Home / Fantasi / 30 Hari Bertukar Badan / BAB 6 - Jadi Begini

Share

BAB 6 - Jadi Begini

Author: Rahmani Rima
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tamara menyikut Kirana. Ia memintanya untuk menjelaskan pada Reno bahwa mereka sedang membicarakan orang lain atau apapun yang masuk akal.

“Eum... itu... kita lagi ngomongin tokoh novel, mas.” Tamara bicara buru-buru, karena nampaknya pikiran Kirana masih ruwet efek pertukaran badan mereka pagi ini.

Reno menatap Kirana, “Kamu suka novel?"

Kirana melirik Tamara lalu menatap Reno, “Iya, semenjak ketemu Tamara, eh Kirana, aku jadi suka novel, mas."

“Kalian... beneran udah akur ‘kan?”

Tamara dan Kirana saling tatap.

Tamara tertawa, “Akur dong, mas. Kita udah baikkan ya?”

Kirana mengangguk, “Kita udah baikkan, mas.”

Reno mengangguk-angguk, “Syukur deh kalo emang udah baikkan. Ya udah, yuk, kita berangkat, Andin udah siap berangkat sekolah.”

Saat Kirana hendak mengangguk, Tamara menarik lengan Kirana, “Kita ‘kan mau berangkat ke kantor bareng! Lo lupa ya?”

Kirana menatap Tamara bingung. Beberapa menit lalu tidak ada pembicaraan itu perasaan.

“Ayo ajak Andin berangkat sama kita aja. Kasian mas Reno, nanti kesiangan. Dia ‘kan paling gak suka telat sampe kantor.” terang Tamara gamblang.

Reno mengernyit, “Kamu tahu dari mana?”

Tamara melongo. Ia membetulkan kaca matanya dan tersenyum kikuk, “Keliatan dari garis wajahnya.”

Reno tertawa. Tawanya membuat Tamara kaget. Sepuluh tahun pernikahan mereka, ia hanya melihat tawa suaminya beberapa kali.

“Kamu ada-ada aja. Ya udah aku panggil Andin dulu ya.”

Tamara mengangguk.

“Aku juga udah kabarin bis jemputan dari sekolah, kalo hari ini Andin berangkat sama maminya.”

“Iya, mas.” jawab Tamara cepat.

Kirana yang sadar badan mereka tertukar mengkode Tamara yang lupa bahwa mereka harus bertukar peran mulai dari hari ini entah sampai kapan.

“Eum, maksud aku... aku mewakili jawaban Tamara asli.”

Kening Reno mengkerut, “Tamara asli?”

Tamara melotot. Ia ingin sekali memukul mulutnya yang terus salah bicara hingga membuat Reno berkali-kali memprotes, “Eum, Tamara aja maksudnya.”

“Aku panggil Andin dulu.”

Kirana mengangguk.

Setelah memastikan Reno masuk ke dalam rumah, Tamara menyeret Kirana, “Lo tuh yang tanggap dong, Na! Gue capek di curigain terus sama mas Reno!”

Kirana menarik tangannya dari Tamara, “Iya, maaf. Aku cuma belum terbiasa sama pertukaran badan kita, Ra.”

“Ya lo pikir gue terbiasa gitu? Lo mikir dong, jangan bengong terus!”

Kirana mengangguk.

“IPK kita ‘kan cuma beda koma sekian, tapi gue ngerasa lo tuh.... ah, gak usah di bahas.”

Andin berlari menghampiri Kirana, “Mamiii.”

Tamara yang melihat itu kebingungan. Kenapa Andin terasa dekat dan senang sekali pada Kirana yang terjebak dalam badannya?

Kirana berjongkok untuk menyamai tinggi badannya dengan Andin, “Anak mami yang cantik ini udah siap sekolah?”

Andin mengangguk sambil tertawa riang memamerkan giginya yang ompong.

“Bukunya ada yang ketinggalan gak?”

Andin menggeleng, “Udah semua.”

“Pinter. Bekel yang mami siapin juga udah?”

Andin mengangguk, “Udah dong.”

Kirana mencolek hidung Andin gemas, “Ya udah kita berangkat sekarang ya biar gak telat.”

“Iya, mami.”

