"Ini konsepnya sexy ya, kamu pasti bisa kan Na?" tanya Liza. "Kamu ngeraguin aku Liz? muka aku tuh tipe badass gini gampang lah kalau cuma pose sexy," sahut Aruna. "Oke, satu jam lagi kita siap-siap buat photoshot." Liza keluar dari make up room dan pergi menemui Theana juga beberapa kru, kini Aruna hanya sendirian. Rasanya badmood sekali, sudah lama Aruna tidak pergi ke klub karena sibuk berurusan dengan Mahendra dan rencana pernikahannya. Anggasta tidak memberinya kabar sejak kemarin malam, terakhir Aruna lihat Anggasta pergi bersama Alana entah kemana setelah pesta pertunangan selesai. Aruna tidak perduli mau Anggasta pergi dengan perempuan manapun, karena ia juga tidak ada perasaan untuk Anggasta. "Aruna," panggil seseorang, suaranya nampak familiar di telinga Aruna. Aruna menoleh, senyumnya langsung merekah lebar saat melihat orang tersebut. Aruna berdiri dan refleks memeluknya, tapi ia melepaskan pelukan Aruna. "Maaf," ucap Aruna. "Gak apa, aku cuma mau kasih ini buat kam
"Jadwal aku masih padet gak Liz?" tanya Aruna sembari merebahkan dirinya di sofa empuk. "Ini hari terakhir kamu pemtretan Na, jadwal kamu baru ada tiga hari lagi." Aruna tersenyum sumringah, akhirnya hal yang ia tunggu-tunggu datang juga. Malam ini Aruna akan pergi ke klub untuk menghilangkan penatnya, juga menyegarkan tenggorokannya yang sudah lama tidak teraliri minuman beralkohol. "Emang ada apa Na? kamu ada janji sama Anggasta?" tanya Liza. "Aku mau ke klub, hehe." bisiknya. "Na, jangan ke klub dulu deh. Kamu baru aja lepas dari berita negatif loh, jangan sampai kamu kena berita negatif lagi apalagi kamu sebentar lagi bakal menikah." "Loh emangnya aku di klub mau ngapain Liz sampai kamu takut aku bikin skandal lagi, aku cuma mau senang-senang aja kok. Lagian emang ada larangannya ya orang yang mau menikah pergi ke klub?" Liza berdecak kesal, "Oke! tapi kamu harus di kawal Jono sama Irwan, gimana?" "Kamu yang bener aja Liz! aku ini mau ke klub buat apa di kawal!" Aruna meng
"Sudah saya siapkan semuanya tuan," ucap seorang ajudan, lalu pergi setelah selesai melaporkan tugasnya. Rei Takahiro, seorang lelaki keturunan Jepang Indonesia yang sejak kecil tinggal di Indonesia. Ayah Rei seorang pengusaha restoran sukses di Jepang, sedangkan ibunya adalah seorang manager hotel ternama di Indonesia. Mereka di pertemukan saat hotel tempat kerja ibu Rei bekerja sama dengan restoran ayah Rei. Setengah tahun menjalin hubungan, mereka akhirnya memutuskan untuk menikah dan satu tahun kemudian di karuniai seorang putra tampan yang diberi nama Rei Takahiro. Rei tumbuh dengan baik di bawah pengasuhan kedua orangtuanya, hingga akhirnya ia menginjak dewasa dan siap mengemban tugas sebagai pewaris perusahaan Takahiro. "Rei, ibu mau ajak kamu makan siang di restoran ayah. Mau ya?" ajaknya. Rei hanya mengangguk, pekerjaan yang begitu banyak membuatnya teramat sibuk namun ia tidak bisa menolak permintaan ibunya. Butuh waktu lima belas menit untuk Rei datang ke restoran caban
