“Pihak hotel tidak akan memberikan rekaman cctv mereka pada kita.” Pak Jung memijat keningnya, ia pusing setelah mendengarkan cerita yang disampaikan oleh Shino tadi.
Kini, Shino kembali tertidur karena kepalanya yang tiba-tiba pusing. Adam berusaha berpikir keras untuk menyelesaikan masalah ini.
“Kita tidak bisa langsung pergi ke Hong Kong hanya karena untuk mengambil rekaman cctv hari itu, di sana belum tentu mereka akan langsung memberi akses kepada kita untuk memberikan cctv itu, dan juga butuh waktu untuk mengecek satu persatu rekaman cctv tersebut.” ujar Adam.
Pak Jung termenung lama mendengarkan perkataan Adam, kemudian ia berkata, “Kita harus menyuruh orang untuk melakukan hal ini.”
Adam menatap lurus pria tua di depannya kini, Pak Jung kemudian mengeluarkan ponselnya dan mulai mencari nama bertuliskan Vivian.
“Halo, Vivi?”
Di sisi lain, seorang wanita cantik berambut lilac dengan kunci
“Saya tidak mau tahu! Pokoknya saya ingin segera ditangkap dia!” kata Vivi dengan nada penuh penekanan. Saat ini, ia sedang di ruang kerja direktur hotel ini. “Tapi staf keamanan kami masih melakukan pencarian terhadap orang itu, mohon ditunggu sebentar saja.” Direktur memohon dengan wajah penuh penyesalan, karena perilaku staf tersebut membuat malu seluruh isi hotel. “Itu butuh waktu lama, saya ingin melakukannya sendiri dengan tim keamanan perusahaan saya! Cukup berikan saya akses untuk melihat cctv hotel ini!” Vivi terus mendesaknya agar permintaannya dituruti. “Sekali lagi, saya mohon maaf tidak bisa memberikan kesempatan bagi anda untuk melakukan hal ini," Direktur bersikeras untuk tidak menuruti permintaan Vivi. Lalu, apa yang harus dilakukan jika begini? Vivi tidak akan langsung menyerah begitu saja, ini misi istimewa dari kakeknya dan ia harus berhasil untuk mewujudkan mimpinya. "Baiklah, kalau itu mau anda! Saya akan bertindak sendiri! Saya akan membuat sebuah video krono
Adam mengecup bibir milik Shino dengan pelan, lalu ia menatap Shino dengan rambut yang dibalut handuk. Pria itu melepas handuk di yang ada di kepala Shino. Napas Shino menderu, ia tidak berani menatap mata pria di depannya kini, rasa percaya dirinya yang setinggi langit itu runtuh ketika mata biru milik pria yang baru dikenalnya ini menatapnya dengan penuh gairah. Ia menutup matanya dengan rapat, sensasi malu dan geli menjalar di seluruh bagian saraf tubuhnya. Aroma rose yang berasal dari rambut basah Shino membuat Adam ingin membelai rambutnya. Ia mendekap Shino lebih dekat dan menghilangkan jarak sedikit di antara mereka. Adam kembali mengecup bibir Shino, kali ini cukup lama. Ia kemudian melumat bibir lembut milik Shino dengan cepat. Rasa manis whiskey yang menempel di bibir Shino semakin membuat Adam liar. Tangan Adam perlahan menggeser pintu kamar Shino, Adam terus melakukan ciuman itu sambil merobohkan tubuh shiino ke ranjang. Kini, Shino mulai kehilangan akal sehatnya. Piki
“Kenapa wajahmu?” Adam melihat wanita di belakangnya kini tampak resah. Shino terus memainkan jari-jarinya. Telapak tangannya berkeringat, ia terus kepikiran dengan kejadian tadi malam. Bagaimana ini? Bagaimana jika Adam nanti ingat dan tahu apa yang dilakukannya kemarin? “Ti-tidak apa-apa, kenapa wajahku memangnya?” jawab Shino dengan gugup. Adam mengerutkan dahinya bingung, apa dia telah berbuat salah kepada wanita galak itu? Sehingga dia saat ini diam saja, entah hanya perasaannya saja tapi biasanya dia selalu berkicau bak burung kenari di pagi hari. “Apa aku berbuat sesuatu padamu?” “Ap-apa?” “Apa aku melakukan sebuah kesalahan padamu sehingga kini kau mendiamkanku?” Adam terus menghujani Shino dengan berbagai pertanyaan. “Tidak ada! Fokuslah menyetir! Jangan mengajakku bicara, aku sibuk!” Shino berusaha mengalihkan pandangan, dilihatnya mata Adam memantau dari kaca spion. Jantungnya semakin tidak karuan, ia harus bertindak seperti biasanya. Jangan sampai ia ketahuan bahwa