Kirana menatap suster Tina, sitter yang mengurus semua keperluan Andin dirumah, “Sus, makasih banyak ya. Saya anterin Andin sekolah dulu. Nanti pulangnya juga saya jemput.”

Suster Tina bergeming. Ia bingung karena merasa majikannya yang tidak seperhatian ini berubah menjadi ibu yang hangat, “Iya, bu.”

Kirana berdiri, ia yang siap menuntun Andin ke mobil dihentikan Reno. Ia menoleh, “Kenapa, mas?”

Reno menggeleng, “Ini tas kamu.”

Tamara memperhatikan cara Reno menatap Kirana. Tatapannya beda dari hari-hari biasanya.

“Makasih, mas, aku hampir aja lupa.”

Reno menggangguk.

“Sayang, salim dulu sama papi sama suster Tina juga.”

Andin menurut. Ia salim pada Reno dan suster Tina, “Andin sekolah dulu ya, pih, sus.”

Reno mengangguk dan mengelus rambut Andin pelan, “Belajarnya yang pinter ya anak papi.”

“Pasti dong. Dadah papih, dadah, sus.”

Suster Tina melambaikan tangannya, “Hati-hati ya.”

“Iya. Mamih ayo.” Andin menarik tangan Kirana. Ia mengacuhkan Tamara yang berdiri menunduk karena merasa sikap Reno dan Andin pada Kirana sangat baik, tidak seperti padanya.

“Tante, ayo. Tante jadi ‘kan anterin aku sama mamih ke kantor?”

Tamara melotot. Ia tidak terbiasa dipanggil tante oleh Andin. Ia mengangguk lalu menatap Reno, “Mas, aku permisi.”

Reno mengangguk, “Hati-hati ya. Makasih juga tawaran buat nganterin Andin sama Tamara.”

Tamara mengangguk. Ia berjalan membuntut dibelakang Andin dan Kirana yang sudah jalan lebih dulu sambil bersenandung menyanyikan lagu Bintang Kecil.

“Sayang, pegangan sama tante.” pinta Kirana.

Andin mengangguk. Tangannya menarik lengan Tamara erat, “Tante, namanya siapa?”

Tamara menatap Kirana, “Eum... nama tante Kirana.”

“Oh, namanya cantik, sama kayak orangnya.”

Sudut bibir Tamara naik. Andin baik sekali. Padahal selama ini ia tidak pernah mengajarkan hal-hal seperti itu padanya. Sejak bayi hingga kini anaknya berusia lima tahun, Andin di asuh suster Tina. Mereka tidak dekat. Bukan, tapi Tamara yang enggan terlalu dekat dengan Andin.

“Ayo masuk, sayang.” Kirana membuka ‘kan pintu belakang mobil untuk Andin.

Andin masuk dan duduk dengan tenang di jok belakang.

Setelah Kirana menutup pintu mobil, Tamara menarik lengan Kirana, “Ikut gue dulu!”

“Kenapa, Ra?”

Tamara melepaskan lengan Kirana, “Inget, ya, Na, mas Reno dan Andin itu milik gue! Jangan karena badan kita ketuker lo bisa seenaknya ambil mereka.”

Kirana menggeleng, “Aku gak ngambil siapa-siapa, Ra. Aku cuma menjalankan peran kamu sebagai seorang istri dan ibu dirumah, itu aja.”

“Jangan bersikap berlebihan sama mereka. Dan satu hal yang harus lo inget. Nanti malem, jangan sampe lo tidur berdua sama mas Reno!”

“Ta-tapi, kalo mas Reno curiga gimana?”

“Ya lo bilang apa kek, lagi pengen tidur sendiri atau apa terserah lo. Jangan pernah sentuh sedikitpun suami gue!”

Kirana mengangguk, “Oke. Kalo gitu aku juga minta jangan pernah sentuh sedikit pun ibu aku.”

Tamara mundur. Entah ia bisa memenuhi pinta Kirana atau tidak.

