Raut wajah mereka tampak lega melihat seekor naga dan para monster juga menghilang. Duke Leon menyegel semua asap naga yang menyerang mereka ke dalam peti khusus.
Hari sudah menjelang sore, tidak disangka untuk melawan seekor naga dan para monster menghabiskan waktu satu hari. Mereka juga gagal menyelamatkan orang lain dari serangan monster.
Altair dan semua orang yang ikut bertarung melawan perlahan turun dari atas langit mereka semua berkumpul di halaman kediaman Onder de melihat ke arah sisa tubuh pelayan keluarga Onder de. Nicon turun dari badan naga kesayangannya.
Melihat dari pakaiannya dia adalah pelayan wanita semua orang berkabung Duke Leon melihat darah yang sudah mulai mengering dari tubuhnya segera mengambil tindakan.
Dari bawah tubuh mayat muncul beberapa kain putih membungkus badan mayat badan itu melayang dan kain yang berada di bawah mulai melapisinya menutupi seluruh badannya.
Setelah tertutup dengan sempurna Duke Leon juga me
melihat kalian suka membaca cerita author membuat hatiku senang
Altair berjalan menuju lorong, dia sudah tidak tetidur selama selama beberapa hari. Raja Benedict dan para pengendali Mana masih sedang sibuk berdiskusi persoalan kejadian kemarin. Altair yang sedang berdiri di belakang jendela perpustakaan sambil melihat ke tanah lapang dimana Mary sedang menangisi dirinya untuk segera turun. Altair tersenyum dengan sangat getir. Mengingat kembali bagaimana kenangan dirinya bersama satu-satunya keluarga yang dia miliki saat itu saling melengkapi satu sama lain dan sering kali dirinya selalu merepotkan Mary. Altair segera berhenti untuk melamun, dia tidak ingin melakukan pekerjaan yang sia-si dan Altair segera mengeluarkan semua buku yang sudah dibaca semua berharap ada sesuatu yang terlewatkan bisa membantu dirinya paling tidak menemukan solusi serta penyebab naga itu muncul. Selembar demi selembar, buku demi buku Altair baca dan catat. Tindakan kemarin di mana dia sendiri yang menyarankan untuk pembasm
Semua orang sudah nampak keluar dari rapat tadi mereka menggunakan pintu teleportasi milik keluarga Onder de kebetulan Altair bertemu mereka di depan pintu, ayahnya saat itu baru saja menutup pintu portal. Semua Duke melihat ke arahnya, begitu juga dengan raja Benedict yang berada di tengah-tengah mereka seakan melindunginya dari segala bahaya. Jalan yang mereka lalui terhubung ke dalam ruang bawah tanah namun, masih terlihat mewah dan besar mirip lorong-lorong jalan. Panas matahari mulai bersinar masuk ke dalam. “Kenapa semuanya sudah pergi?” tanya Altair yang terlihat kecewa. “Aku ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian.” ujarnya lagi di depan ayahnya. Altair terlihat sedang mencengkram kuat tas tali yang melintang di depan dada berusaha menahan emosi. “Sabar Altair, semua orang sudah menemukan titik terang hal ini,” ujar Duke Leon sambil berusaha menenangkan anaknya. Duke Leon menatap Altair penuh harap bahwa dia ak
Duke Leon duduk berusaha fokus membantu Altair nanti untuk menjelaskan pertemuan rapat selanjutnya namun, pikiranya tidak bisa terfokus memikirkan setiap pembicaraan mereka terutama opsi terakhir ketika Altair mengambil kesimpulan untuk memindahkan Rhodes ke tempat lain. Duke Leon masih belum menangkap apa maksud dari ucapan Altair kemarin, apakah pindah secara fisik keseluruhan atau hanya sebuah kiasan saja? Duke Leon hanya bisa menghela nafas membuatnya tersandar di belakang kursi. Melihat langit-langit atap yang sangat tinggi, dia melihat laba-laba sedang membuat sarang yang indah di antara celah pojok atap membayangkan apa yang akan terjadi jika benar-benar Rhodes harus dipindahkan. “Bagaimana bisa kau memiliki pemikiran seperti itu anakku?” tanya Duke Leon dengan suara yang tercekat. Disisi lain Altair sedang bersiap-siap untuk pergi meninggalkan kamar perasaan kosong setiap kali Altair menatap kamar mengingatkannya selalu bayang-bayang M
