Di rumah sakit di kota, Roji dan juga Iroh tengah menatap anak kedua mereka dengan tatapan berkabut iba. Tak dapat mereka bayangkan, sakit yang anak mereka rasakan. Roji yang dikenal dengan watak keras pun sampai menitikkan air mata menatap wajah pucat anak keduanya itu.Begitu juga Iroh, dia sampai
"Mangkanya atuh si Neng teh yang semangat, biar kita bisa pulang secepatnya." Salma mengngguk pelan sebagai tanggapan akan ucapan Iroh."Boleh enggak sih kalau kita pulang aja hari ini?" ucapnya lirih dengan menatap nanar Iroh dan Roji bergantian."Kenapa atuh, Neng?" tanya Roji iba."Ya enggak papa
"Tidak ada yang Ibu rahasiakan darimu, A', tapi mungkin Ayahmu yang merahasiakannya." ucap Rusminah menghela nafas besar, matanya menatap lurus ke depan dengan tatapan kepedihan.Dimas terdiam, ia turut menjatuhkan diri di samping ibunya, sama-sama menatap lurus ke depan dengan segala pikiran berkec
Di sudut kota Bandung yang lain, Santi tengah bersama Rahma. Usai dari kampus yang akan menjadi tempat keduanya menimba ilmu lanjutan, Rahma meminta waktu untuk bicara berdua dengan Santi.Mereka memilih kafe Syafa yang berada di dekat kampus mereka, memilih tempat di sudut dengan pemandangan kolam
"Teteh--""Kamu ... "Santi dan pramusaji yang disenggolnya sama-sama terkejut. Parmusaji yang lagi-lagi adalah Bintang itu terkejut melihat Santi yang ia ketahui adalah adik dari pemilik kafe tempatnya bekerja. Sedangakan Santi terkejut melihat Bintang yang ia ketahui adalah teman satu kampusnya di
Rahma segera berlari menuju ruang IGD begitu taxi yang ditumpanginya berhenti tepat di depan lobi rumah sakit. Dengan nafas tersengal, akhirnya dia melihat ibunya berdiri dengan cemas di depan ruang IGD."Bu!" Panggilnya semakin mendekat."Neng, ya Allah!" sambut Likah atas kedatangan anak ketiganya
Angin malam berhembus begitu dingin, langit kota Bandung pun dihiasi mendung yang bergelayut manja. Pertanda akan turun hujan malam ini."Neng masuk atuh, dingin!" titah Yuni yang melihat anak keduanya masih betah bermain ponsel di teras belakang."Iya, Bu, sebentar," sahut si bungsu tanpa menoleh.
"Iya, alhamdulillah. Setelah menunggu beberapa tahun, akhirnya kita punya cucu, Bu!" tanggap Rusman tak kalah bahagia. Sedangkan Yuni hanya bisa mengangguk dengan mata berkaca-kaca, ia menangis bahagia.Ia begitu terharu mendengar bahwa sang anak sulung sebentar lagi akan menyandang gelar sebagai ay
"Masya Allah, alhamdulillah, terimakasih banyak Wak, Bi. Neng, bahagia sekali," ujar Santi sepenuh hati menatap sayang kepada keluarga ayahnya itu satu persatu. Sampai kepada Rida, Santi teringat akan pesan yang dikirimkan oleh Bintang tadi."Oh iya, Neng teh sampai melupakan sesuatu," lanjutnya mem
Kunjungan keluarga Bintang ke rumah sakit tempat dirawatnya Santi tak hanya sekedar kunjungan biasa. Rupanya, terjadi pembicaraan serius antara Rusman dan Hendrawan terkait kelanjutan rencana pernikahan anak-anak mereka.Semua sudah dibicarakan dan tanggal pun sudah ditetapkan, yaitu 2 minggu lagi m
"Hayuk masuk atuh, kita sarapan dulu!" ajaknya usai memeluk Aisyah dan Linda bergantian. Bahkan, Hendrawan pun dia perlakukan bak anak sendiri."Kebetulan kita belum sarapan, Ni," balas Hendrawan yang segera melangkah masuk ke dalam rumah diikuti yang lainnya.Mereka bercengkerama selayaknya keluarg
"Sudah siap semua, A'?" tanya Hendrawan kepada Bintang yang tengah memakai sepatunya.Bintang mendongak menatap ayah sambungnya yang sudah terlihat semakin segar setelah 2 hari dia tunggui di rumah. Rupanya, sakitnya Hendrawan hanyalah penyakit malarindu kepada anak-anaknya saja. Setelah Bintang dan
Dalam pikirannya, kuliah dan mendapat gelar itu adalah penunjang langkah menuju sukses yang dia inginkan. Meski jalan yang dilalui tak mudah, tetapi memiliki ijazah sarjana adalah merupakan salah satu batu loncatan menuju puncak kesuksesan. Berbeda dengan Ikhsan yang memilih memgembangkan skil yang
Bintang membawa langkah dengan pasti saat burung besi yang mengatarnya pulang ke tanah air telah berhenti sempurna. Menderap langkah semakin cepat usai mengambil koper miliknya menuju pintu keluar bandara.Setelah hampir 5 jam di udara, akhirnya kakinya menapak tanah air dengan selamat. Namun, perja
Mau tak mau Santi pasrah juga, mengalungkan tangan di leher sang ayah yang terasa semakin tua itu. Menatap wajah lelaki hebatnya itu dalam-dalam. Sudah banyak keriput menghiasi wajah bapaknya, menandakan bahwa bapaknya tak lagi muda. Namun demikian, bapaknya masih kuat menggendongnya sampai ke toile
Waktu berputar begitu cepat, tanpa terasa mentari dengan cepat menghapus pekatnya langit malam. Usai sholat subuh, Bintang dengan segera bersiap untuk pulang ke tanah air. Mendapat penerbangan pagi membuatnya semakin tak sabar untuk bertemu dengan orang-orang yang dia rindukan.Dengan diantarkan ol
Di belahan bumi lain, Bintang tengah bersiap untuk kepulanganmya esok hari. Mengemasi beberapa pakaian yang akan dia bawa pulang. Kepulangannya kali ini bukan untuk tak kembali, karena masa pendidikannya juga belumlah usai."Berapa lama kamu di rumah, Tang?" tanya Abdi yang melihat rekan satu aparte