Detik demi detik Rei menunggu, hingga jarum jam menunjukkan pukul sembilan tepat. Seseorang yang Rei tunggu akhirnya datang juga, gadis itu masuk ke dalam ruangan Rei ditemani oleh sekretarisnya. "Pagi pak Rei," sapanya, lalu mempersilahkan Ayara menghadap Rei seorang diri. Ayara agak bingung saat dirinya dipanggil lagi ke kantor untuk menemui Rei, setahunya kemarin ia sudah di tolak dan tidak ada urusan lagi disini. Rei menatap Ayara lekat, Ayara jadi takut ditatap seperti itu oleh Rei hingga tanpa sadar wajah cantiknya merunduk menghindari tatapan Rei. "Kamu saya terima bekerja disini, sebagai staff." ucap Rei. "Bapak gak salah terima orang kan?" "Tidak, kamu Ayara Nuraima Gistara kan?" Ayara mengangguk, "Jadi saya keterima disini? terimakasih pak!" Ayara bangkit dan langsung menyalami Rei karena saking senangnya, melihat Ayara tersenyum Rei tanpa sadar jadi ikut tersenyum juga. Rei sengaja menempatkan Ayara di meja dekat ruangannya, agar Rei bisa dengan leluasa memperhatikan
Aruna membuka kelopak matanya perlahan, rasa pusing masih mendera kepalanya karena mabuk semalam. Aruna melihat sekelilingnya dan mencari keberadaan ponselnya, lalu menghubungi Liza untuk mengucapkan terimakasih karena sudah membawanya pulang. Aruna tau persis siapa yang membawanya pulang dengan selamat meskipun ia baru sadar dari tidurnya, Liza lah yang selalu menjadi penyelamatnya dimanapun dan kapanpun ia berada. Ini hal yang paling Aruna tidak suka setelah mabuk, tapi anehnya ia tidak pernah kapok sama sekali. Aruna muntah sejadi-jadinya, dan kepalanya pusing tidak karuan. Ponselnya terus berdering, tapi Aruna tidak mengetahuinya karena sedang sibuk di toilet. Setelah isi perutnya terkuras habis, Aruna baru bisa keluar dari toilet. Ada sepuluh panggilan tidak terjawab dan satu pesan singkat di ponselnya, setelah Aruna cek ternyata yang menghubunginya adalah ayah Anggasta. 'Ayah ingin bertemu kamu di restoran siang ini, jika berkenan tolong datang karena ada hal penting yang haru
Aruna merenung di meja makan, memikirkan tentang keluarga ayahnya terutama kakeknya. Sudah dua puluh tahun berlalu ia tidak pernah sekalipun menengok kakeknya yang baik hati itu, Aruna hanya bisa melihatnya lewat televisi yang sesekali menampilkan berita tentangnya. 'Apa aku harus menengok kakek?' batinnya. Keadaan Takahiro kini semakin lemah, ia hanya bisa duduk di kursi roda saat menghadiri beberapa jamuan dan acara penting. Harusnya di masa tuanya saat ini Takahiro hanya berdiam di rumah menikmati sisa usianya, Aruna jadi agak kasihan padanya. Takahiro hidup sendirian selama ini, istrinya meninggal saat genap sepuluh tahun kepergian Rei. Sedangkan Olivia dikabarkan sudah menikah lagi dengan seorang pengusaha yang berasal dari Thailand, Olivia memutus hubungan dengan keluarga Takahiro dan ikut suaminya menetap di negeri gajah putih. Meski begitu Aruna masih enggan menemui Takahiro, karena takut kedatangannya hanya akan di tuduh untuk meminta warisan. Tapi berkat ucapan Rajasa, sep
'Tunangan dari model cantik Aruna Clarabella Gistara tertangkap basah keluar dari hotel bersama seorang perempuan' Itulah headline berita yang Aruna baca di pagi hari yang cerah ini, baru ia bisa bernafas lega setelah semua masalahnya selesai dan ternyata datang lagi masalah dari Anggasta. Aruna menyayangkan keteledoran Anggasta hingga bisa sampai tertangkap basah oleh wartawan, sudah bisa di pastikan sebentar lagi akan ada telepon dari Theana dan Liza yang memborbardir dirinya dengan beberapa pertanyaan. Dari foto yang wartawan sebarkan, Aruna tau kalau perempuan itu adalah Alana. Aruna berdecak kesal, tidak ada hari tenang di dalam hidupnya. Rencananya hari ini ia akan fitting baju pengantin bersama Anggasta, setelah itu pergi ke rumah Takahiro yang berada di luar kota. Tapi sepertinya semua rencananya itu bakal gagal total. Di sosial media semua netizen menghujat dirinya dan juga Anggasta, bahkan ada tagar Aruna di selingkuhi yang sedang trending di aplikasi burung biru. Semua me