Related chapters

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 7 - Membiasakan Diri

    Selama di mobil, Tamara hanya menjadi pendengar semua percakapan Kirana dan Andin. Ia membuang nafas berkali-kali karena merasa iri. Andin yang tinggal bersamanya selama ini tidak pernah bisa seceria ini saat bersama Kirana. Kenapa dengan Kirana ia bisa tertawa lebar begini, ya? Padahal mereka baru saja bertemu beberapa jam.“Aduh, mami capek banget.” Kirana memegangi perutnya sambil terus tertawa.Andin juga tertawa, “Andin juga capek banget."Kirana tersenyum. Ia mengelus rambut Andin dan melirik Tamara, “Eum... Tamara, kamu kenapa diem aja?”Tamara melotot. Ia memperingatkan Kirana dengan memonyongkan mulutnya agar Andin tidak melihat. Meski masih kecil Andin ini pintar dan pemerhati sekali. Jangan sampai Andin membocorkan ini pada Reno, mama, atau suster Tina.“Eh, eum... maksud aku, Kirana.”“Mami tadi kok bisa salah manggil? Tamara ‘kan nama mami.”Kirana tersenyum, “Iya, mami lupa, soalnya udah capek ketawa terus sama kamu.”Andin tersenyum, ia melirik Kirana yang berpe

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 8 - Menjaga Diri

    Tamara berjalan cepat dari parkiran menuju gedung publiser buku milik ayahnya. Ayah Kirana maksudnya. Ia tersenyum menahan tawa karena masih tidak menyangka akan menikmati momen ini. Ia yang sebenarnya bingung harus melakukan apa saat melakukan bimbingan dengan para penulis yang ada dibawah naungannya, merasa ini adalah momen langka yang mungkin hanya akan terjadi beberapa hari saja, maka ia akan menikmati ini tanpa stress yang berarti.“Selamat pagi, mbak Kirana.” sapa satpam membuka pintu utama gedung.Tamara diam beberapa detik. Ia nyaris tak berhenti melangkah karena yang di sapa adalah Kirana, bukan dirinya. Untungnya refleksnya cukup baik. Ia terus mengatakan pada diri sendiri, bahwa ia adalah Kirana saat ini.“Eh, pak, pagiii.”“Mbak Kirana seger banget hari ini. Lagi seneng ya?” goda pak satpam.“Lumayan. Meskipun agak bingung, tapi aku seneng hari ini.”Pak satpam mengangguk, “Ya sudah mbak, silakan masuk, mas Erik sudah tunggu di atas.”“Erik? Erik siapa, pak?”Pak

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 9 - Menyusun Perubahan

    Erik terus memperhatikan cara Tamara membaca naskahnya di tablet. Tamara terlihat kebingungan dengan kalimat-kalimat yang sudah disusun rapi dan menjadi sebuah opening epilog novel miliknya. Tamara menaruh tablet dimeja dan menatap Erik, “Kayaknya aku... belum bisa bimbingan hari ini.”“Aku ‘kan udah bilang tadi.”“Ya udah kamu pulang aja sana."Erik tersenyum, “Kamu ngusir aku?”Tamara menggeleng. Ia tidak mau mengusir Erik, tapi bingung harus bersikap seperti apa menghadapinya. Ia tidak bisa duduk tenang karena akan selalu meliriknya. Kalau disuruh pulang, ia pasti akan sedikit beristirahat dari fantasi liatnya.Ingatlah, Tamara sudah menikah. Pikiran orang dewasa yang sudah menikah sudah pasti mengarah ke sana, apalagi lelaki dihadapannya begitu tampan dan merupakan tipe idealnya. Tidak seperti Reno, yang merupakan lelaki asli dari Indonesia berwajah Batak campuran Jawa.Erik menaik turunkan tangannya di depan

  • 30 Hari Bertukar Badan    10. BAB 10 - Belum Terbiasa

    Tamara melirik Erik melalui ekor matanya. Erik dimintanya untuk duduk agak jauh dari tempatnya berdandan. Tadi, setelah membeli banyak baju, ia lanjut membeli sepatu, dan beberapa tas. Ia juga membeli satu set makeup yang biasa ia kenakan. Semoga kulit Kirana bisa menerima produk ini dengan baik.Erik yang tak sabar melihat hasil makeup Kirana terus menggerakan kakinya. Ia duduk dua meja dari meja yang Tamara gunakan untuk merubah dirinya. Tamara duduk membelakangi dirinya agar ia tidak melihat proses itu.“Ki, udah?”“Bentar lagi.”“Oke.”Erik tak bisa biasa saja. Ia terus menatap rambut Kirana yang sudah mendapat perawatan di salon tiga puluh menit lalu. Rambutnya yang lepek berubah mengembang indah seperti model iklan shampo di tivi. Tamara juga pergi ke jasa pemasangan nail art untuk menghias kukunya.“Erik, udah.”Erik berdiri. Ia membawa gelas jus Jeruk pesanannya. Ia berjalan cepat dan kini sudah berdiri di

