mencintainya? Hmm, cinta itu lahirnya dari kedekatan hati & kasih sayang yang tulus juga nyata. Sementara Nizam dia bahkan telah me
Ya, Mark merasa sudah tenang dengan apa yang telah dilakukan oleh orang bayarannya. Betul, sekarang Laura sudah ada di dalam sebuah rumah pasca telah dihilangkan paksa janin dalam perutnya. "Duh...." Suara Laura parau hingga nenek tua menghampirinya. "Syukurlah kalau kamu baik-baik saja...." Ujar nenek tua yang di sini bertugas menjaganya. "Nenek, aku ada di mana?" Tanya Laura dengan mata menyisir ruangan. Badannya mulai diangkat dan sekarang duduk menyandar pada dipan yang ditidurinya. "Ini rumah Nenek, tadi suami Nenek menemukan Kamu tergeletak di ujung jalan. Kamu kelelahan rupanya...." Sebuah sandiwara yang direncanakan oleh orang bayaran Mark. Hubungan Laura dan Mark sudah ada titik temu. Laura sudah kehilangan bayinya. Itu, akan memudahkan Mark untuk memperbaiki hubungan antara dirinya dan keluarganya.Tak apalah berbuat nista sejenak kendati itu dilakukan secara sadar hingga menyisakan ketidakadilan bagi pihak wanitanya dan membuatnya berada dalam situasi sangat rumit. Semoga
"Nizam?" Sentak Zeira begitu tahu kalau yang di depan matanya adalah mantan suaminya. "Lantas siapa lagi yang suka ke sini?" ujar Nizam sembari menatap lekat wajah sosok yang dipinangnya setelah lulus kuliah itu. Zeira berdecih kasar, dia pun merasa kembali terintimidasi. Padahal apa pun yang dilakukannya adalah hak dia sepenuhnya. Nizam tak berhak mengometari ataupun ingin tahu sedikit pun. Cepat sekali Nizam masuk ke dalam apartemen Zeira tanpa diperbolehkan olehnya. "Nizam!!!" Zeira kini membentak. "Kamu mau apa ke sini?" tambahnya agak menyolot. Nizam menoleh pada Zeira sembari mengerutkan dahinya. "Zeira, Kamu bukan dirimu!" Nizam seakan memberikan sebuah penghakiman padanya. "Iya, Aku berubah! Lantas apa maumu?" sergah Zeira.Nizam seolah ditantang, dia pun langsung naik pitam. Tangan menarik tubuh Zeira dan membanting ke atas tempat tidur hingga tengkurap. "Jangan gara-gara Kamu bisa ke sini dan mendapat penghasilan sendiri Kamu menjadi kurang ajar!" Desisan Nizam terdengar
Tidak begitu lama suara Azyumardi pun terdengar jelas di ujung sana. "Queena di sini... dan Teta pun sudah melahirkan seorang putra." -Setahun Yang Lalu- Aminah dan Adityawarman langsung datang ke Sukabumi begitu dikabarkan oleh Azyumardi bahwa Queena ada di sana. Juga, bermaksud akan mengajak Zeira juga Zidan untuk tinggal bersama mereka di Padang. Mereka telah membuka diri serta menerima Zeira. Sayangnya, setelah sampai di Sukabumi Zeira sudah tidak ada dan Zidan tidak ingin ikut dengan mereka seolah anak kecil ini telah merekam semua kejadian masa lampau. "Zidan tidak mau bersama Nenek dan Kakek!" Teriakannya itu membuat Adityawarman terdiam sejenak hingga dan mengingat bagaimana dirinya mengorbankan Zidan ccucunya demi harta. Air mata bapak tua ini mengalir tak terbendung lagi karena menyesal kesempatannya dulu sempat bersama Zidan disia-siakan begitu saja. Sementara Azyumardi tengah merangkai sebuah drama agar rahasianya tidak terbongkar. -Flashback on- Malam yang sepi di an