Media sosial semakin ramai dengan pemberitaan Anggasta, hingga membuatnya trauma untuk membuka aplikasi apapun di ponselnya. Tidak hanya itu, beberapa muridnya juga kini mulai berani menggosipkan dirinya secara terang-terangan. Bahkan ada satu hal konyol yang terjadi pada Anggasta hari ini, seorang mahasiswi yang di juluki ayam kampus datang menawarkan dirinya pada Anggasta. Posisi Alana masih aman, meski ia tau mungkin ada beberapa yang menyadari bahwa perempuan yang bersama Anggasta keluar dari hotel adalah dirinya. Posisinya yang membelakangi kamera, membuatnya aman hingga saat ini. Penampilannya saat di kampus dan saat di luar sangat berbeda, mungkin itu sebabnya beberapa hanya berani menduga tapi tidak berani untuk langsung mengatakan bahwa perempuan itu adalah Alana. Alana mematut dirinya di cermin, perutnya masih terlihat datar jadi ia tidak perlu susah payah untuk menyembunyikan kehamilannya. Rencananya Alana akan pergi ke dokter kandungan sore ini, tentunya hanya seorang dir
Hingga setengah tahun pernikahan, Aruna masih belum juga menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Anggasta memang tidak pernah membahas ataupun menyinggung soal anak, tapi sejujurnya Aruna sudah ingin merasakan kembali rasanya mengandung dan menjadi calon ibu. Saat melihat tetangga yang sedang hamil ataupun memiliki bayi, rasa iri dan sedih di hati Aruna langsung muncul secara bersamaan. Aruna takut jika ia memang benar-benar tidak bisa mengandung dan memiliki anak, Aruna takut jika suatu saat Anggasta berubah pikiran dan menginginkan seorang anak darinya tapi ia tidak bisa mewujudkan yang Anggasta inginkan. "Sayang kamu kenapa?" tanya Anggasta seraya menghapus air mata Aruna."Aku cuma sedih aja, udah setengah tahun umur pernikahan kita tapi gak ada sedikitpun tanda-tanda kalau aku akan hamil.""Gak usah pikirin hal itu sayang, udah aku bilang berkali-kali kan kalau kita memang gak di takdirkan menjadi orang tua aku tetap akan mencintai dan menerima keadaan kamu." Anggasta mengelus pelan
Satu minggu kemudian, "Saya terima nikah dan kawinnya Aruna Clarabella Gistara binti Rei Takahiro dengan mas kawin tersebut tunai," ucap Anggasta lantang di hadapan semua saksi dan tamu undangan. "Bagaimana bapak-bapak? sah?" tanya penghulu. Semua orang serempak mengucapkan kata sah, mulai detik ini Aruna resmi menjadi istrinya Anggasta. Setelah ijab qobul selesai, Anggasta membawa Aruna ke meja inti untuk bergabung bersama kedua orang tua mereka. Tidak ada pelaminan disini dan hanya menyediakan meja untuk pengantin beserta keluarga juga meja untuk para tamu undangan, Anggasta sengaja tidak membuat konsep pelaminan karena Aruna tidak ingin menjadi pusat perhatian orang-orang. Raja terpaku di balik stir mobil, rasanya berat sekali untuk masuk ke dalam gedung dan melihat Aruna menjadi istri orang lain. Seharusnya ia yang menjadi suami Aruna bukan Anggasta, semua impiannya berantakan karena perjodohannya dengan Celine. Hingga detik ini Raja belum bisa menerima Celine di hatinya meski