“Dia adalah Kim Seok Hoon, pria berdarah korea yang pernah melamarku saat aku berumur 23 tahun. Aku menolaknya saat itu, karena waktu itu aku sedang sibuk-sibuknya mengurus perusahaan yang sedang dalam kondisi buruk,” jelas Shino pada Adam. “Aku tidak mau meninggalkan perusahaan ayahku saat itu hanya untuk pernikahan, aku berpikir umurku saat itu masih sangat muda untuk menjadi ibu rumah tangga. Aku masih ingin mencari jati diriku. Apalagi, pria itu tidak mau jika nanti sudah menikah aku masih tetap bekerja, dia pria yang rumit,” tambah Shino. Adam hanya mengangguk mendengarkan cerita Shino, ia kemudian menggulir data identitas orang kedua. “Bagaimana dengan dia? Apa kau mengenalnya?” Adam memperlihatkan foto seorang remaja laki-laki yang memiliki wajah lugu seperti anak kecil. Shino mengerutkan dahinya. “Dia terlihat naif, sepertinya dia anak orang kaya. Pertama-tama kita cari identitas anak itu, kemudian kita dekati nanti.” jawab Shino. “Bai
Shino melirik tajam pada Adam, wanita itu menelan ludah berkali-kali. Tangannya mulai basah karena keringat dingin. “Apa maksudmu?” Adam memberanikan diri untuk membalas pertanyaan Ryu. Wajah Ryu terlihat kebingungan, lalu ia tertawa sembari menutup mulutnya. “Ah, maafkan saya. Maksud saya, apakah dinas pendidikan mengirim anda ke sini?” tanya Ryu lagi. “Kata-kata saya kurang tepat ya? Terdengar ambigu rasanya,” imbuhnya. “Shino bernafas lega, Adam pun juga menghela napas lega ternyata itu hanya prasangkanya saja. Mereka kemudian berkeliling seolah ini, Ryu pun sangat sopan menjelaskan setiap ruangan di sekolah ini satu persatu. Shino terus mengawasi ekspresi Ryu, sesekali ia tersenyum saat kepergok Ryu. “Nah itu saja, apakah ada lagi yang mau ditanyakan bapak dan ibu?” tanya Ryu. “Apa kau pintar bermain basket?” Adam tersenyum miring pada Ryu. “Saya kapten tim basket di sekolah ini,” papar Ryu sembari tersenyum
“Siapa yang telepon anda pak?” tanya guru wanita itu, ia memiliki rambut hitam lurus dan lesung pipi yang cantik.“Ah, teman saya. Oh, iya. Lalu bagaimana kehidupan Ryu di sekolahnya, bu?”“Hem, dia mudah berbaur dengan teman-temannya dan sama kita, para guru. Dia seorang primadona sekolah ini, nilainya bagus, pintar berolahraga dan sangat sopan. Kalau ditanya, kekurangannya apa ya? Mungkin tidak ada,” jelasnya, ia kemudian tertawa sambil menceritakan siswa kesayangannya yaitu Ryu.Adam pun ikut tertawa bersamanya, dari kejauhan tampak wanita berambut merah datang menghampiri mereka berdua.“Ah, selamat pagi,” ucap guru wanita itu sembari membungkukkan badan tersenyum ke arah Shino.Adam berbalik dan terkejut mendapati Shino telah ada di belakangnya, ia membatu melihat kedatangan wanita yang baru saja ia bohongi. Shino melirik tajam ke arah Adam.“Selamat pagiii, sedang membicarakan apa y
