Keduanya duduk saling berhadapan dan terdiam dengan pikiran masing-masing. Terlebih Adji, dia tak tahu harus memulai percakapan dari mana."Kamu apa kabar, Dji?" tanya Mahira lebih dulu membuat Adji mendongak."Aku baik, alhamdulillah. Kamu sendiri?" jawabnya kemudian menanyakan hal yang sama.Dulu,
Mahira terlonjak saat mendengar suara bariton itu. Ia mendongak dan seketika matanya melebar sempurna saat melihat sosok kekasihnya telah berdiri tak jauh darinya."Aldo? Kamu di sini?" gagapnya, kemudian bangkit berdiri mensejajari kekasihnya itu."Ya, aku di sini." jawabnya datar tanpa menoleh."S
"Ih ... Ayo cepetan atuh, A'!" sungut Santi saat melihat kakaknya belum bersiap juga."Iya, sebentar atuh, Neng!" sahut Adji masih dengan santainya."Aa' ... Acaranya teh jam 3 sore, sekarang udah jam 2 lebih dan Aa' belum mandi. Belum nanti di jalan, belum lagi kalau macet, belum--" cerocos Santi m
Acara pengajian di mulai, banyak keluarga dari pihak almarhum papinya dari Turki yang menyempatkan hadir di sana dan menyaksikan kebahagiaan anggota keluarga yang jarang mereka temui itu. Ada nenek, paman bibi, dan juga sepupu-sepupu dari pihak papinya yang semuanya adalah orang Turki. Hanya ada sat
Santi tak protes, dia segera menurut dan lekas masuk ke dalam bilik berjalan itu. Melangkah beriringan menuju kamar masing-masing.Sampai di kamar, Adji masih kepikiran dengan orang yang ditunjuk Santi tadi, maka dia memutuskan untuk kembali ke bawah dan menyapanya. Dan benar saja orang yang tadi ma
Angin malam berhembus tenang menghanyutkan, cuaca cerah berbintang tapi udara terasa dingin menusuk tulang.Malam merangkak naik tetapi mata seolah enggan terpejam. Adji, terduduk dengan segala perasaan bercampur aduk. Malam ini adalah malam terakhir dia menyandang status bujang dan esok malam dia t
"Masya Allah, anak Bapak teh cantik pisan!" puji Rusman pada Santi yang kemudian terenyum lebar."Duh, jangan sampai nanti tamu undangan nyangkanya si Neng teh pengantinnya!" kekeh Rusman lagi."Ih, Bapak mah!" rajuk santi malu-malu."Tapi tetap, Ibulah yang paling cantik!" lanjut Rusman merangkul Y
"Sah!""Sah!""Alhamdulillah ... "Lantunan handalah menggema, sebagai pertanda ucapan syukur para saksi atas terikatnya dua anak manusia itu dalam ikatan halal di mata agama.Tangis haru orang tua Syafa mengiring berpindahnya tanggung jawab atas sang putri kepada pemilik surganya yang baru. Pun den
"Masya Allah, alhamdulillah, terimakasih banyak Wak, Bi. Neng, bahagia sekali," ujar Santi sepenuh hati menatap sayang kepada keluarga ayahnya itu satu persatu. Sampai kepada Rida, Santi teringat akan pesan yang dikirimkan oleh Bintang tadi."Oh iya, Neng teh sampai melupakan sesuatu," lanjutnya mem
Kunjungan keluarga Bintang ke rumah sakit tempat dirawatnya Santi tak hanya sekedar kunjungan biasa. Rupanya, terjadi pembicaraan serius antara Rusman dan Hendrawan terkait kelanjutan rencana pernikahan anak-anak mereka.Semua sudah dibicarakan dan tanggal pun sudah ditetapkan, yaitu 2 minggu lagi m
"Hayuk masuk atuh, kita sarapan dulu!" ajaknya usai memeluk Aisyah dan Linda bergantian. Bahkan, Hendrawan pun dia perlakukan bak anak sendiri."Kebetulan kita belum sarapan, Ni," balas Hendrawan yang segera melangkah masuk ke dalam rumah diikuti yang lainnya.Mereka bercengkerama selayaknya keluarg
"Sudah siap semua, A'?" tanya Hendrawan kepada Bintang yang tengah memakai sepatunya.Bintang mendongak menatap ayah sambungnya yang sudah terlihat semakin segar setelah 2 hari dia tunggui di rumah. Rupanya, sakitnya Hendrawan hanyalah penyakit malarindu kepada anak-anaknya saja. Setelah Bintang dan
Dalam pikirannya, kuliah dan mendapat gelar itu adalah penunjang langkah menuju sukses yang dia inginkan. Meski jalan yang dilalui tak mudah, tetapi memiliki ijazah sarjana adalah merupakan salah satu batu loncatan menuju puncak kesuksesan. Berbeda dengan Ikhsan yang memilih memgembangkan skil yang
Bintang membawa langkah dengan pasti saat burung besi yang mengatarnya pulang ke tanah air telah berhenti sempurna. Menderap langkah semakin cepat usai mengambil koper miliknya menuju pintu keluar bandara.Setelah hampir 5 jam di udara, akhirnya kakinya menapak tanah air dengan selamat. Namun, perja
Mau tak mau Santi pasrah juga, mengalungkan tangan di leher sang ayah yang terasa semakin tua itu. Menatap wajah lelaki hebatnya itu dalam-dalam. Sudah banyak keriput menghiasi wajah bapaknya, menandakan bahwa bapaknya tak lagi muda. Namun demikian, bapaknya masih kuat menggendongnya sampai ke toile
Waktu berputar begitu cepat, tanpa terasa mentari dengan cepat menghapus pekatnya langit malam. Usai sholat subuh, Bintang dengan segera bersiap untuk pulang ke tanah air. Mendapat penerbangan pagi membuatnya semakin tak sabar untuk bertemu dengan orang-orang yang dia rindukan.Dengan diantarkan ol
Di belahan bumi lain, Bintang tengah bersiap untuk kepulanganmya esok hari. Mengemasi beberapa pakaian yang akan dia bawa pulang. Kepulangannya kali ini bukan untuk tak kembali, karena masa pendidikannya juga belumlah usai."Berapa lama kamu di rumah, Tang?" tanya Abdi yang melihat rekan satu aparte