Pagi hari saat Aruna dan Ayara sedang sarapan, mereka di kejutkan dengan kedatangan Rajasa beserta keluarganya dengan membawa barang hantaran lamaran yang cukup banyak. Ayara memang menyuruh Anggasta menunjukkan keseriusannya pada Aruna dalam waktu dekat, tapi ia tidak menyangka jika Anggasta datang pagi ini juga untuk menunjukkan keseriusannya. "Maaf, saya tidak menyiapkan apapun untuk keluarga pak Rajasa." ucap Ayara kikuk. "Tidak apa-apa Ayara, saya tau Anggasta lupa mengabari kamu karena dia terlalu sibuk kemarin menyiapkan semua ini." sahut Rajasa. Di sebelah Ayara Aruna duduk dengan tatapan tanpa ekspresi menatap semua orang, sedangkan di hadapannya ada Anggasta yang nampak gugup setengah mati. Setelah melewati obrolan panjang lebar antar dua keluarga, kini tinggal Aruna yang menjawab permintaan Rajasa tentang lamaran Anggasta. "Bagaimana sayang? apa kamu menerima lamaran Anggasta?" tanya Ayara karena Aruna tidak kunjung membuka suara. Aruna menarik nafas panjang dan menghe
Setelah menghabiskan waktunya seharian bersama Anggasta, kini Aruna tertidur pulas setelah menyantap pancake buatan Anggasta. Meskipun ia belum bisa menerima kehadiran Anggasta, namun kedatangan Anggasta hari ini membuatnya sedikit terhibur setelah beberapa hari ia habiskan sendirian di rumah tanpa teman mengobrol. Saat kedua mata Anggasta hendak terpejam menyusul Aruna, tiba-tiba pintu kamar Aruna di buka oleh seseorang. "Anggasta?!" "Mamah eh maksudnya tante Ayara," "Sedang apa kamu di kamar Aruna, Anggasta?" tanya Ayara berbisik, matanya melotot menatap Anggasta tidak suka. "Tante, kita ngobrol di luar aja ya? Aruna baru aja tertidur." Ayara mengangguk dan melangkah lebih dulu keluar dari kamar Aruna, di ruang tamu ia duduk bagaikan nyonya besar yang siap menginterogasi anak buahnya. Anggasta mengambil posisi duduk bersebrangan dari Ayara, ia sudah siap dengan hal apapun yang akan Ayara katakan padanya bahkan sebuah penghinaan. "Kalau kamu ada di sini, saya bisa tebak pasti k
"Alisya," panggil Aruna untuk yang ke sekian kalinya, namun asisten rumah tangganya itu tidak kunjung datang.Aruna cukup kerepotan tanpa seorang perawat yang membantunya untuk berpindah posisi ataupun mengambil barang, apalagi Alisya tidak selalu ada di rumah entah kemana ia pergi. Semenjak Takahiro meninggal pekerja di rumah ini di kurangi hingga tersisa dua orang saja dan satu penjaga keamanan di depan, juga satu orang supir kantor yang di panggil bekerja di rumah jika Ayara sedang membutuhkan supir. "Alisya, Tuti!" panggil Aruna mulai tidak sabaran. Tenggorokan Aruna rasanya sudah kering sekali, tapi air yang tersedia di kamar sudah habis. Entah kemana perginya dua asisten rumah tangga itu, sampai Aruna memanggil dan menunggu hampir setengah jam lamanya mereka tidak kunjung datang juga. Mau tidak mau Aruna terpaksa mengambil air di dapur sendirian jika begini, Aruna menyeret tubuhnya menuju tepi kasur dan saat hendak menyentuh nakas untuk menarik kursi roda pijakan tangannya ter
Setelah kemarin Anggasta yang datang, kini gantian Rajasa dan Kinan yang datang menemuinya. Meskipun mereka mengatakan hanya ingin menjenguk keadaannya sekaligus bersilaturahmi, tapi Aruna yakin mereka ingin mencoba meluluhkan hatinya untuk menerima Anggasta kembali dengan cara yang halus. "Gimana kabar kamu nak?" tanya Kinan. "Seperti yang ibu lihat, saya masih di kursi roda sampai sekarang." Aruna tersenyum tipis dengan nada bicara yang sedikit sarkastik. "Oh iya mamah kamu kemana Aruna?" tanya Rajasa. "Mamah masih d Taiwan pak Rajasa, rencananya baru pulang besok." sahut Aruna. "Panggil saja saya ayah seperti dulu, Aruna." "Maaf pak, tapi sekarang Aruna bukan lagi menantu pak Rajasa. Yang lebih berhak memanggil pak Rajasa ayah ya istri mas Anggasta yang selanjutnya nanti," sahut Aruna. Kinan dan Rajasa terdiam sejenak, sepertinya meluluhkan kembali hati Aruna tidak bisa tergesa-gesa tapi mereka tidak mau menyerah demi Anggasta. Untuk mengalihkan pembicaraan, Kinan mengajak