“Kau kembali berpakaian seperti itu?” tanya Adam, matanya menilai penampilan Shino yang seperti teroris saat awal mereka bertemu. “Kau mau aku terbakar lagi?” jawab Shino dengan sinis. Mereka sudah bersiap-siap, sejak jam 5 tadi. Dan akan segera berangkat. Shino sengaja menyuruh Adam untuk jogging sebelum matahari terbit, ia tidak mau mengalami kejadian itu lagi. Ia bahkan sekarang masih meminum vitamin dan berusaha mencari tempat perawatan yang dulu dicari oleh ayahnya. Namun tujuan utamanya sekarang adalah mencari penyebab kematian ayahnya. “Sebentar lagi kau akan kuturunkan di taman sebelah utara, dan aku akan berjalan dari timur. Agar kita tidak terlihat berangkat bersama,” ucap Adam sambil membuka pintu mobil belakang untuk Shino. Shino menunda masuk ke dalam mobil lalu berkata, “Apa harus segitunya?" “Kau mau mereka tahu bahwa kita tinggal serumah dan saling bersekongkol?” timpal Adam sambil mengangkat kedua alisnya. Shino hanya mengangkat sebelah bibirnya dan masuk ke dal
“Apa dia tidak capek?” ucap Bu Konami dengan napas yang tersengal.“Dia seharusnya tidak memaksakan diri,” Adam tahu bahwa Shino saat ini sedang berbohong, ia sudah mengetahuinya sejak di Hong Kong. Fisik wanita itu lemah dan suka mengambil risiko.“Ayo, kita kejar. Pelan-pelan saja.” Adam mengulurkan tangannya mengajak Bu Konami.Bu Konami pun tersenyum lebar menerima uluran tangan Adam, ia pun berlari mengikuti Adam.“Bu Konami, saya mau bicara dengan Bu Akira sebentar.” ucap Adam lalu dibalas anggukan kecil oleh Bu Konami.Adam berlari kecil mendekati Shino, dilihatnya Ryu mulai membuat jarak dari Shino. Ia pun lelah juga seperti Bu Konami.“Hei, kita tidak punya banyak waktu. Mengapa kau bertindak sesuka hati,” bisik pelan Adam.Shino menoleh ke samping dan kemudian tersenyum miring, “Apa maksudmu? Aku jarang berolahraga di rumah, ini adalah kesempatan bagiku.”“Ayo kita hentikan, kau bilang pada mereka bahwa kau capek.” suruh Adam.“Tidak mau, jika kau ingin berhenti makan jangan
Berry tercengang ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut adiknya sendiri. Apa dia tidak salah dengar? Bocah SMA yang selama ini hanya menumpang tidur dan bermain game di rumahnya ternyata seorang pecandu?“Kau jangan asal bicara Jay, kau tahu dia seorang konglomerat. Jaga mulutmu jika kau ttak mau dipenjara mereka nanti.” sahur Berry berusaha tak percaya. Ia tidak mau asal memfitnah orang apalagi keluarga Jaekyung punya kuasa di negara ini.“Kau kira aku bicara tanpa bukti?!” sentak Jay sambil melotot pada kakaknya itu yang seolah-olah memandang dirinya penipu. Berry menoleh ke arah adiknya dan menatapnya tajam, “Jadi, apa kau punya buktinya? Tunjukkan padaku kalau begitu!” jawab Berry dengan nada menantang. Saat ini mereka diam di samping jalan, Berry menunggu jawaban Jay.Jay berpikir sejenak, selama ini ia tak mengambil bukti apapun dari Jaekyung. Dia hanya menebaknya saja.“Untuk buktinya ….” Jay menggigit jarinya bingung. Berry tak tahan dengan hal itu, ia hanya tertawa
"Hah?" Pak Imura tercengang ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut bosnya barusan. Apa dia tidak salah dengar tadi? Tidak mungkin, dia selama ini selalu menjadi manajer departemen ini untuk waktu yang lama. Dan dia tak pernah menduga bahwa dia akan dipromosikan langsung oleh CEO perusahaan ini.Shino tersenyum miring, "Jika kau mau, kau harus menunjukkan bahwa dirimu lah yang mampu mengemban tugas ini. Jangan merendah, aku ingin melihatmu melawan mereka. Hubungi aku untuk berdiskusi soal ini."Shino keluar dengan diikuti Adam yang menahan senyumnya ketika melihat wajah Pak Imura yang kebingungan. Bu Dinan pun tak sadar jika ia telah menganga selama lebih dari 5 menit. Tidak ada hujan tiba-tiba ada berita seperti ini.Pak Imura terduduk lemas di kursi sofa, rasanya seperti sedang memenangkan sebuah lotre yang sudah diinginkannya sejak lama. Tangannya gemetar dan berkeringat, lidahnya terasa kelu, pikirannya kosong.Bagaimana jika keluarganya mendengar hal ini, mereka pasti aka