Altair memacu kuda dengan cepat saat berada di dalam hutan dengan membawa perbekalan yang dia butuhkan berhenti di sebuah bukit tinggi untuk melihat ibu kota Rhodes. Terlihat beberapa asap dari penduduk yang sedang membakar tungku perapian atau tungku masak Altair jalan menuruni bukit dengan kecepatan tinggi. Tujuan pertamanya adalah pergi ke toko, di mana dia membeli bubuk Mana dan peri Altair kali ini tidak sedang menyembunyikan siapa dirinya sekarang, dengan percaya diri dia pergi dan masuk ke jalan-jalan Rhodes. Semua orang melihat ke arah Altair dan dia sudah tidak menghiraukan perkataan-perkataan yang mereka keluarkan mengendarai kuda hitam yang perkasa Altair mengarahkan jalur kuda dengan sigap. Berhubung saat ini Altair sedang berada di tempat keramaian Altair mengendarai kuda dengan perlahan dari jauh terlihat segerombolan anak-anak yang sedang bermain. Mereka menyerang seorang pria paruh baya yang terlihat kekar sedang menjadi naga d
Terdengar suara langkah kaki berjalan mendekati Altair, pemilik toko yang baru saja keluar dari sana sedang tidak terlihat membawa apa-apa Altair mengira dia akan mendapatkan beri hitam yang banyak berapapun harganya. Pemilik toko hanya menghela napas. “Hufth... maafkan aku tuan muda, aku hanya punya satu buah saja,” jawab pemilik toko sambil mengeluarkan buah beri hitam dari saku baju miliknya. Beri hitam itu berbentuk bulat hitam seperti obat tidak memiliki aroma bahkan tekstur pun keras seperti batu Altair mengira apa yang berada di tangannya hanyalah sebuah batu biasa dan kebetulan berbentuk bulat mirip dengan apa yang di definisikan di dalam buku perpustakaan. “Apa benar ini beri hitam?” tanya Altair melihat wajah pemilik toko. “Tentu saja.” jawabnya. “Kalau aku menipumu, kau tahu sendiri bagaimana reputasiku sebagai pemilik toko.” imbuhnya lagi. Altair hanya menatap tajam pemilik toko dan merasa lebih baik jika dirinya ma
Pantas saja selama Altair berada di kuil bersama Pino untuk mencari Saintess dia tidak menemukan benang Mana milik Voor’t kemanapun dia mencari karena benang Mana hanya diperuntukkan bagi Pengendali Mana yang sudah memasuki tahap upacara kedewasaan. Rumah Saintess terhubung kuil dan altar untuk berdoa dengan dewa di saat Altair memegang benang Mana tersebut, Altair merasakan semilir angin berhembus dari depan dan disusul terdengar suara pintu yang di tutup. Altair menoleh ke arah belakang tidak ada terjadi apapun di sana hanya lorong kosong yang sama Mana sihir milik Altair menghilang dan saat menyentuh benang Mana Altair sudah berada di lorong, berdiri dinding pembatas yang menghalangi Altair untuk kembali ke sana dinding besar seperti kaca tebal menjulang tinggi. Satu-satunya cara untuk bisa keluar adalah menyelesaikan apa yang dibutuhkan di sana setelah melihat ke belakang Altair berjalan lurus ke depan tidak butuh waktu yang lama Altair sudah berada masuk
Dalam benak Adir, dirinya ada keraguan apakah dia bisa mengemban tugas seperti ayahnya yang berani dan penuh kasih sayang, semenjak Adir mendengarkan pembicaraan ayahnya dengan dewa dimana akan ada seseorang yang akan membuat perubahan dimensi ruang dan waktu apakah juga berdampak membahayakan rakyat Rhodes atau tidak. Sampai saat ini Adir masih tidak tahu siapa orang yang menjadi pelintas dimensi yang dewa maksud. Sedangkan tanggung jawab sebagai satu-satunya penerus yang bisa berbicara dengan dewa hanyalah dia yang dari keluarga Voor’t keluarga Voor’t harus berani mengambil tindakan tegas jika ada yang mengancam kehidupan nyawa manusia. Kini di pundak Adir terdapat tanggung jawab besar yang harus bisa dia terima dan jalankan rasa gelisah Adir juga ada saat di pertarungan untuk melindungi rakyat Rhodes dari serangan asap naga dimana tugas utamanya adalah melindungi nyawa namun, saat itu Adir bahkan tidak bisa menghalau seekor monster masuk ke dalam lap
