"Eh, Wak ... Nini--" gugup Wulan merasa tak enak hati, saat berpapasan dengan Wulan di pintu perbatasan.Rusman mengulas senyum sambil mengangguk saja."Uwak ke dalam saja, ada yang perlu Uwak bicarakan sama Nini." Wulan mengangguk, lalu membiarkan Rusman masuk ke kamar Nininya.Rusman mengetuk pint
Di sebuah perusahaan besar di kota Bandung, seorang wanita berparas cantik paripurna tengah dilanda bimbang. Dialah Silvia, anak pemilik perusahaan tempat Adji bekerja.Usai mendapat pesan dari sang kekasih yang sudah dipacarinya selama 3 tahun terakhir, dia justru semakin merasa galau.Bagaimana ti
"Salma ... Salma! Sudah begini saja masih bisa belagu kamu!" sergah Adji menatapnya jengah.Salma melengos, membuang tatap ke tembok yang ada di samping kirinya."Kamu apa kabar, Neng?" tanya Yuni lembut, dia tulus melakukan itu. Salma masih tak bergeming."Ini, Bibi bawakan makanan, makanlah jika b
"Apa maksudmu membawa kakakmu?!" bentaknya lagi."Te-Teh -- " gagapnya ketakutan setengah mati."Kakakmu itu manajer, tidak mungkin mengajarimu jual diri!" geram Roji masih tak terima."Bu-bukan, Pah! Teteh bukan manajer, tapi Teteh jual diri sama om-om kaya raya di kota.""Bohong!" bentaknya mengha
Sepulang dari penjara, Rusman dan Yuni termenung memikirkan sang keponakan. Mereka iba, tetapi tidak berani berkata apapun karena itu sudah menjadi janji mereka bahwa tidak akan luluh dengan apapun keadaannya."Ibu teh kasihan sama Salma, Pak. Dia sebenarnya rapuh, hanya butuh pelukan dan kasih saya
"Apa jangan-jangan, Adipura itu pacaranya Silvia bosnya Aa'?" cetusnya begitu saja. Adji semakin tak tahu arah pemikiran adiknya itu."Maksudnya?""Ya, mungkin saja si Adipura ini cemburu kali pernah lihat Aa' jalan sama Silvia atau dekat-dekat gitu. Secara, Aa' itu ganteng maksimal kayak Daniel Pad
Pagi ini mendung bergelayut manja, angin berhembus perlahan mengantarkan hawa dingin menembus kulit siapa saja. Namun, tidak bagi sepasang manusia yang bersatu atas dua hal yang berbeda. Bahar dan Ririn, istri mudanya. Yang bahkan sejak pagi buta keduanya telah banjir keringat akibat olahraga pagi m
"Apa hatimu sudah lebih baik, Rus?"Rusni menoleh cepat ke arah kanan, dimana tak jauh dari tempatnya berdiri, Harjo yang merupakan suami mendiang sepupunya."Kang ... " lirihnya menunduk kikuk."Tidak apa-apa, memang sudah seharusnya kamu datang ke sini. Sayangnya, yang selalu menanti kedatanganmu
"Masya Allah, alhamdulillah, terimakasih banyak Wak, Bi. Neng, bahagia sekali," ujar Santi sepenuh hati menatap sayang kepada keluarga ayahnya itu satu persatu. Sampai kepada Rida, Santi teringat akan pesan yang dikirimkan oleh Bintang tadi."Oh iya, Neng teh sampai melupakan sesuatu," lanjutnya mem
Kunjungan keluarga Bintang ke rumah sakit tempat dirawatnya Santi tak hanya sekedar kunjungan biasa. Rupanya, terjadi pembicaraan serius antara Rusman dan Hendrawan terkait kelanjutan rencana pernikahan anak-anak mereka.Semua sudah dibicarakan dan tanggal pun sudah ditetapkan, yaitu 2 minggu lagi m
"Hayuk masuk atuh, kita sarapan dulu!" ajaknya usai memeluk Aisyah dan Linda bergantian. Bahkan, Hendrawan pun dia perlakukan bak anak sendiri."Kebetulan kita belum sarapan, Ni," balas Hendrawan yang segera melangkah masuk ke dalam rumah diikuti yang lainnya.Mereka bercengkerama selayaknya keluarg
"Sudah siap semua, A'?" tanya Hendrawan kepada Bintang yang tengah memakai sepatunya.Bintang mendongak menatap ayah sambungnya yang sudah terlihat semakin segar setelah 2 hari dia tunggui di rumah. Rupanya, sakitnya Hendrawan hanyalah penyakit malarindu kepada anak-anaknya saja. Setelah Bintang dan
Dalam pikirannya, kuliah dan mendapat gelar itu adalah penunjang langkah menuju sukses yang dia inginkan. Meski jalan yang dilalui tak mudah, tetapi memiliki ijazah sarjana adalah merupakan salah satu batu loncatan menuju puncak kesuksesan. Berbeda dengan Ikhsan yang memilih memgembangkan skil yang
Bintang membawa langkah dengan pasti saat burung besi yang mengatarnya pulang ke tanah air telah berhenti sempurna. Menderap langkah semakin cepat usai mengambil koper miliknya menuju pintu keluar bandara.Setelah hampir 5 jam di udara, akhirnya kakinya menapak tanah air dengan selamat. Namun, perja
Mau tak mau Santi pasrah juga, mengalungkan tangan di leher sang ayah yang terasa semakin tua itu. Menatap wajah lelaki hebatnya itu dalam-dalam. Sudah banyak keriput menghiasi wajah bapaknya, menandakan bahwa bapaknya tak lagi muda. Namun demikian, bapaknya masih kuat menggendongnya sampai ke toile
Waktu berputar begitu cepat, tanpa terasa mentari dengan cepat menghapus pekatnya langit malam. Usai sholat subuh, Bintang dengan segera bersiap untuk pulang ke tanah air. Mendapat penerbangan pagi membuatnya semakin tak sabar untuk bertemu dengan orang-orang yang dia rindukan.Dengan diantarkan ol
Di belahan bumi lain, Bintang tengah bersiap untuk kepulanganmya esok hari. Mengemasi beberapa pakaian yang akan dia bawa pulang. Kepulangannya kali ini bukan untuk tak kembali, karena masa pendidikannya juga belumlah usai."Berapa lama kamu di rumah, Tang?" tanya Abdi yang melihat rekan satu aparte