"Maafkan semua sikapku di masa lalu, Yun, Man ... Benar, aku tak punya alasan apapun membenci kalian. Maaf," ucap Iroh tertunduk malu di hadapan Yuni dan Rusman.Di sampingnya ada Hani yang juga melakukan hal yang sama. Menunduk malu setelah mengakui semua kesalahannya di masa lalu."Sudah, Teh, sem
"Alhamdulillah, setelah perjuangan yang tidak sebentar, kini perlahan si Aa' teh sudah bisa merasakan hasilnya. Kami teh juga ikut merasakannya," jawab Rusman tetap dengan bahasa yang santun."Kalau Santi, Bi? Jam segini kenapa belum pulang juga?" lanjut Hani menanyakan Santi yang sekolah tapi sampa
"Masa, sih?" tanya Adji memastikan. Lukman mengangguk pasti."Biarinlah, yang pasti kami memang tidak ada hubungan apapun," tegas Adji."Kenapa? Bu Silvia cantik, tajir, pewaris perusahaan sebesar ini, apa lagi kurangnya coba?""Yang jelas memang kami tidak bisa bersama, Bang. Selain kepercayaan kam
Keesokan harinya, keluarga Roji pamit pulang dengan membawa serta Rusni. Rusman dan Yuni tak bisa memaksa mereka untuk tinggal lebih lama karena mereka pun harus melanjutkan hidup masing-masing.Namun, mereka meminta izin agar mereka bisa mampir setiap kali mereka akan ke kota untuk menjenguk Salma
Mendengar itu, justru Roji yang terkejut. Selama ini dia tak pernah tahu asal usul kebencian yang tertanam padanya untuk Rusman."Pak ... Maafkan aku, yang sudah gagal mendidik Roji dan Bahar, dua anak kandung kita. Karena amarah dan dendam pada satu anak, aku melalaikan mendidik mereka dengan baik.
Perjalanan dinas luar Adji kali ini bukan hanya untuk sebuah misi pekerjaan, tetapi juga sebuah misi masa depan.Sejak pesawat yang membawanya landing di bandara internasional Hang Nadim, Batam. Detak jantungnya berdetak lebih cepat dan hatinya berdesir antara bahagia dan juga gugup.Rindu yang enta
"Oh, saya Aretha, pemilik PT. Incury yang akan menggunakan jasa kalian. Selamat datang di Batam!" sambutnya ramah dengan mambalas uluran tangan Adji sesaat kemudian beralih pada Haikal.Usai berkenalan, Aretha mempersilahkan Adji dan Haikal duduk. Meski, ketampanan Adji sedikit membuyarkan konsentra
"Pak, ke Villa Panbil, ya!" titah Adji begitu dia masuk ke dalam taxi yang dipesannya."Baik, Bang." sahut sang driver kemudian mulai melajukan mobilnya.Adji meninggalkan Haikal yang merengut kesal karena tidak boleh ikut dengannya, mau tak mau Haikal harus menikmati malam di Batam ini seorang diri
"Masya Allah, alhamdulillah, terimakasih banyak Wak, Bi. Neng, bahagia sekali," ujar Santi sepenuh hati menatap sayang kepada keluarga ayahnya itu satu persatu. Sampai kepada Rida, Santi teringat akan pesan yang dikirimkan oleh Bintang tadi."Oh iya, Neng teh sampai melupakan sesuatu," lanjutnya mem
Kunjungan keluarga Bintang ke rumah sakit tempat dirawatnya Santi tak hanya sekedar kunjungan biasa. Rupanya, terjadi pembicaraan serius antara Rusman dan Hendrawan terkait kelanjutan rencana pernikahan anak-anak mereka.Semua sudah dibicarakan dan tanggal pun sudah ditetapkan, yaitu 2 minggu lagi m
"Hayuk masuk atuh, kita sarapan dulu!" ajaknya usai memeluk Aisyah dan Linda bergantian. Bahkan, Hendrawan pun dia perlakukan bak anak sendiri."Kebetulan kita belum sarapan, Ni," balas Hendrawan yang segera melangkah masuk ke dalam rumah diikuti yang lainnya.Mereka bercengkerama selayaknya keluarg
"Sudah siap semua, A'?" tanya Hendrawan kepada Bintang yang tengah memakai sepatunya.Bintang mendongak menatap ayah sambungnya yang sudah terlihat semakin segar setelah 2 hari dia tunggui di rumah. Rupanya, sakitnya Hendrawan hanyalah penyakit malarindu kepada anak-anaknya saja. Setelah Bintang dan
Dalam pikirannya, kuliah dan mendapat gelar itu adalah penunjang langkah menuju sukses yang dia inginkan. Meski jalan yang dilalui tak mudah, tetapi memiliki ijazah sarjana adalah merupakan salah satu batu loncatan menuju puncak kesuksesan. Berbeda dengan Ikhsan yang memilih memgembangkan skil yang
Bintang membawa langkah dengan pasti saat burung besi yang mengatarnya pulang ke tanah air telah berhenti sempurna. Menderap langkah semakin cepat usai mengambil koper miliknya menuju pintu keluar bandara.Setelah hampir 5 jam di udara, akhirnya kakinya menapak tanah air dengan selamat. Namun, perja
Mau tak mau Santi pasrah juga, mengalungkan tangan di leher sang ayah yang terasa semakin tua itu. Menatap wajah lelaki hebatnya itu dalam-dalam. Sudah banyak keriput menghiasi wajah bapaknya, menandakan bahwa bapaknya tak lagi muda. Namun demikian, bapaknya masih kuat menggendongnya sampai ke toile
Waktu berputar begitu cepat, tanpa terasa mentari dengan cepat menghapus pekatnya langit malam. Usai sholat subuh, Bintang dengan segera bersiap untuk pulang ke tanah air. Mendapat penerbangan pagi membuatnya semakin tak sabar untuk bertemu dengan orang-orang yang dia rindukan.Dengan diantarkan ol
Di belahan bumi lain, Bintang tengah bersiap untuk kepulanganmya esok hari. Mengemasi beberapa pakaian yang akan dia bawa pulang. Kepulangannya kali ini bukan untuk tak kembali, karena masa pendidikannya juga belumlah usai."Berapa lama kamu di rumah, Tang?" tanya Abdi yang melihat rekan satu aparte