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 11 - Saling Protes

    Tamara tidak kuat lagi. Setelah ia mendapat jawaban super instan dengan mengatakan ia tahu dari Kirana mengenai Andin, ia permisi ke kamar mandi untuk menenangkan dirinya.“AAAAA! Gue gak bisa terus-terusan kayak gini!” pekiknya ketika kamar mandi sepi dari pengunjung.Tamara memegangi kepalanya sambil berjalan bolak-balik didepan cermin, “Ra, cari cara biar lo sama si Kirana cepet balik ke badan masing-masing.”Kirana yang juga merasa tidak bisa menahan pergantian badan ini menyusul ke kamar mandi. Ia berdiri di depan pintu menatap Tamara yang pasti sama frustasinya.“Apa gue harus pergi ke dukun? Enggak-enggak, dukun mana yang menerima pasien pertukaran badan.”“Ra?”Tamara menurunkan tangannya. Ia juga berhenti mondar-mandir dan menatap Kirana, “Kirana gue udah gak sanggup!”“Aku juga.”Tamara menarik tubuh Kirana dan menutup pintu kamar mandi, “Lo pasti tahu caranya supaya kita balik ke badan masing-masing.”“Ra, aku gak tahu.”“Bohong! Pertukaran badan kita tadi pagi aj

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 12 - Kecurigaan Reno

    Pov Reno“Kirana,” Reno berdiri dibelakang Tamara yang sedang menunggu Erik mengeluarkan mobilnya dari parkiran.Tamara tak bergeming. Ia terus memperhatikan mobil Erik bergerak.“Ki?” Reno memajukan badannya dan menatap Tamara.Tamara terlonjak kaget. Ia menahan nafas ketika wajahnya dengan wajah Reno begitu dekat, “Mas?”“Aku boleh ngobrol sebentar?”Tamara meneguk ludahnya. Ia melirik kedatangan Kirana yang menuntun Andin. Dengan suara yang dikencangkan ia melirik Reno, “Ada apa, mas? Nanti Tamara curiga lagi.”Reno melirik Tamara yang berdiri tak jauh dari tempatnya, “Ra, aku ada yang mau ditanyain sama Kirana, soal... kerjaan.”Kirana tak langsung menjawab. Ia malah melirik Tamara, “Kerjaan apa, mas? Kamu ‘kan kerjanya dibidang pembuatan iklan, sementara Kirana kerja di bidang sastra.”“Itu nyambung kok, Ra. Aku mau bicarain soal skrip.”Tamara mendecek dalam hati. Ia begitu kesal karena Kirana bersikap seolah Reno adalah suaminya, “Udah, mas, gak usah, nanti Tamara nudu

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 13 - Rahasia Pertama Kirana

    Tamara duduk santai di kursi kerja Kirana. Setelah pintu ruangan kerjanya ditutup dari luar oleh Erik, ia membuang nafas amat lega, setidaknya untuk hari ini ia bisa sedikit tenang karena terbebas dari tanggung jawab membimbing para penulis.“Lama-lama gue beneran bisa gila kalo harus terus ketemu mas Reno. Kayaknya dia curiga deh sama gue, sama Kirana. Duh, gimana dong.” Tamara menggigit ujung jarinya. Itu adalah kebiasannya setiap kali sedang panik.Tamara berdiri. Ia berjalan menuju kaca besar yang ada diruangan ini. Matanya menatap luas ke luar, melihat lalu-lalang jalanan yang macet disiang hari.“Kira-kira gue bisa balik lagi ke badan gue gak ya?” Tamara menggigit ujung jarinya makin kencang, “Argh! Kenapa sih hal kayak gini harus terjadi sama gue? Gue pikir itu cuma fiktif dan ada di tivi doang.”Tok-Tok-TokTamara melirik pintu, “Masuk.”Ibu memutar handel pintu dan tersenyum membawa sekantong buah-buahan agar anaknya yang kata mbak Indah sedang sakit bisa cepat sehat me