"Nona Aruna, itu mas Anggasta kan?" tunjuk supir Ayara ke halaman rumah Takahiro yang sekarang menjadi milik Aruna. Aruna menajamkan penglihatannya di tengah gelapnya halaman rumah, ternyata itu benar-benar Anggasta dengan bola mata yang memerah seperti habis menangis juga kelopak matanya yang sembab. "Pak, tolong bantu saya turun." pinta Aruna. "Nona Aruna mau menemui mas Anggasta?" "Turunkan saja saya pak, jangan banyak tanya." sahutnya. Dari kejauhan Anggasta menatapnya sendu dan penuh kerinduan, ingin rasanya Anggasta memeluk Aruna dan menatap wajah yang selalu ia rindukan selama tiga tahun ini. Hati Anggasta yang selama ini terasa mati saat berhadapan lawan jenis, kini mulai berdesir kembali saat melihat wajah Aruna meskipun Aruna hanya menatapnya tanpa ekspresi."Mau apa mas datang kesini?" tanya Aruna setelah posisinya dekat dengan Anggasta. "Na, kamu apa kabar?" tanya Anggasta. "Aku tanya mas Anggasta mau apa datang kesini?" Anggasta menghela nafas pelan, "Na, apa bena
Setelah mengambil keputusan secara matang, Raja dan Aruna akhirnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan menyudahi pengobatan Aruna di Jepang. Awalnya keputusan ini di tentang oleh Ayara, tapi setelah Aruna berusaha meyakinkannya akhirnya Ayara mau mengalah dan menerima keputusan mereka. Setelah menempuh perjalanan udara hampir delapan jam, mereka akhirnya tiba di Bandara Soekarno Hatta pada pukul tiga sore. Setelah tiga tahun meninggalkan tanah kelahirannya, Aruna akhirnya kembali lagi dengan kondisi yang sama seperti saat tiga tahun yang lalu ia meninggalkan negara ini. Tidak ada yang menjemput kedatangan mereka di bandara, Ayara sedang melakukan perjalanan bisnis ke Taiwan sedangkan dari pihak keluarga Raja tidak memungkinkan untuk menjemputnya. Firman sedang sibuk-sibuknya mengurus rumah sakit keluarga Hirawan, dan Haga yang sudah menetap di Dubai sejak tiga tahun yang lalu setelah menghadiri acara pernikahan mantan kekasihnya. Raja tidak mempermasalahkan ketidakhadiran kakak-
Tiga tahun kemudian,POV Anggasta"Selamat sore pak Anggasta, hati-hati di jalan pulang." sapa penjaga keamanan kampus."Iya terimakasih pak kumis," sahutku.Tiga tahun berlalu aku lewati tanpa kamu, Aruna Clarabella Gistara. Tiga tahun aku lewati rasa sakit dan sepi ini sendirian, dengan di bubuhi sedikit mimpi kalau suatu saat kamu akan kembali padaku dengan senyum cantikmu yang selalu membuatku jatuh cinta. Tiga tahun aku mencoba move on darimu, meski begitu aku tidak pernah berniat mengganti posisi kamu dengan perempuan lain di hati ini. Kamu tetaplah ratu di dalam hatiku, namamu selalu bertakhta indah di hati ini. Bagaimana kabar kamu sekarang sayang? Apa kamu bahagia hidup tanpa aku? Apa kamu sudah menemukan lelaki yang membuatmu bahagia? Aku penasaran, tapi aku juga tidak mau tau karena aku takut cemburu jika tau kamu sudah bahagia bersama lelaki lain. Pernah satu kali aku mencari tau kabarmu lewat dokter Firman, dia bilang kamu bahagia sekarang dan semakin lengket dengan