Usai acara tahlil, Rusman mengajak keluarganya pulang ke rumah mereka. Mereka berjalan kaki bertiga, sedangkan Adji dan Syafa mengendarai mobil karena Faraz, sang putra sudah tertidur lelap sejak tadi.Mereka berjalan beriringan dengan Santi di sisi kiri Yuni. Sejak acara tahlilan, Santi lebih banya
***Kumandang azan subuh menggema, membuat siapa saja segera terjaga lalu bersiap menghadap sang pencipta sebelum melakukan rutinitasnya."Onty ... Onty ... bangun!" Santi menggeliat, merenggangkan otot tubuhnya yang terasa kaku. Matanya masih terasa berat, tetapi telinganya samar mendengar suara k
Santi duduk diapit Yuni dan juga Syafa, berhadapan langsung dengan Rusman dan Adji yang duduk di sofa samping kanan. Bukan tanpa alasan, mereka berada di sana sepagi itu.Tak lain dan tak bukan adalah dari pernyataan Santi yang berniat membatalkan rencana pernikahannya dengan Bintang.Yuni begitu te
Santi menatap Dimas dengan tatapan tak percaya, tetapi dengan santainya Dimas justru tersenyum lebar seolah tidak merasa telah membuat jantung Santi bekerja extra mendengar ucapannya."Dim--""Aku tahu, kamu pasti menolak lagi. Dulu masih tampan saja kamu gak mau, apalagi sekarang? Sudah jelek, saki
"Astaghfirullahhalazim ...."Santi membeliakkan mata, melihat pesan foto yang dikirimkan Bintang padanya. Nisa yang masih mengerjakan laporan mendongak seketika menatap Santi."Ada apa, Dok?" "Tunangan saya kecelakaan," jelasnya singkat lalu segera menekan ikon panggil. Ia ingin memastikan keadaan
"Jadi kamu yang periksa Dimas?" tanya Rusminah setelah rasa terkejutnya mereda mengetahui bahwa gadis cantik berhijab bernama Santi itulah yang menangani Dimas, anaknya.Santi tersenyum ramah, "benar, Bu. Saya juga yang merujuk Dimas ke rumah sakit ini dari puskesmas desa. Ibu bagaimana kabarnya?" j
"Bu--" lirih Dimas menatap Rusminah dengan tatapan yang sulit dijbarkan. Pun dengan Rahma dan Rusdi yang berada di dekat ranjang Dimas sisi yang lain.Mendadak, Arum merasa tegang. Ia telah sering membicarakan perihal ini berdua dengan Rusminah, tetapi tidak dengan Dimas. Ia takut, Dimas menganggap
Hari Sabtu adalah hari yang dinanti Santi sepanjang minggu sebab di hari itu dia menadapat libur selama 2 hari. Rencananya dia akan pulang ke Bandung di libur kali ini."Si Neng teh jadi pulang ke Bandung?" tanya Desi, Bu Kades, saat usai sholat subuh."Insya Allah, Bu, nanti dari rumah sakit langsu
"Masya Allah, alhamdulillah, terimakasih banyak Wak, Bi. Neng, bahagia sekali," ujar Santi sepenuh hati menatap sayang kepada keluarga ayahnya itu satu persatu. Sampai kepada Rida, Santi teringat akan pesan yang dikirimkan oleh Bintang tadi."Oh iya, Neng teh sampai melupakan sesuatu," lanjutnya mem
Kunjungan keluarga Bintang ke rumah sakit tempat dirawatnya Santi tak hanya sekedar kunjungan biasa. Rupanya, terjadi pembicaraan serius antara Rusman dan Hendrawan terkait kelanjutan rencana pernikahan anak-anak mereka.Semua sudah dibicarakan dan tanggal pun sudah ditetapkan, yaitu 2 minggu lagi m
"Hayuk masuk atuh, kita sarapan dulu!" ajaknya usai memeluk Aisyah dan Linda bergantian. Bahkan, Hendrawan pun dia perlakukan bak anak sendiri."Kebetulan kita belum sarapan, Ni," balas Hendrawan yang segera melangkah masuk ke dalam rumah diikuti yang lainnya.Mereka bercengkerama selayaknya keluarg
"Sudah siap semua, A'?" tanya Hendrawan kepada Bintang yang tengah memakai sepatunya.Bintang mendongak menatap ayah sambungnya yang sudah terlihat semakin segar setelah 2 hari dia tunggui di rumah. Rupanya, sakitnya Hendrawan hanyalah penyakit malarindu kepada anak-anaknya saja. Setelah Bintang dan
Dalam pikirannya, kuliah dan mendapat gelar itu adalah penunjang langkah menuju sukses yang dia inginkan. Meski jalan yang dilalui tak mudah, tetapi memiliki ijazah sarjana adalah merupakan salah satu batu loncatan menuju puncak kesuksesan. Berbeda dengan Ikhsan yang memilih memgembangkan skil yang
Bintang membawa langkah dengan pasti saat burung besi yang mengatarnya pulang ke tanah air telah berhenti sempurna. Menderap langkah semakin cepat usai mengambil koper miliknya menuju pintu keluar bandara.Setelah hampir 5 jam di udara, akhirnya kakinya menapak tanah air dengan selamat. Namun, perja
Mau tak mau Santi pasrah juga, mengalungkan tangan di leher sang ayah yang terasa semakin tua itu. Menatap wajah lelaki hebatnya itu dalam-dalam. Sudah banyak keriput menghiasi wajah bapaknya, menandakan bahwa bapaknya tak lagi muda. Namun demikian, bapaknya masih kuat menggendongnya sampai ke toile
Waktu berputar begitu cepat, tanpa terasa mentari dengan cepat menghapus pekatnya langit malam. Usai sholat subuh, Bintang dengan segera bersiap untuk pulang ke tanah air. Mendapat penerbangan pagi membuatnya semakin tak sabar untuk bertemu dengan orang-orang yang dia rindukan.Dengan diantarkan ol
Di belahan bumi lain, Bintang tengah bersiap untuk kepulanganmya esok hari. Mengemasi beberapa pakaian yang akan dia bawa pulang. Kepulangannya kali ini bukan untuk tak kembali, karena masa pendidikannya juga belumlah usai."Berapa lama kamu di rumah, Tang?" tanya Abdi yang melihat rekan satu aparte