Chapter: Tetangga kepo Bab 20“Alea mandi dulu ya, Nak. Biar makin cantik,” ucapku pada Alea yang terlihat menghisap jempolnya.Pukul 08.30 aku telah selesai memandikan Alea dan aku sendiri juga sudah mandi. Aku membawa Alea ke teras dengan baby strollernya, bibir mungilnya terlihat mengecap-ngecap sesuatu. Aroma khas bayi pun menguar ketika aku mendorong baby strollernya.Sampai teras aku menaruh baby stroller di dekat kursi dan aku mengambil selang air, beberapa tanaman tanpa hampir mengering. Mungkin Mas Vano tidak sempat melakukan ini semua, pikirku. Dengan telaten tanganku mulai membersihkan daun-daun yang rontok dan aku menyapunya.“Wah, rajin sekali, Bu,” ucap seorang ibu yang mengagetkanku. Aku menoleh ke arah sumber suara ternyata Bu Sri yang aku temui di tempat penjual sayur tadi pagi.“Iya Bu S
Last Updated: 2021-10-22
Chapter: Telepon dari Mama Bab 19Aku menaruh Alea pada baby stroller dan merapikan bajunya. Dia terlihat memainkan mulutnya sendiri dan menggenggam ujung bajunya, menggemaskan sekali kamu Nak, pikirku."Anak mama tiduran di sini dulu ya, Mama mau makan sebentar ya, Nak," ucapku sambil mendorong baby stroller mendekati meja makan.Aku mendudukkan diriku di kursi lalu mulai memakan nasi yang tadi sudah aku ambil. Satu suapan, dua suapan masuk dalam mulut tapi aku termenung memikirkan Mas Vano lagi. Beberapa waktu lalu sudah teralihkan tapi malah sekarang kepikiran lagi saat aku menyantap masakanku yang harusnya ini juga dinikmati oleh lidah Mas Vano."Kenapa Mas? Kenapa kamu tidak bisa menghargai usahaku sedikit saja," ucapku sendirian dengan terus menyuap nasi pada mulutku.Beberapa saat kemudian ponsel yang aku kantongi be
Last Updated: 2021-10-16
Chapter: TeralihkanBab 18Aku berjalan gontai menuju kamar utama dengan sesekali tanganku masih menyusut air mata yang terus menetes. Kenapa mas Vano sama sekali belum menerimaku di rumah ini. Terdengar tangis Alea nyaring di telinga ketika aku hampir menyentuh gagang pintu. Lalu aku segera membuka pintu, anakku terlihat menangis dengan keras seolah ikut merasakan sesak yang ada di hati mamanya.Alea masih terus saja menangis ketika aku mengganti popoknya yang sudah basah. Lalu aku menggendongnya dengan penuh kelembutan dan menimang-nimangnya supaya tangisnya terhenti. Aku membawa Alea keluar kamar, tak lupa aku meraih ponselku yang tergeletak di atas nakas mungkin saja nanti aku ingin menghubungi seseorang.Langkahku terus saja menuju dapur dengan menggendong Alea, aku meraih satu panci agak besar yang ada di rak lalu aku isi air dan merebusnya untuk air mandinya Alea. Tak lupa aku mengambil satu panci lagi yang kecil untuk aku gunakan merebus air guna membuat susunya A
Last Updated: 2021-09-21
Chapter: PraharaBab 17 Tepat pukul 21.00 aku mendengar deru mobil masuk ke dalam halaman rumah. Aku yang tadi sempat merebahkan diri di samping Alea gegas turun dari ranjang. Tanganku menyalakan sakelar lampu ruang tengah tamu. Aku berjalan perlahan sambil memijit kepalaku yang terasa agak pening. Aku menuju pintu depan supaya mas Vano tidak terlalu lama menunggu. Terdengar ketukan dari pintu depan, aku segera membukanya. Mas Vano langsung masuk ke dalam rumah setelah pintu berhasil terbuka dan mengucap salam. Aku menutup pintu kembali dan menguncinya lalu ikut masuk ke dalam di mana mas Vano berada. Terlihat dia sedang duduk di ruang tengah sambil mengendurkan dasi miliknya. Aku berjalan ke dapur untuk membuatkan minuman hangat untuk suamiku. Aku sedikit heran, dia pulang malam tapi kenapa bau parfum mas Vano masih sangat menyengat. Namun di sisi lain dia terlihat seperti kelelahan. Aku mempercepat gerakanku membuat teh hangat. Setelah selesai aku segera membawa
Last Updated: 2021-09-18
Chapter: Mas?Bab 16Jam dinding menunjukkan pukul 04.00 ketika aku membuka mata. Aku merenggangkan otot sejenak dan melirik Alea yang masih berbaring dengan tenang. Aku menurunkan kakiku dari ranjang, mataku memandang sekeliling kamar tapi tidak aku temukan kak Vano berada di dalam kamar. Aku beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan menunaikan sholat subuh.Alea terlihat menggeliat pelan saat aku telah selesai melipat mukena. Aku menenangkannya sebentar supaya tertidur lagi. Ku rasakan dia tenang kembali, aku menggeser badanku pelan-pelan untuk turun dari pembaringan. Aku membuka handle pintu dengan sangat pelan agar Alea tidak terganggu tidurnya dan mencari keberadaan kak Vano.Mataku membelalak melihat suamiku tidur dengan menyandar pada sofa ruang tengah, di depannya terdapat tumpukan kertas berkas mahasiswanya.“Kak Vano,” ucapku membangunkannya dengan menyentuh ujung sikunya.“Kak,” aku mengulangi ucapanku.
