Home / Thriller / 2'20 / 31 - Pertemuan

Share

31 - Pertemuan

Author: Kamelzy
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Citra menatap sekelilingnya. Banyak tenda berjejeran yang berhadapan langsung dengan sebuah danau, daratan ini dikelilingi oleh bukit-bukit kecil, udara yang terasa menipis, angin malam yang begitu tenang, hingga embun tipis yang menutupi mata kakinya membuat Citra memilih untuk mengambil jaket di tas dan mengenakannya untuk menghangatkan tubuh.

Setelah kembali mengenakan tasnya dan merapatkan jaketnya, gadis itu berkeliling sejenak. Memerhatikan isi tiap tenda yang ada disana untuk memastikan bahwa dia tak benar-benar sendirian.

Namun sayangnya, gadis itu tak menemukan siapapun.

Dia tak begitu suka tempat ini.

Malam hari terasa sangat cerah dengan bulan berwarna merah kebiruan dan puluhan bintang disekitarnya. Citra akhirnya mengambil salah satu lampu gantung di salah satu tenda dan membawanya menuju tepi danau tersebut, menatap ke ujung danau berharap bahwa dia bisa menemukan sedikit keributan yang bisa dia anggap sebagai ulah Jane dan Putra, ataupun Ar

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • 2'20   32 - Terperangkap

    “GAK BAKAL BERHENTI JARUM SAMA SETAN-SETAN INI NGEJAR KALO KITA GAK PAKAI TOPENG!” teriak Jane tanpa sadar.“YAUDAH AYO PAKAI TOPENG!” balas Putra tanpa memelankan langkah kakinya yang kian lama kian melaju.“TOPENGNYA KAN TADI DIBUANG ANJING!” amuk gadis itu dengan emosi.“KAU YANG NGIDE BANGSAT!!”“AKH!” jerit gadis itu histeris ketika merasakan sebuah jari nyaris menyentuh punggungnya, dia lantas dengan cepat kembali melajukan langkahnya, membuat Putra sedikit tertinggal di belakang. “LAKUKAN SESUATU! KAU KAN WRENA!”“Lah, bener. Aku kan wrena?” gumam Putra seakan baru benar-benar tersadar bahwa dia tak lagi sama dengan manusia.Pemuda itu lantas mengubah satu lengannya menjadi tumpukkan tulang yang meruncing, membiarkan Jane terus lari mencari jalan keluar dari hutan itu sambil menghindari duri-duri yang berterbangan, sedangkan Putra mulai mengayunkan tan

  • 2'20   33 - Pengorbanan

    Malam itu, Mala mungkin tidak akan kembali, akan tetapi Citra tahu pasti bahwa kakak kesayangannya itu tidak akan benar-benar mati. Dia benci mengakui bahwa Mala tak menepati janjinya, namun pada akhirnya dia juga paham bahwa apapun yang terjadi pada Mala setelah kepergiannya, mungkin bukanlah hal yang indah. Ia bisa memastikan bahwa kakaknya itu takkan pernah tunduk pada budaya-budaya fiktif yang sengaja di kembangkan para tetua hanya demi memenuhi harsat membunuh mereka saja. Dia tahu Mala takkan pernah tunduk pada tradisi tak manusiawi seperti itu. Kamis, 08 Februari 2008, usia Citra baru saja menginjak ke angka 13 saat Mala pertamakali berkata padanya bahwa itu adalah umur yang tepat, umur yang pas baginya untuk segera pergi dari desa mereka. Mala bilang, dia akan menyusul Citra nantinya. Mereka akan tinggal bersama, di Bali, di rumah kenalan Mala. Menjauh dari desa, memutuskan hubungan dengan keluarga dan kerabat mereka, membuat berbagai skenario

  • 2'20   34 - Lawan!