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 14 - Hati-Hati pada Reno

    “Eum... gimana kalo Andin pergi sama kamu sama Kirana aja, Ra?” Reno menatap Tamara.“Hm?” Kirana kebingungan, “Kamu emangnya mau kemana, mas?"Reno menyentuh lehernya, “Eum aku baru inget ada final projek dikantor, jadi harus kesana buat mantau.”Tamara menunduk, saat ia menjadi dirinya sendiri Reno tidak pernah mangkir dari jadwal kerjanya apalagi sedang ada projek di kantor. Ia bahkan tidak pernah mengajak pergi Andin bersamanya. Biasanya Reno akan mengantarkan Andin bersama suster Tina agar pergi ket Time Zone berdua, dan pulangnya dijemput kembali. Sekarang tumben-tumbenan ia mengajak Tamara palsu untuk pergi.Kirana mengangguk, “Iya, mas. Aku biar pergi sama Kirana. Kamu kerja aja.”Andin menunjukkan wajah sedih, “Yaaah, kok papi gak ikut sih?”Reno mengelus pipi Andin, “Papi ada kerjaan yang gak bisa ditinggalin. Kan gantinya ada tante Kirana, jadi Andin tetep main sama dua orang.”Kirana berjongkok dan me

Latest chapter

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 22 - Menggali Informasi

    Tamara mengatur nafasnya yang terasa sesak. Ia berusaha tenang dan tak mencurigakan dihadapan Reno, “Oh iya, aku lupa, mas.”“Gak papa, waktu itu kamu lagi... berantakan banget. Karena omongan tante Ira ‘kan?"Tamara mendongak. Tante Ira itu siapa sih? Kenapa banyak orang yang membicarakannya? Ia menjadi sangat penasaran dengan sosok itu.Tamara mengangguk, “Iya, mas.”“Udah, jangan terlalu di ambil hati. Tante Ira gak tahu apa yang terjadi sama kamu.”Tamara membetulkan posisi duduknya, “Mas, aku boleh tanya sesuatu?”“Boleh, kenapa, Ki?”“Eum... menurut kamu perubahan penampilan aku gimana?”Reno diam. Ia hanya menatap manik Tamara datar.“Mas?”“Eum... perubahan kamu?”Tamara mengangguk. Ia begitu menunggu jawaban itu.“Aku agak kaget sih, tapi... ya kalo itu bisa bikin kamu nyaman dan merasa lebih percaya diri aku dukung. Lagian ‘kan kamu berniat mengubah penampilan dari dulu. Jadi aku gak terlalu terkejut. Kemaren waktu liat kamu tiba-tiba full makeup kayak Tamara, ak

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 21 - Bertemu Reno

    Setelah mencari cara untuk tidak ikut liburan ke Bandung bersama ayah dan ibu yang sekalian akan bertemu sanak keluarga yang lain, Tamara memiliki waktu yang lebih leluasa untuk keluar rumah.Menjadi Kirana membuatnya seperti terkurung dalam kasih sayang yang berlebih. Bukan ia tidak suka, terkadang ia hanya jengah dan tak terbiasa. Aturan Reno dan mama saja dirumah sering ia abaikan, kenapa ia harus mengikuti semua aturan ayah dan ibu yang memintanya tidak sering keluar rumah?“Gue harus cari tahu sendiri apa yang sebenernya terjadi antara Kirana sama mas Reno. Kirana gak mungkin ngaku. Dia pasti gak akan pernah jawab pertanyaan gue. Harapan gue cuma sama mas Reno.” monolognya sambil menyetir dengan kecepatan tinggi menuju kantor advertising milik Reno.Tidak butuh waktu lama, karena jalanan tidak seramai biasanya, mobil Tamara cepat sampai di kantor Reno. Ia memarkirkan mobilnya dan berjalan kesal karena menahan amarah yang teramat pada Kirana.Begitu berada di lobbi, Tamara yan