Last Updated: 2021-09-17
Chapter: Rasa yang menyesakkanBab 15Cahaya mentari pagi menerobos masuk ke dalam kamar melalui jendela yang sudah terbuka. Aku menyipitkan mata dan mengerjap menyadari ini sudah pagi. Aku melirik sofa tempat kak Vano tidur semalam, kosong. Bantal dan selimutnya sudah tertata rapi di ranjang. Ke mana dia, kenapa dia tidak membangunkanku. Aku menyibakkan selimut lalu merapikannya, dan segera mandi.Lima belas menit kemudian aku selesai dan mematut diriku di cermin. Aku memakai daster berbahan kaos dengan lengan sepanjang siku dan panjang di bawah lutut. Aku terbiasa memakai daster ketika di rumah, toh tak apa karena yang melihat hanya keluargaku sendiri. Aku membuka pintu kamar untuk membantu mama di dapur. Ketika melewati ruang makan ternyata sudah tertata rapi makanan yang sudah disiapkan mama untuk sarapan pagi ini. Aku bangun kesiangan, sungguh tak sadar ketika pagi menyapa. Mungkin ini juga efek acara kemarin yang melelahkan dan beberapa kejadian yang membuatku berpikir keras.Aku mela
Last Updated: 2021-09-06
Chapter: Bab 03. Dijemput OmaDonny segera berjalan menuju ruangan pribadinya. Pemuda itu berjalan dengan tetap berpikir kenapa sampai ada wanita yang sangat mirip dengan istrinya. Juno pun masih mengikuti langkah kaki Donny hingga masuk ke dalam ruangan pemuda itu. Donny menoleh ke arah Juno dan menautkan alisnya.“Kenapa kau mengikutiku?” tanya Donny.“Memangnya tidak boleh?” balas Juno bertanya kembali.“Ini jam kerja, Juno,” ucap Donny sedikit geram.“Kerjaanku sudah selesai, nanti tinggal cek-cek lagi saja. Aku mau bicara dulu denganmu,” sahut Juno.“Mau bicara tentang apa?” tanya Donny.“Steffi,” jawab Juno singkat.“Kenapa dengan Steffi?”“Ah, ayo kita bahas di dalam ruanganmu. Kenapa kita malah mengobrol di depan pintu seperti ini,” ucap Juno yang langsung menerobos masuk ke dalam ruangan. Donny hanya mengernyitkan dahinya lalu berjalan masuk dan duduk di kursinya. Sedangkan Juno duduk di sofa samping meja kerja Donny. Donny menatap sebentar berkas yang sudah tersedia di meja.Ada catatan memo kecil yang t
Last Updated: 2022-11-02
Chapter: Bab 02. Perawat BaruSaat Donny mulai melajukan mobilnya tiba-tiba terdengar dering ponselnya berbunyi. Donny melirik ke arah ponselnya yang dia letakkan di samping kemudi. Tertera nama Juno di sana, teman satu profesi dengannya sebagai dokter umum. Dan Juno bisa dibilang juga adalah tangan kanan Donny andai pemuda itu ada urusan yang mendesak. Donny menepikan mobilnya lalu meraih benda pipih itu dan menerima telepon dari Juno. Donny menempelkan ponselnya di telinga sebelah kirinya. Donny memang mempunyai kebiasaan andai ada yang menelepon sebiasa mungkin pemuda itu mencari tempat untuk mobilnya berhenti. Takut nanti seandainya dia tidak fokus dalam berkendara. “Halo, Jun. Ada apa?” tanya Donny langsung pada inti. “Kau sedang di mana?” tanya balik Juno dari seberang sana. “Aku masih di lingkungan sekolah Aliza, baru saja selesai mengantarnya ke sekolah,” jawab Donny. “Oh gitu, cepat balik ke rumah sakit ya,” ucap Juno. “Kenapa?” “Sudah, cepat balik ke rumah sakit dulu.” “Memangnya kenapa sih, ada
Last Updated: 2022-11-02
Chapter: Bab 01. Permohonan AlizaSepulang dari rumah Sinta, kini Retha duduk termenung sendirian di kamarnya. Dia memikirkan nasib putranya di masa depan. Akankah Donny bisa melewati semuanya, sedangkan wanita paruh baya itu tahu bawa anaknya benar-benar cinta mati dengan istrinya. Retha menarik napas panjang dan menghubungi suaminya via telepon lalu mengabarkan bahwa anaknya mulai terketuk hati untuk menggendong bayinya.“Halo, Ma. Ada apa?” tanya Hendra di seberang sana.“Ada kabar baik, Pa.”“Kabar baik apa?”“Donny sekarang sudah bisa mengikhlaskan kepergian Aisyah dan mulai menerima keberadaan anaknya, Pa.”“Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu, Ma.”Lalu pasangan yang sudah menikah hampir 27 tahun itu mengobrol sebentar sebelum akhirnya panggilan telepon dimatikan oleh Retha. Wanita itu paham bahwa suaminya sedang bekerja di kantor.****Semakin lama kehidupan keluarga Donny berubah, mereka masih tetap mengingat Aisyah sebagai gadis kesayangan. Namun mereka sudah bisa mengikhlaskan kepergian gadis cantik beram
Last Updated: 2022-11-02