Altair mengalirkan sebagian kecil Mana miliknya ke tangan menyentuhkannya di atas tangan Adir dan Adir menjadi salah tingkah namun, berusaha untuk menutupi ketidak nyamanan di hatinya. Mana milik Altair masuk ke dalam perpustakaan, permata berwarna hijau yang terpasang di sekitar menyala menandakan ada pemilik Mana lain diizinkan untuk masuk ke dalam. Pintu masuk terbuka lebar, jika dari luar terlihat seperti rumah kaca yang dipenuhi dengan pohon dan bunga-bunga yang indah namun, di dalam hanya terlihat buku-buku yang sangat banyak tersusun rapi di rak buku besar. Disambut dengan berbagai macam warna buku yang sama usangnya milik keluarga Onder de perpustakan berbentuk melingkar dengan rak-rak lemari yang banyak dan juga aroma buku membuat perasaan Altair tenang muncul gairah untuk membaca di sana. Di atas terdapat sekat lantai dua di mana terdapat meja dan kursi yang tertata rapi ada tangga penghubung antara buku-buku lantai satu dan lantai dua di at
Pemilik toko langsung mengarahkan tangan terampilnya menarik Altair masuk ke dalam. Dia tidak bisa menolak ajakan yang belum dikenal sebelumnya seakan ikut terpengaruh suasana toko kain semenjak masuk ke dalam. Altair berdiri di atas podium mini beberapa karyawan memasuki ruangan berbaris dengan rapi membawa senjata serta alat untuk menyerangnya. Keahlian mereka bergerak cepat mengukur tubuh Altair setiap inchi. “Tidak bisa begini,” ucap salah satu karyawan yang berada dibelakang Altair sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat dan kemudian menarik baju Altair menanggalkan sehingga setengah telanjang. Tangan-tangan mereka semakin liar, lima orang lainnya mencatat apa saja yang diucapkan rekan-rekannya. Pemilik toko melihat dengan puas berkelana menggunakan pikirannya sendiri. Orang-orang dari balik tirai bersembunyi sudah tidak sabar untuk keluar akan tetapi ditahan oleh temannya. Altair layaknya hewan ternak yang patuh untuk diperah tidak melakukan perlawanan. “Silahkan tunggu
Aroma vanila sangat manis untuk dinikmati, bau roti yang baru saja keluar dari panggangan mengepulkan asap, kue-kue kering yang tersusun rapi di ranjang-ranjang anyaman terbuat dari bambu ditutupi taplak meja.Di atas meja dipenuhi oleh bir, kue pie, bouquet, buah-buahan dan tidak lupa vas bunga berisi air digunakan untuk meletakkan bunga matahri sebesar piring. Para pria sedang bersemangat melakukan duel serta taruhan minum bir, perasaan senang mereka merambat ke meja-meja lain.Di malam hari ibukota kembali mengadakan pesta meriah di depan-depan rumah mereka, para wanita menggerakkan tubuhnya yang indah, gaun-gaun mereka melambai-lambai luwes menyeret di atas paving. Sepatu-sepatu yang dihentakkan seirama dengan dentuman musik yang nyaring, terdengar suara siulan menggoda mereka.“Halo tuan muda,” ucap seorang gadis yang sedari tadi melihat ke arah Altair bersama kawan-kawannya dari jauh berteduh di bawah p
Mata gadis tidak lepas memandangi makhluk kecil di pundak Nicon kemudian masuk ke dalam penginapan dan mereka mengikutinya dari belakang. Pandangan mereka seakan bertanya “ada apa dengannya?”. Namun, tidak seorangpun dari mereka memulai terlebih dahulu untuk berbicara hingga keduanya sudah berada di depan kamar masing-masing. “Dia sangat aneh,” kata Zhi merogoh kunci di sakunya terkejut mendengar pintu disebelahnya tiba-tiba terbuka dan kunci yang ada di tangannya terjatuh. Nicon melihat Adir yang keluar dari kamar berlari mendekat, Zhi yang hampir saja meledakkan emosinya ditahan oleh Nicon. “Bagaimana kabarmu?” tanya Nicon khawatir. Adir melihat ke arahnya kemudian melekat begitu lama ke arah lain. “Kami semua mencarimu kemana-mana dan tidak tidur di malam hari,” sambung Zhi. “Hewan peliharaan yang lain juga menghilang, apakah kau tahu dimana keberadaan mereka sekaran
Acara meriah penuh dengan gemerlap lampu berwarna, iringan musik di setiap jalan-jalan, makanan-makanan berjejer rapi di tepi-tepi rumah dan mereka keluar mengenakan pakaian bagus serta berhias. Para pria sibuk bersenda gurau sembari memegangi botol bir besar dari kayu, para wanita menari dengan riang gembira seirama dengan alunan musik yang menggugah jiwa untuk ikut bergabung.Ketiga calon pengendali Mana bergegas menuruni anak tangga, Nicon meninggalkan naga kecil tidur di atas tempat tidur miliknya. Mereka menikmati perjalanan yang sangat menyenangkan ikut meriahkan pesta besar yang diadakan di jalanan ibu kota.Altair berlari mendekati keramaian orang-orang, melihat penduduk yang tadi tertutup dan kurus kekurangan gizi kini nampak seperti manusia pada u