    Putra memerhatikan beberapa gelembung yang berjejer di sana. Dari sekian banyak gelembung yang ada di belakang Lingga, ada gelembung yang berisikan sosok Citra, sedangkan di samping gadis itu ada gelembung yang berisikan anak kecil, dan satunya lagi adalah seorang pemuda dengan pedang yang sedikit berkarat di genggamannya.Dia terdiam, menyadari bahwa mungkin sebagian dari prajurit Bérawa yang melakukan patroli di Nusantara selama hari itu juga berhadapan dengan para Wrena, seperti dirinya dengan Citra dan Arta di Jogja, ataupun mereka yang kini ada di dalam gelembung itu; Okta dan Joyla.Padahal anak itu masih berusia 15 tahun namun dia sudah langsung dihadapkan dengan masalah seperti ini dipenugasan pertamanya.Hal yang dia ingat, Okta dan Joyla bertugas di Jakarta karena kakaknya Joyla berada di sana untuk urusan lomba. Entah perlombaan seperti apa juga dia tak tahu karena saat itu mereka sudah terburu-buru untuk pergi ke Jogja.‘Kenap

  • 2'20   35 - Joyla Binagara

    “Jadi ... ini adalah dimensi dimana kita dipertemukan dengan orang yang berarti dalam hidup kita?” gumam Joyla tanpa sadar. “Ini dimensi dimana kau bertemu dengan orang yang sudah mati, dan masih menyayangimu.” Gadis kecil itu terdiam mendengar balasan Hanbin, matanya masih menatap sorot tulus dari kakak kandungnya tersebut. “Jadi ... itu adalah alasan mengapa aku tak bisa menemukanmu di Jakarta?” Hanbin mengangguk kecil, “Maaf ....” “Apa kau menang?” “Entahlah,” balasnya pelan, “Gempa terjadi saat pengumuman pemenang akan dilontarkan.” Joyla sama sekali tak membuka suara mendengar hal itu, membuat Hanbin kembali meliriknya dan tersenyum tipis. “Kau tak sedih?” “Sedih, aku hanya tak bisa menangis.” Hanbin terkekeh kecil mendengar hal itu, “Kau memang tak pernah menangis, Joy.” Kematian kedua orang tua mereka bahkan tak membuat Joy meneteskan air mata, karena itu juga Hanbin sama sekali tak heran jika adiknya itu tak bisa menang

  • 2'20   36 - Runtuhnya Tanah Ibu Kota

    *Kuta Selatan, 19 Februari 2020.*Sehari sebelum insiden tornado beruntun di pulau Jawa. Hari itu Budiandra bersama Dirga mengumpulkan kesembilan Pilar Merah milik Bérawa untuk patroli tahunan mereka ke tiga gerbang yang tersebar di sekitar pulau Jawa. Mereka adalah Arta, Okta, Joyla, Joe, Ilyas, Kintan, Putra, Citra, dan Rolla. Pulau Jawa memiliki tiga gerbang sakral yang sebenarnya dijaga oleh banyak energi para tetua dari masalalu, namun Bérawa tetaplah salah satu komunitas lawas yang memiliki kewajiban untuk memastikan keamanan gerbang-gerbang itu.Tiga gerbang tersebut berada di laut perbatasan antara Cilegon - Bakau, di Alun-alun Yogyakarta, dan di laut perbatasan antara Alas Purwo - Denpasar. Joyla –yang dihitung dua orang karena bersama Joe sebagai roh yang tinggal di tubuhnya— dan Okta memegang kendali dalam patroli di sekitar Banten untuk melihat gerbang di la

  • 2'20   37 - Pecahan Kaca Violet

    Malang tidak dijatuhi tornado ketika nyaris seluruh tanah di Jawa hancur karena pusaran angin raksasa itu. Di hari yang sama, saat siang datang ketika matahari berdiri tepat di atas kepala, dengan sekali kedipan mata, kota itu seketika berubah menjadi gelap gulita.Purnama muncul dengan warna violetnya, membuat semua kegiatan terhenti, membuat orang-orang yang lari berlalu-lalang karena panik kebingungan kini terdiam, menahan napas menatap rembulan itu. Tak semua orang menyadarinya, namun saat seseorang mencoba melihat lebih jeli bentuk bulan tersebut, ia bisa menyadari adanya tumpukkan ribuan manusia tergantung di sana, dengan tiap dahi yang ditancapi paku-paku besar, dengan kaki-kaki pucat yang terayun di udara. Dia tak tahu jelas, itu benar-benar manusia atau roh yang telah mendapatkan hukuman mematikan dari para Dewa. Namun ... ribuan? Tidak, dengan ukuran bulan yang sebesar itu, jumlahnya pasti jutaan.Apa yang sedang terjadi?Pertanyaan itu masih tergantun