Berry membuka aplikasi perekam dalam ponselnya, segera ia mendekatkan benda itu di balik lemari. Pak Kim dan Pak Jung duduk di sofa sambil berbincang mengenai pernikahan cucu mereka yang semakin dekat.“Tak lama lagi kita akan jadi besan pak,” ujar Pak Jung sambil tertawa pelan."Bagaimana? Apa kau sudah mengurus hal itu? Dia sebentar lagi akan keluar." tanya Pak Kim membuat Berry semakin penasaran dengan orang yang dimaksud Pak Kim."Kento sudah mengurusnya dengan baik, sebentar lagi Anda hanya duduk tenang menunggu cucu anda menggantikan." Pak Jung tersenyum miring, mereka berdua lalu keluar dari ruangan itu. Berry mengernyit lalu keluar dengan diam-diam.Dia kembali mendengarkan suara rekaman tadi dengan earphone, mengamati suara mereka berdua. Apa yang dimaksudnya? Siapa yang akan menggantikan Pak Kim? Seok Hoon?Apa dia akan dicalonkan untuk penggantian direktur nanti? Apa mereka sudah merencanakan ini sebelumnya?Berry kemudian mengirim file rekaman itu kepada Shino agar dia tah
Berry menggigit jarinya untuk menenangkan dirinya dari rasa berdebar yang sangat hebat. Saat ini, ia sedang menunggu pintu dibuka oleh Shino. Akar dari masalah ini mulai terlihat setelah ia nekat mengutak-atik laptop milik pacarnya, Jiho.Tak lama kemudian, pintu terbuka dan terlihat Adam dengan wajah dinginnya menyuruh Berry masuk ke dalam. Setelah Berry masuk, diliriknya keadaan luar memastikan tidak ada seorangpun yang melihat mereka."Berry, apa Jiho tahu hal ini?" tanya Shino memastikan."Sepertinya dia memang sedang memantau Jaekyung setiap harinya. Walaupun dia terlihat dingin dan tak peduli sekalipun, tetapi di laptopnya banyak video rekaman cctv aktivitas yang dilakukan Jaekyung." jelas Berry.Shino dan mengangguk bebarengan lalu mereka saling melirik satu sama lain. Sepertinya Berry akan dapat misi baru setelah ini. Mereka sudah tahu kinerja Berry yang cepat tanggap menangani masalah ini."Oke, sekarang aku memiliki misi baru untukmu. Singkirkan Jiho dan Jaekyung dari pikira
"Nanti siang aku akan menjemputmu, kita harus fitting pakaian pengantin kita. Aku mau semunu harus selesai dalam dua hari ini." ucap Seok Hoon dengan tegas. Terlihat dari ekspresinya, ia tampak datar. Setelah kejadian itu, membuatnya menjadi lebih dingin dari biasanya. Dia menjadi lebih serius ketika bersama Vivi. "Baiklah," balas Vivi, ia menahan senyumnya agar tidak muncul di hadapan Seok Hoon. Walaupun Seok Hoon berubah, ia tetap senang karena Seok Hoon berhasil melupakan wanita itu. Mulai dari sekarang, ia akan berusaha membuat Seok Hoon yang dingin ini menjadi tergila-gila padanya. Sesampainya di depan rumah Seok Hoon, pria itu meminta Vivi memberhentikan mobilnya disana. "Pulanglah. Terima kasih sudah mengantarku." Seok Hoon keluar dari mobil meninggalkan Vivi. Di dalam mobil, Vivi berteriak kegirangan. Ia tak dapat mendeskripsikan perasaan senangnya kini. Di rumah Vivi, tampak Pak Jung duduk di ruang tamu. Pria tua itu tersentak ketika melihat Vivi datang secara terburu-bur