Mereka melaju pesat meninggalkan Adir dan Altair di belakang akan tetapi tidak meninggalkan sosok mereka berdua dan masih bisa melihat keberadaan masing-masing. Mentari pagi sangat menyenangkan untuk menyentuh kulit serta tubuh kekar keduanya sehingga keringat yang muncul terkena angin pacuan kuda yang mereka tunggangi terasa menyejukkan.“Dimana hewan peliharaan agung?” tanya Adir kepada Altair serius mengendarai kuda hitamnya.Altair melirik ke belakang melihat Adir, dia juga sedang mencari sosok makhluk biru di sekitar mereka. Kemudian Pino tiba-tiba keluar dari dalam tubuh Altair melalui kedua tangan yang sedang memengang tali kekang kuda.Kemu
Tidak menunggu waktu lama segerombolan bandit menyerang anak-anak muda yang baru pertama kali menginjakkan kaki tanah di luar Rhodes. Altair dengan cepat membuat tameng di sekitar mereka agar orang-orang tidak masuk lebih dalam.Terkejut dihalangi oleh dinding pertahanan, mereka berusaha memukul-mukulnya dengan keras.“Berapa lama kita bisa bertahan di dalam?” tanya Zhi bersiap menyerang.“Jika kau ingin sampai mereka pergi dari sini tidak masalah,” jawab Altair yang acuh melihat banyaknya kerumunan.“Itu akan sangat lama, kita tidak memiliki banyak waktu hanya untuk menunggu mereka pergi,” ucap Nicon tiba-tiba sudah duduk di atas punggung naga bersiap mengepakkan kedua sayapnya untuk terbang melewati celah di atas dinding.Dia pergi meninggalkan rekan-rekannya dari atas naga meniup semburan api membubarkan pertahanan mereka. Melihat api yang s
Ruang rapat terasa mencekam, para pengendali Mana memutuskan untuk mengirim anak-anak mereka pergi meninggalkan Rhodes dan hewan peliharaan dewa akan menjadi pemandu tempat penyegelan.Keberangkatan kali ini tidak ada upacara pelepas kepergian seperti tahun-tahun sebelumnya hanya ditemani segelintir orang-orang yang saling kenal satu sama lain serta sanak keluarga saja.Bermodalkan perbekalan sederhana dengan berat hati menjalankan kewajiban dan tanggaung jawab sebagai calon pengendali Mana selanjutnya. Altair hanya ditemani bersama ayahnya di pintu gerbang Rhodes sedangkan keluarganya menunggu di dalam kereta. Lily kakak perempuan mengamati dari jauh di balik kaca.
Malam masih panjang dari jendela terlihat orang-orang sedang berlalu lalang, baik itu para ksatria maupun orang-orang yang tidak terjangkit bisa keluar masuk di wilayah tersebut. Nicon dan Zhi masih beradu argumen memperebutkan tempat tidur di tengah.Sisanya memilih untuk membersihkan badan yang penuh dengan keringat serta debu, menyegarkan dalam bak mandi atau berdiri merasakan kenyamanan air yang membasuh tubuh-tubuh indah mereka.Badan Arion penuh dengan luka serta sayatan menandakan betapa kerasnya dia belajar untuk menjadi seperti ayah-ayahnya dulu sekaligus mengemban amanah sebagai penjaga daratan Rhodes yang luas.Adir merendam tubuhnya dengan menggunakan beberapa aroma herbal yang bisa membangkitkan Mana, kabut panas menyelubungi kamar mandi yang luas tanpa sekat membuat mereka bisa memandangi tubuh satu sama lain.Altair juga sedang terduduk di kursi khusus sedang menggosok bagian tubuhnya
Bunga-bunga es menempel erat pada dinding pelindung, entah darimana asalnya namun, itu melekat memberikan efek goresan sedikit demi sedikit. Sayatan demi sayatan akhirnya berubah menjadi retakan besar, Duke Stuart yang tidak memperhatikan usaha Altair untuk keluar dari sana berusaha menyembunyikan alat sihir di belakang punggungnya.Alat yang serupa dengan kaki-kaki gurita terbuat dari besi-besi dan sendi-sendi dari batu keras berisi Mana, dentuman besar dari arah luar menggerakan dinding tersebut dan sekarang cahaya api mulai terlihat jelas.Altair juga menggunakan salah satu tangannya untuk mengendalikan rantai-rantai merusak penghalang yang menyesakkan, memukul retakan yang berpotensi bisa ditembus. Baju besi yang dia gunakan mengeluarkan bunyi yang memeka telinga saat bersegesakan dengan bola perak yang menahan tubuhnya dengan kuat.Jari jemarinya patah saat menahan penolakan Duke Stuart dengan wajah meringis menahan