  • 2'20   38 - Rencana Okta

    Tindakkan Cuna yang hanya berlangsung sepersekian detik membuat fokus semua orang teralih pada retakan yang dia buat. Okta yang menyadari kesempatan kecil itu lantas menyeringai, memperkuat pijakan di kakinya dan meloncat kencang hingga dia sampai di samping Lingga, lalu dalam kurun waktu kurang dari sedetik, dia sudah mengeluarkan pedang berlapis api biru yang sedikit berkarat ujungnya, dan lantas memotong tangan Lingga yang sedang mencengkram leher Joe. Membuat gadis itu mampu lolos dan langsung kembali memasuki tubuh Joyla.“Kau kembali membiarkan mereka melakukan itu?” sinis Grilya pelan, terdengar cukup kesal karena tingkah Lingga yang seakan sedang mempermudah segala akses orang-orang itu untuk menganggap mereka lemah.“Lagi pula mereka takkan bisa kemanapun.” Lingga membalas dengan tenang sambil memerhatikan lengannya yang kembali tumbuh dalam sekejap.Okta kembali ke sisi Joyla tanpa halangan apapun, sedangkan mereka semua masih t

  • 2'20   39 - Terbongkar

    Mereka terbang kian lama kian meninggi dengan Okta ⸺yang membawa Joyla⸺ di bagian teratas, lalu Arta, Citra, Cuna, dan Putra yang membawa Jane di atas bahunya. Gadis itu merasa benar-benar terbodohi karena dia mengira bahwa para prajurit Bérawa ini akan mengeluarkan formasi keren mereka ala di film-film fantasy action kebanyakan, nyatanya, rencana yang mereka maksud adalah rencana kabur bersama. “APA CUMA AKU YANG TAK TAHU?!” teriak Jane terdengar kesal, bahkan Cuna terlihat tak terkejut dengan aksi dadakan itu. Berbeda jauh dengan reaksinya. “Cuna punya reflek yang bagus, sedangkan kau lebih sering telat menyadari sesuatu.” Putra membalas dengan cepat, “Dan sepertinya Okta menyadari kesempatan untuk kabur ketika melihat retakkan yang telah Cuna ciptakan.” “Apa maksudmu?” tanya Jane menyadari bahwa mereka masih terbang ke arah atas, semakin jauh dari tempat Lingga dan Grilya berada. “Kuku itu bisa membuat retakkan dari dalam, artinya kita bis

Latest chapter

  • 2'20   60 - Akhir Kisah.

    [BAGIAN; DI UJUNG NAPAS YANG TERCEKAT]Dalam satu detik yang terasa begitu lama, Dirga menelan salivanya menatap sosok Arta yang kini baru saja menjatuhkan mayat Cuna di hadapan Jane dan Putra. Pemuda itu menahan napas sejenak, mencoba sekeras mungkin untuk mengabaikan apa yang dia lihat. Dirga lalu kembali mengalihkan atensinya ke arah Kendari ⸺mendapati wanita itu sedang terdesak dengan Gilang yang sedang mencengkeram belakang kepalanya⸺ dan dengan segera meloncat terbang hendak meninggalkan Dewiana jika saja wanita itu tidak dengan cepat menusuk lehernya menggunakan tongkat putih bercorak biru tersebut, lalu menjatuhkan pemuda itu, membuat wujud Barong Dirga jatuh ke menghempas kolam raksasa yang ada di dalam tembok.“Kau harus perhatikan lawanmu, Dirga.” Wanita itu menyeringai tanpa sadar, “Tak peduli apa pun yang sedang terjadi di sekitarmu.”Dirga menahan jeritannya, sedangkan tangan pemuda yang memegang pe

  • 2'20   59 - Tepat Di Depan Mata

    Jane dan Putra ada di dalam perisai yang Kintan ciptakan ketika Hindia pertama kali muncul di udara dengan sekumpulan salju yang mulai bersatu dan membentuk tubuh tingginya. Di detik setelahnya, seluruh salju yang melapisi tubuhnya itu seketika lenyap bersamaan dengan hujan salju di sekitar mereka yang kini berubah menjadi ribuan butir bola api. Mereka dalam diam menatap hujan itu mengingat bahwa mayoritas dari para prajurit pun kini juga ada di dalam perisai yang telah di ciptakan oleh beberapa Pilar. Api itu tak bisa menembus perisai yang telah mereka ciptakan, jadi mayoritas dari mereka berpikir ... semua akan aman selama perisai yang kini melindungi mereka tak terbuka. “Kota ini terlihat sepi jadi aku membawa sedikit pasukan,” ucap Hindia bersamaan dengan perisai milik Gandi yang dia buka secara tiba-tiba karena luapan api yang kian membesar di dalamnya. Beberapa pasukan yang ada di sekitar Gandi itu membuka seragam bagian terluar mereka karena bekas salju yang m