Shino telah selesai mengobati luka Adam, ia menutup kotak obat tersebut dan meletakkannya di meja. Shino menghela napas menatap pria itu dengan tajam, ia menunggu Adam mulai berbicara. Pria itu tertunduk berusaha menghindari kontak mata dengan Shino."Jelaskan, bagaimana ini bisa terjadi! Apa kalian berantem satu sama lain?" tanya Shino dengan cepat.Adam diam seribu bahasa dan tidak mau menatap Shino sama sekali. Ia tetap masih menundukkan kepalanya."Angkat kepalamu dan jawab pertanyaanku! Apa kau bisu?!" Shino mulai menaikkan suaranya.Pria itu kemudian menghela napas pelan lalu menatap Shino dengan tenang. Ia melihat sebuah guratan jelas di leher Shino, sepertinya wanita itu sangat marah kali ini."Maafkan aku, soal tadi mal—""Aku tidak sedang membicarakan hal itu!" bentak Shino sambil berusaha mengontrol wajahnya agar tidak goyah dan salting mengingat tadi malam."Benar, aku adu jotos dengan Seok Hoon. Dia yang lebih dulu memukulku dan memnacingku dengan kata-katanya yang menusu
Saat ini, Adam dan Seok Hoon sedang berada di sebuah lapangan tembak. Seok Hoon mengajak Adam untuk adu keterampilan. Adam tampak malas mengikuti pria cerewet di depannya kini. Sesekali Adam menghela napas melihat tempat yang tak asing baginya.Sebuah tempat dimana ia pernah belajar untuk meraih cita-citanya dulu dengan menjadi seorang tentara."Mau apa kita kesini?" tanya Adam dengan lirih. Ia memicingkan matanya menatap Seok Hoon yang mulai memilih senapan yang digunakannya sebentar lagi.Seok Hoon tersenyum miring lalu melihat pria itu dengan wajah menantang, dia telah selesai memilih senapan. Dari wajahnya terlihat bahwa ia sangat percaya diri sekarang, ia tak tahu jika Adam ahli dalam pekerjaan ini."Kau tidak pernah kesini ya? Cobalah memilih senapan yang diletakkan di meja itu." titah Seok Hoon."Aku pulang saja. Malas sekali meladeni pria sepertimu." ujar Adam berniat kembali ke villa."Aku ingin pertandingan yang adil. Ini menyangkut diriku, kau, dan Shino. Jika pertandingan
"Kyung, sebentar lagi kau mau kuliah dimana? Apa kau akan mengejar Ivy League seperti Haru?" tanya Jay sambil menulis tugasnya yang belum terselesaikan di rumah kemarin.Jaekyung yang fokus bermain game di ponselnya, mengalihkan pandangannya ke arah Jay sekilas. Ia kemudian lanjut bermain game itu lagi."Entahlah, aku sendiri tidak tahu harus kemana. Aku hidup di dunia ini ditentukan oleh ayah dan kakekku. Takdirku pun mereka yang menentukan." jawab Jaekyung dengan nada bicara sendu.Jay terkekeh mendengar ucapan sahabatnya itu, "Takdirmu ditentukan oleh orang tuamu? Lucu sekali, memang kakekmu itu Tuhan?""Bukan begitu. Maksudku, semua urusanku sudah diatur oleh kakekku. Aku tinggal menurut saja dan melakukan apa yang diperintahkan dia." ujar Jaekyung, ibu jarinya terus menekan layar ponselnya dengan cepat."Lalu kau tidak akan kuliah nanti?""Aku kuliah, tetapi tidak tahu dimana. Mungkin, setelah ini aku akan bekerja di kantor kakekku." Jaekyung menghela napas kasar setelah melihat
Esok harinya...Matahari sudah menampakkan dirinya di langit yang luas ini, suara kicauan burung yang sangat merdu membangunkan wanita itu. Shino merasakan tubuhnya sangat lelah dan sakit semua. Kepalanya sangat pusing dan ia berusaha membuka matanya perlahan.Shino berkedip menatap langit-langit kamarnya, ia berusaha mengumpulkan kesadarannya lagi. Tatapannya tampak kosong, dia melamun sejenak. Rambutnya seperti singa dan kantung matanya terlihat tebal."Ah, aku ada di kamarku sendiri ternyata. Jam berapa aku sampai sini ya? Bagaimana si Seok Hoon itu kabarnya. Aku harus mengecek keadaannya." Shino berusaha bangun namun ia merasa kedinginan. Seperti tidak memakai pakaian."Mengapa dingin sekali." Ia melihat tubuhnya tak memakai sehelai benang apapun. Shino terkejut, matanya melotot berusaha bersikap tenang.Matan tertuju ke benda yang tampak melembung di dalam selimut, terlihat besar dan bergerak naik turun.Shino mengenyitkan kedua alisnya berusaha membuka selimut itu, perlahan ia m