Angin malam berhembus begitu dingin, langit kota Bandung pun dihiasi mendung yang bergelayut manja. Pertanda akan turun hujan malam ini."Neng masuk atuh, dingin!" titah Yuni yang melihat anak keduanya masih betah bermain ponsel di teras belakang."Iya, Bu, sebentar," sahut si bungsu tanpa menoleh.
"Iya, alhamdulillah. Setelah menunggu beberapa tahun, akhirnya kita punya cucu, Bu!" tanggap Rusman tak kalah bahagia. Sedangkan Yuni hanya bisa mengangguk dengan mata berkaca-kaca, ia menangis bahagia.Ia begitu terharu mendengar bahwa sang anak sulung sebentar lagi akan menyandang gelar sebagai ay
Mereka 7 bersaudara, tetapi hanya Likah yang berdiri di garda terdepan membela adiknya, anak ke-5nya di keluarga itu."Kalian semua gila! Saya teh malu punya saudara seperti kalian! Pergi kalian dari sini, pergi!" amuk Likah memdorong-dorong kakak pertama dan keduanya."Kalau bukan karena Dorman, ka
"Santi ... ""Santi kenapa, Dim?" desak Rahma penasaran, karena Dimas kemudian diam saja seolah enggan bercerita."Ayah melarangku mendekati Santi hanya karena Santi adalah anak dari Pak Rusman. Dan kamu tahu, setiap kali Ayah Ibu bertengkar nama Pak Rusman selelalu disebut Ayah. Awalnya, Ibu juga t
"Iya, niat awal aku ingin bawa Ibu pergi sejauh mungkin dari rumah. Kami akan hidup berdua saja tanpa ada lagi tekanan yang kami alami. Tapi sayangnya, Ayah keburu pulang saat aku dan Ibu baru membereskan barang kami.Terjadi lagi pertengakaran Ibu dan Ayah, semua barang berhamburan ke lantai. Punca
"Alasannya?""Gak tahu, awalnya Neng mau kasih kesempatan karena merasa kasihan aja. Baper juga, sih, dikit. Pas ketemu lagi, kayak rasanya udah beda aja gitu, gak bisa jelasin lebih detail." jawabnya ambigu.Adji terkekeh pelan mendengar jawaban Santi, benar dugaannya bahwa perasaan antara adiknya
Awan hitam masih belum ingin beranjak melingkupi langit kampung halaman Rusman, semilir angin yang membawa rintik hujan tipis, lembut menyentuh kulit.Akan tetapi, tak ada satupun keluarga Rusman yang ingin beranjak pergi dari rumah peristirahatan terakhir anggota keluarga mereka. Semua menatap pilu
"Eh, ini teh beneran? Kok, gak ada yang kabarin kami?" sambut Yuni antusias begitu melihat Anisa yang diperkenalkan oleh Rukaya sebagai calon menantunya.Pagi ini mereka datang ke rumah Rusni, setelah mendapat kabar bahwa kesehatan Rusni sedang tidak baik. Usai menjenguk Rusni yang terbaring di kama
"Masya Allah, alhamdulillah, terimakasih banyak Wak, Bi. Neng, bahagia sekali," ujar Santi sepenuh hati menatap sayang kepada keluarga ayahnya itu satu persatu. Sampai kepada Rida, Santi teringat akan pesan yang dikirimkan oleh Bintang tadi."Oh iya, Neng teh sampai melupakan sesuatu," lanjutnya mem
Kunjungan keluarga Bintang ke rumah sakit tempat dirawatnya Santi tak hanya sekedar kunjungan biasa. Rupanya, terjadi pembicaraan serius antara Rusman dan Hendrawan terkait kelanjutan rencana pernikahan anak-anak mereka.Semua sudah dibicarakan dan tanggal pun sudah ditetapkan, yaitu 2 minggu lagi m
"Hayuk masuk atuh, kita sarapan dulu!" ajaknya usai memeluk Aisyah dan Linda bergantian. Bahkan, Hendrawan pun dia perlakukan bak anak sendiri."Kebetulan kita belum sarapan, Ni," balas Hendrawan yang segera melangkah masuk ke dalam rumah diikuti yang lainnya.Mereka bercengkerama selayaknya keluarg
"Sudah siap semua, A'?" tanya Hendrawan kepada Bintang yang tengah memakai sepatunya.Bintang mendongak menatap ayah sambungnya yang sudah terlihat semakin segar setelah 2 hari dia tunggui di rumah. Rupanya, sakitnya Hendrawan hanyalah penyakit malarindu kepada anak-anaknya saja. Setelah Bintang dan
Dalam pikirannya, kuliah dan mendapat gelar itu adalah penunjang langkah menuju sukses yang dia inginkan. Meski jalan yang dilalui tak mudah, tetapi memiliki ijazah sarjana adalah merupakan salah satu batu loncatan menuju puncak kesuksesan. Berbeda dengan Ikhsan yang memilih memgembangkan skil yang
Bintang membawa langkah dengan pasti saat burung besi yang mengatarnya pulang ke tanah air telah berhenti sempurna. Menderap langkah semakin cepat usai mengambil koper miliknya menuju pintu keluar bandara.Setelah hampir 5 jam di udara, akhirnya kakinya menapak tanah air dengan selamat. Namun, perja
Mau tak mau Santi pasrah juga, mengalungkan tangan di leher sang ayah yang terasa semakin tua itu. Menatap wajah lelaki hebatnya itu dalam-dalam. Sudah banyak keriput menghiasi wajah bapaknya, menandakan bahwa bapaknya tak lagi muda. Namun demikian, bapaknya masih kuat menggendongnya sampai ke toile
Waktu berputar begitu cepat, tanpa terasa mentari dengan cepat menghapus pekatnya langit malam. Usai sholat subuh, Bintang dengan segera bersiap untuk pulang ke tanah air. Mendapat penerbangan pagi membuatnya semakin tak sabar untuk bertemu dengan orang-orang yang dia rindukan.Dengan diantarkan ol
Di belahan bumi lain, Bintang tengah bersiap untuk kepulanganmya esok hari. Mengemasi beberapa pakaian yang akan dia bawa pulang. Kepulangannya kali ini bukan untuk tak kembali, karena masa pendidikannya juga belumlah usai."Berapa lama kamu di rumah, Tang?" tanya Abdi yang melihat rekan satu aparte