  • 2'20   58 - Rencana Dari Yamani

    Dalam kurang dari satu detik setelah meminta izin secara sepihak pada Kendari, Andra kini sudah benar-benar ada di hadapan Hindia. Membuat wanita itu menahan rasa kaget sekaligus takjub karena aura panas mencekam yang tiba-tiba saja ingin membakar habis tubuhnya.Hindia selalu menikmati momen-momen ketika dia bisa melawan seseorang yang lebih kuat darinya. Hingga pada umumnya, wanita itu akan memanfaatkan waktu sebaik dan selama mungkin agar bisa membuat perkelahian mereka berjalan dengan sangat lama.Berbeda dengan seseorang yang dia anggap lebih lemah, dia akan membuat skenario baru seakan dia adalah sosok yang baik, yang membiarkan korbannya itu untuk hidup lebih lama. Lalu, dengan kelengahan yang korban itu miliki karena merasa telah selamat, dia akan memanfaatkan korban itu dan memainkannya seperti boneka di waktu-waktu yang tepat.Seperti apa yang dia lakukan pada Cuna.Tepat di satu detik setelahnya, tangan Andra sudah lebih dulu mencengke

  • 2'20   57 - Pertempuran Antar Teman Lama

    Bisa dibilang, mereka direkrut sebagai anak buah para Cendrasa di waktu yang bersamaan. Sebagai angkatan yang cukup tua, baik Dewiana maupun Dirga sama-sama dianggap sebagai kandidat terkuat untuk menjadi anggota Cendrasa, bersama dengan Hindia.Dirga tahu persis sekuat apa Dewiana, begitu sebaliknya. Mereka mungkin jarang bertarung bersama, keduanya juga jarang dimasukkan ke dalam misi yang sama. Namun, mereka cukup dekat ketika rapat terjadi karena Dirga suka sekali memancing emosi Dewiana, sedangkan wanita itu juga terkadang suka menjaili Dirga dengan cara yang tak normal.Misalnya dengan tiba-tiba mendorong Dirga keluar dari Kastil dan membuatnya menghempas jatuh tenggelam ke Black Ocean yang ada di bawah Kastil itu. Tak semua orang bisa bertahan jika jatuh ataupun bersentuhan dengan Black Ocean karena bisa dibilang, itu adalah lautan yang tak pandang bulu dalam memakan sesuatu. Namun, Dewiana juga tahu bahwa Dirga memiliki sesuatu yang bisa membuatnya bertahan jik

  • 2'20   56 - Salju yang Membakar

    “Ini baru lima menit pertama sejak kau muncul, Dewiana Surya ...” Suara itu menggema bersamaan dengan sekumpulan salju yang membentuk sebuah tubuh lengkap dengan gaun panjang, serta tiga bola api yang melayang berputar di atas telapak tangan kirinya. Perlahan, salju-salju itu menghilang dan digantikan oleh wujud sempurna Hindiana Putri, dengan rambut bergelombang yang menutupi sepanjang punggung sampai pinggulnya, dengan payung hitam yang menutupi pucuk kepalanya, bibir yang dipolesi warna merah darah, selaras dengan iris matanya. Wanita itu setinggi 200 sentimeter, dengan gaun berenda hitam yang melapisi seluruh tubuh tinggi semampainya.Hindia memasang senyuman miring sambil mengangkat payungnya, bersamaan dengan itu semua salju yang sebelumnya menghujani mereka, ⸺yang jatuh dan menutupi nyaris seluruh daratan serta pohon-pohon di pulau Bali⸺ kini kembali ke dalam wujud asli mereka, yaitu api.Dalam seke

