Segera dia raih dan menyiramkannya pada kemaluan Bahar, semuanya sampai biji-biji kecil cabai itu pun dia tumpahkan pada kemaluan Bahar.Bahar menjerit di ujung kesadarannya. Merasai perih, panas dan kesakitan yang tak berujung. Melihat itu, Diaz ngilu sendiri. Dan berjanji dalam hatinya untuk tidak
"Kamu sudah sadar, Ya?" tanya Iroh yang menyadari pergerakan dari Rukaya.Perlahan tapi pasti, Rukaya membuka matanya yang terasa berat akibat terlalu lama menangis."Ini, diminum dulu!" Iroh membantunya bangun lalu menyodorkan segelas teh yang masih hangat ke mulut Rukaya.Meneguk teh beberapa kali
"Si*l*n kamu, Ya! Kamu sudah buat anakku begini! Kurang ajar!" amuk Rusni begitu melihat Rukaya datang. Rusni masih didampingi Pak RT dan beberapa warga yang tadi membantu, termasuk Sadun juga."Anak Emak itu yang kurang diajar, Mak! Sudah punya istri, masih saja gonta-ganti perempuan. Naf su binat*
"Neng, kalau sakit teh istirahat saja. Maaf, Nini teh enggak maksud menyalahkan, Neng. Nini tahu, Neng melakukan itu pasti ada alasannya. Dan kalau belum siap cerita sama Nini, enggak apa-apa atuh. Jangan dipikirkan." sergah Sarma mengerti apa yang tengah melanda hati Rida."Maaf, Ni," lirihnya pela
"San ... Kamu ada media sosial enggak sih? Saling follow yuk!" ucap Disty, teman baru Santi yang kebetulan duduk satu meja dengannya."Aku ada sih, tapi enggak tahu masih bisa atau enggaknya. Soalnya sejak kejadian waktu itu, semua akun media sosial aku Aa' kunciin. Coba deh nanti aku tanyain dulu,
"Yuhuuu ... " sorak girang dari seluruh peserta meeting. Nominal yang disebutkan Haris membuat mereka semakin bersemangat bekerja. Sedangkan Adji, mendadak blank dengan nominal yang akan dia terima nanti jika berhasil menyelesaikan pekerjaannya.Dia tidak salah mengambil jurusan selama kuliah, jika
Untuk itulah dari awal bekerja, Haris selalu menekankan kekompakan untuk menciptakan devisi IT yang solid. ***Sampai di rumah, Yuni sedikit terkejut karena anak pertamanya itu pulang tepat pada jam makan siang. Adji segera memeluk ibunya dan mengucapkan terimakasih bertubi-tubi sebab karena doa Yu
"Jadi Aa' teh mau ke luar negeri?" kagum Santi dengan mata melebar sempurna saat Adji bercerita bahwa ia mendapatkan kesempatan itu dari kantornya."Iya ... Nih, paspornya teh udah jadi. Tinggal nunggu visa aja." Jawab Adji sembari menunjukkan paspor yang dia buat siang tadi bersama pengacara Haris.
"Masya Allah, alhamdulillah, terimakasih banyak Wak, Bi. Neng, bahagia sekali," ujar Santi sepenuh hati menatap sayang kepada keluarga ayahnya itu satu persatu. Sampai kepada Rida, Santi teringat akan pesan yang dikirimkan oleh Bintang tadi."Oh iya, Neng teh sampai melupakan sesuatu," lanjutnya mem
Kunjungan keluarga Bintang ke rumah sakit tempat dirawatnya Santi tak hanya sekedar kunjungan biasa. Rupanya, terjadi pembicaraan serius antara Rusman dan Hendrawan terkait kelanjutan rencana pernikahan anak-anak mereka.Semua sudah dibicarakan dan tanggal pun sudah ditetapkan, yaitu 2 minggu lagi m
"Hayuk masuk atuh, kita sarapan dulu!" ajaknya usai memeluk Aisyah dan Linda bergantian. Bahkan, Hendrawan pun dia perlakukan bak anak sendiri."Kebetulan kita belum sarapan, Ni," balas Hendrawan yang segera melangkah masuk ke dalam rumah diikuti yang lainnya.Mereka bercengkerama selayaknya keluarg
"Sudah siap semua, A'?" tanya Hendrawan kepada Bintang yang tengah memakai sepatunya.Bintang mendongak menatap ayah sambungnya yang sudah terlihat semakin segar setelah 2 hari dia tunggui di rumah. Rupanya, sakitnya Hendrawan hanyalah penyakit malarindu kepada anak-anaknya saja. Setelah Bintang dan
Dalam pikirannya, kuliah dan mendapat gelar itu adalah penunjang langkah menuju sukses yang dia inginkan. Meski jalan yang dilalui tak mudah, tetapi memiliki ijazah sarjana adalah merupakan salah satu batu loncatan menuju puncak kesuksesan. Berbeda dengan Ikhsan yang memilih memgembangkan skil yang
Bintang membawa langkah dengan pasti saat burung besi yang mengatarnya pulang ke tanah air telah berhenti sempurna. Menderap langkah semakin cepat usai mengambil koper miliknya menuju pintu keluar bandara.Setelah hampir 5 jam di udara, akhirnya kakinya menapak tanah air dengan selamat. Namun, perja
Mau tak mau Santi pasrah juga, mengalungkan tangan di leher sang ayah yang terasa semakin tua itu. Menatap wajah lelaki hebatnya itu dalam-dalam. Sudah banyak keriput menghiasi wajah bapaknya, menandakan bahwa bapaknya tak lagi muda. Namun demikian, bapaknya masih kuat menggendongnya sampai ke toile
Waktu berputar begitu cepat, tanpa terasa mentari dengan cepat menghapus pekatnya langit malam. Usai sholat subuh, Bintang dengan segera bersiap untuk pulang ke tanah air. Mendapat penerbangan pagi membuatnya semakin tak sabar untuk bertemu dengan orang-orang yang dia rindukan.Dengan diantarkan ol
Di belahan bumi lain, Bintang tengah bersiap untuk kepulanganmya esok hari. Mengemasi beberapa pakaian yang akan dia bawa pulang. Kepulangannya kali ini bukan untuk tak kembali, karena masa pendidikannya juga belumlah usai."Berapa lama kamu di rumah, Tang?" tanya Abdi yang melihat rekan satu aparte