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 20 - Menahan Diri

    Tamara tak berselera makan. Sepulangnya dari rumah bertemu Kirana dan mendapati ia sudah melakukan hal itu dengan Reno membuatnya enggan melakukan apapun termasuk makan bersama ibu dan ayah. Ia terus duduk termenung di dalam kamar.Ibu dan ayah yang mengintip dari celah pintu yang terbuka sedikit merasa keheranan. Tadi pagi anak semata wayangnya begitu bersemangat memberikan oleh-oleh untuk teman barunya, Tamara, kenapa kini jadi seperti ini?“Ayah gak salah denger, bu? Kirana temenan sama orang yang bully dia waktu kuliah?” ayah melotot kaget ketika ngobrol berdua dengan ibu setelah mengintip Tamara yang sedang sedih.Ibu mengangguk, “Yah, sekarang orangnya udah berubah. Dia udah tahu kesalahannya dan menyesal. Emang apa salahnya mereka jadi temen?”“Bu, kita sama-sama tahu sifat Kirana bagaimana. Kalau ternyata Kirana hanya dimanfaatkan sama yang namanya Tamara-Tamara itu gimana?”“Ayah jangan berprasangka buruk sama Tamara. Anakny

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 19 - Enggan Kembali

    Pov KiranaSepulangnya mengantar Tamara pulang dan berbincang dengan ibu sebentar membuat Kirana memiliki energi lebih sore ini. Ia terus tersenyum bahagia karena kini ia punya cara untuk terus bertemu ibu.Reno yang baru bangun tidur melirik istrinya tanpa henti, “Sayang?"“Hm?"“Kamu kenapa senyum-senyum?”“Gak papa.”Reno bangkit dari posisi tidurannya, ia duduk disebalah Kirana, “Aku mau.”“Hm? Mau apa, mas?”Reno menggenggam tangan Kirana, “Andin ‘kan udah gede, udah saatnya kita kasih adek buat dia.”Kirana melotot, “Mas, jangan dulu.”“Kenapa?”“Eum... aku lagi banyak kerjaan. Aku harus beresin kerjaan aku.”“Sayang, ini ‘kan sabtu. Besok aja kelarinnya, oke?”Kirana tak punya alasan lagi. Ia diam saja saat Reno menciumi pipi dan lehernya. Ia tidak bisa menolak gejolak ini, apalagi ia sering membayangkan ini terjadi sedari dulu.Reno meremas kedua buah mochi Kirana, “Kita pindah ke kamar mandi yuk. Udah lama kita gak main disana.”Kirana tak menjawab, tapi ia ber

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 18 - Syarat Bertukar Kembali 1

    Tamara tak menyerah, ia terus mencari keberadaan nenek-nenek cantik namun aneh itu kemana-mana. Ia bahkan menghampiri dapur, barangkali nenek itu nyasar kesini.“Ada yang bisa kami bantu, mbak?” tanya pramusaji yang melihat Tamara kebingungan.“Eum...”“Mbak kehilangan anak mbak?”Tamara menggeleng, “Mbak, saya cari orang, tapi bukan anak saya. Saya cari... saya bisa lihat rekaman cctv dimana ya?”“Untuk itu mohon maaf, mbak, kami tidak bisa memberikan rekaman cctv sembarangan.”Tamara yang baru buka mulut melihat kedatangan manager kafe yang menghampiri mereka.“Ada apa ini?”Tamara menatap manager kafe yang seumuran dengan Reno itu, “Mas, saya lagi cari orang, dia... keluarga jauh saya, dia udah pikun. Saya takut dia... menghilang.’“Menghilang?”“Eum maksudnya.... dia nenek-nenek, umurnya sekitar tujuh puluh tahun. Neneknya udah agak pikun, jadi... mas ngerti ‘kan? Saya perlu cek c

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 17 - Nenek-Nenek Aneh

    Acara semalam berjalan dengan baik. Meskipun ada pertengakaran kecil antara Tamara dan Kirana karena lagi-lagi mereka membuat kesalahan di depan Erik dan Reno, setidaknya mereka bisa mengatasinya. Tamara sudah mengirimkan detail semua tentang dirinya pada Kirana, begitupun sebaliknya. Mereka terus berlatih sehingga sudah hari ke-empat akhirnya mereka terbiasa menjadi Tamara dan Kirana.Tamara kini tengah bersiap pergi bersama Kirana untuk membicarakan rencana mereka kedepannya.Tok-Tok-Tok“Sayang?”“Iya, bu?”“Itu temen kamu udah jemput.”Tamara mengernyit, “Temen gue ngejemput? Perasaan gue gak ada janji sama siapapun lagi deh."Dengan cepat Tamara membawa tasnya dan keluar dari kamar, “Siapa, bu?”“Namanya Tamara.”“Hah? Eum... oh, Tamara.”Ibu mengangguk, “Eum, sayang, sebelumnya ibu boleh tanya gak?”“Boleh, bu, kenapa?”“Tamara itu.. bukannya orang