  • 2'20   55 - Rantai Yang Mengikat

    “Dewiana, namanya ... Dewiana Surya.” Cuna membeku mendengar bisikan itu lagi di dalam kepalanya. Walaupun baru beberapa hari berlalu, rasanya seperti sudah lama sekali dia tak mendengar suara itu lagi.“Mungkinkah?” pikir gadis itu bersamaan dengan Arta dan Rolla yang terbang di sampingnya, mereka berada beberapa kilometer di hadapan Dewiana.“Kau bisa mendengarku kan, Cuna?” tegur suara itu. Cuna menelan salivanya tanpa sadar, benar-benar tak menyangka bahwa dia akan kembali mendengar suara itu dengan sangat jelas di dalam kepalanya.Gadis itu sama sekali tak bisa bereaksi atau pun membuka suara. Rasa takut itu perlahan menggerogoti tubuhnya, dia sama sekali tak bisa mengendalikan diri ataupun membalas ucapan Hindia di dalam kepalanya.“Kau tahu, ada hal yang sangat mustahil dilakukan manusia dengan mudah ketika dia pertama kali menjadi Wrena. Hal itu adalah ... me

  • 2'20   54 - Dia Datang!

    Andra menatap dalam diam butiran salju yang perlahan turun ke lautan yang baru saja mereka ratakan menjadi daratan. Kedatangan Dewiana membuatnya tersadar tentang siapa yang akan datang menyambut mereka hari ini.Hari tiba-tiba saja berubah menjadi malam. Mereka sengaja tak menggunakan perisai karena milik Dirga tak begitu kuat, sedangkan perisai miliknya memiliki fungsi untuk menghancurkan bagian dalamnya, bukan menahan ataupun mengurung siapa pun yang ada di bagian dalam.Jika perisai milik Wiralaya yang menutupi pulau Jawa bisa mengeluarkan ribuan tornado dalam satu waktu, maka perisainya memiliki kekuatan untuk membakar habis siapa pun yang ada di dalamnya. Hal itu pula yang membuatnya tak bisa menggunakan perisai.Para Wrena yang dimiliki Bérawa belum punya cukup kekuatan untuk membuat perisai, dan rencana yang kini mereka coba bangun adalah untuk melawan seluruh musuh yang ada dengan kekuatan yang sudah mereka kuasai.“Kau bilang saat i

  • 2'20   53 - Percobaan Pertama

    Jane menatap rintikkan salju yang mulai turun dengan sangat lambat di malam hari yang tiba-tiba datang itu. Dia menelan salivanya tanpa sadar, netranya menatap kosong langit biru tua dengan awan tipis di atas kepala mereka.“Dia datang, dia ... dia akan datang.” Gadis itu berucap tanpa sadar dengan sangat gugup sambil memundurkan langkahnya.Gadis itu sama sekali tak mendengar suara Putra yang sejak tadi terus-menerus memanggilnya, kepala Jane tanpa sadar sudah dipenuhi oleh ingatan-ingatan dirinya bersama Wonu saat terakhir kali puluhan salju itu menghilang dan mereka diserang habis-habisan oleh para Pati beserta tornado.Dari yang gadis itu ingat, Andra pernah berkata selama rapat bahwa kekuatan Hindia adalah memanipulasi apa pun menjadi sebuah salju, persis seperti yang dia alami ketika Hindia mengubah satu kota menjadi dunia salju yang kosong, dan tepat ketika dia sudah pada puncak rasa bosannya, dia akan mengubah segala hal itu ke bentuk asalnya

  • 2'20   52 - Tanda Dimulainya Perang

    25 Februari 2020, seluruh bagian barat Bali —terutama di sepanjang pesisir Pantai Batu Bolong sampai ke Pura Luhur Uluwatu— dipenuhi oleh ribuan Prajurit yang berjaga di tiap pesisir dan tebing ujung pulau itu. Sementara para Pilar yang sejak rapat berakhir dini hari lalu, sudah mulai membuat daratan baru di laut perbatasan Bali itu, mereka melapisi daratan itu dari bagian dasar ke permukaan menggunakan 6 jenis kekuatan.Dimulai dari pesisir utara Bali sampai ke Alas Purwo yang ada di seberang mereka, Gandi lebih dulu melapisi bagian dasar lautan menggunakan kekuatan Batunya, setelah itu dilapisi lagi bagian atasnya dengan kekuatan Koral milik Olan, Kintan membantu melapisi bagian atasnya lagi menggunakan Kristalnya, setelah itu mendekati bagian permukaan diisi oleh Bella menggunakan Kapurnya dan dikeraskan, setelah itu ditutup oleh milik Ilyas dengan Lempung yang dikeraskan, dan terakhir dikuatkan dengan Tanaman-tanaman menjalar

DMCA.com Protection Status