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 16 - Berperan Lebih Baik

    Tamara mengedarkan matanya untuk mencari keberadaan Kirana dan Reno. Jangan sampai mereka tidak datang. Apa kata orang nanti? Pasangan couple goal dari jaman kuliah tidak datang, atau Kirana datang sendiri karena tidak berhasil membujuk Reno untuk ikut.“Ki, kamu cari siapa?” Erik memberikan gelas minuman pada Tamara.“Tamara."“Oh. Mereka gak akan dateng kali. Kan mereka punya anak."“Mereka ‘kan punya sitter, ada mama mertuanya juga yang bisa jaga Andin.”“Iya juga sih. Oyah, besok... gimana kalo kita pergi?”Tamara baru menoleh, “Kemana?” tawaran Erik bagaikan oasis di padang pasir, karena ia enggan berada di kantor dan melakukan bimbingan pada penulis.“Gak usah jauh-jauh, keliling kota aja. Gimana?”Tamara tersenyum, “Boleh.”Erik melotot, “Kamu mau?"“Mau lah, aku capek kerja terus. Aku butuh waktu healing.”Erik tertawa, “Nah, gini dong, Ki. Aku seneng deh sama perubahan di diri kamu yang semakin positif.”Tamara hanya tersenyum.“Ternyata omongan tante Ira yang me

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 15 - Pelanggaran 1 (18+)

    Pov Kirana Kirana terus memperhatikan wajahnya di cermin kamar mandi. Wajah Tamara terlihat begitu cantik dan sempurna. Tak ada cacat sedikit pun sehingga sebenarnya ia tidak perlu bermake-up untuk pergi kemana pun. Tapi menurut Tamara berbeda. Wajah cantik alaminya harus semakin disempurnakan dengan sentuhan makeup, sehingga mau tak mau Kirana harus belajar berdandan secara autodidak. Menjelang pergi ke acara pernikahan Adam, teman angkatan mereka dikampus, Kirana menunggu Reno yang sedang berbincang dengan tim nya dari kantor untuk membicarakan projek iklan. Ia sudah merayunya untuk ikut pergi. Awalnya ia menolak dan memintanya untuk pergi sendiri, tapi beberapa detik kemudian ia berubah pikiran dengan mengajukan satu syarat. “Kalo mas Reno minta...” Kirana menggeleng, “Enggak, Tamara bilang mas Reno gak akan minta itu.” Kirana diam. Otaknya berpikir keras tapi tak berani mengambil kesimpulan dari semua tanyanya. “Kalo Tamara bilan

  • 30 Hari Bertukar Badan    BAB 14 - Hati-Hati pada Reno

    “Eum... gimana kalo Andin pergi sama kamu sama Kirana aja, Ra?” Reno menatap Tamara.“Hm?” Kirana kebingungan, “Kamu emangnya mau kemana, mas?"Reno menyentuh lehernya, “Eum aku baru inget ada final projek dikantor, jadi harus kesana buat mantau.”Tamara menunduk, saat ia menjadi dirinya sendiri Reno tidak pernah mangkir dari jadwal kerjanya apalagi sedang ada projek di kantor. Ia bahkan tidak pernah mengajak pergi Andin bersamanya. Biasanya Reno akan mengantarkan Andin bersama suster Tina agar pergi ket Time Zone berdua, dan pulangnya dijemput kembali. Sekarang tumben-tumbenan ia mengajak Tamara palsu untuk pergi.Kirana mengangguk, “Iya, mas. Aku biar pergi sama Kirana. Kamu kerja aja.”Andin menunjukkan wajah sedih, “Yaaah, kok papi gak ikut sih?”Reno mengelus pipi Andin, “Papi ada kerjaan yang gak bisa ditinggalin. Kan gantinya ada tante Kirana, jadi Andin tetep main sama dua orang.”Kirana berjongkok dan me

DMCA.com Protection Status