Chapter: Chapter 10Pagi ini aku bangun dengan mata yang seperti berkunang-kunang, mungkin terlalu banyak menangis semalam. Mataku pun terlihat bengkak di cermin. Ah, malu rasanya kalau harus berangkat kerja dengan mata bengkak seperti ini, kuputuskan untuk meminta izin saja untuk tidak masuk kerja. Aku segera menghubungi Manda, agar bisa menyampaikan izinku pada Pak Taufik kepala HRD. Hari ini aku hanya menghabiskan waktu di kamar, sesekali menggosok cincin di jari manis. Siapa tahu keluar jin hihi, perasaan bahagia dan sedih pun bercampur di dalamnya. Ponselku berdering, tapi entah kenapa malas sekali rasanya mengangkat panggilan itu, sudah bisa dipastikan itu adalah Pak Hari. Aku tetap bergeming dengan musik di ponsel itu, aku butuh istirahat saat ini. *** Tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara Ibu. "An, ada si Hari di luar nak." "Ngapain, Buk?" tanyaku heran
Last Updated: 2021-09-14
Chapter: Chapter 9Aku begitu bahagia, hari-hariku lalui dengan penuh senyuman, pusing karena pekerjaan pun rasanya terbayar jika selepas kerja, aku bisa melihat sosok Pak Hari menemaniku. Tak terasa satu bulan berlalu, hubungan kami makin erat, bahkan kami berniat ingin melangsungkan kejenjang yang lebih serius, angan-angan pernikahan pun sudah di depan mata, bulan depan rencananya Pak Hari akan melamarku. Ah, bahagianya aku. "Hey, ngelamuni apa, sih? Senyam-senyum aja." Aku menoleh ke sumber suara, ternyata itu Manda. "Apa, sih, Man? Kepo, deh." Manda bersender pada meja kerjaku dan senyum-senyum seraya memicingkan mata. "Iya, deh. Yang sebentar lagi jadi nyonya Hari Setiawan Wicaksono, Beb kalo kamu udah nikah sama Pak Hari nanti, kamu masih kerja di sini nggak, sih? Masih mau temenan sama aku yang karyawan biasa ini, 'kan?" Aku menarik beberapa helai rambutnya. "Mulai, deh
Last Updated: 2021-09-01
Chapter: Chapter 8Mata ini tak kunjung mendapatkan rasa kantuk, aku memikirkan kemarahan Pak Hari yang kulihat tadi, rasanya ingin bertanya padanya. Namun, aku takut ... aku tak berani mencampuri urusannya. Sekarang, aku hanya mondar-mandir, sesekali mengintip ke layar televisi di kamar ini, rasa kesalku pada Pak Hari berubah menjadi rasa penasaran yang tinggi. Aku benar-benar tak bisa tidur karena gelisah. Kuputuskan untuk mencari udara segar saja di luar, siapa tau aku lebih tenang dan menikmati keindahan lampu yang berwarna-warni di taman hotel. Rasa dingin menelusup hingga ke tulangku dan ditambah aku yang tidak memakai jaket membuat desiran angin masuk ke pori-pori. Sedang asyik menikmati lampu-lampu taman, aku dikejutkan oleh bisikan di telingaku. "Ngapain di luar, Buk?" Aku menoleh, ternyata itu Pak Hari. "Nggak ngapa-ngapain, Pak. Hanya saja saya belum bisa tidur," jawabk
Last Updated: 2021-08-27
Chapter: Chapter 7Pagi ini aku sudah menyiapkan beberapa pakaian dan keperluan yang mungkin akan aku butuhkan selama dua hari di kota A. Aku hanya tinggal menunggu Mas Budi menjemput saja. "An, itu jemputanmu sudah datang, Nak." Suara terdengar dari balik pintu. Aku merapikan tas dan siap berangkat. "Iya, Buk, sebentar." Mas Budi langsung menyambar koper kecilku dan memasukkannya ke dalam mobil. Eh, tapi tunggu ... aku seperti mengenal orang yang berbicara dengan Ayah. Aku mundur dua langkah agar bisa melihat sang empunya wajah dan ternyata itu Pak Hari. Oalah itu beneran Pak Bos, aku mematung dengan mulut yang menganga, dia keren sekali pagi ini, tidak seperti biasanya. Gayanya hari ini jauh dari kata formal, dia berpenampilan seperti anak muda. Perpaduan baju dan celana selutut yang di gunakannya serta dilengkapi dengan sepatu branded, sungguh tampilan yang indah dipandang. "Sudah siap
Last Updated: 2021-08-27
Chapter: Chapter 6Sengaja sore ini aku tak mengizinkan Pak Hari mengantarku pulang karena aku tak mau orang kantor berpikiran negatif, dengan status duda Pak Hari yang sama sekali belum diketahui orang-orang kantor. Aku membaringkan badanku yang letih di atas kasur, pikiranku melayang memikirkan sosok Pak Hari, entah kenapa ada rasa rindu yang menelusup. Aku merasa mulai mencintai Pak Hari, sosoknya yang perhatian dan lucu membuat aku tak ingin jauh darinya. Aku melirik jam yang menempel di dinding, jam menunjukkan pukul 20:35. Tetapi, kenapa Pak Hari tak kunjung menghubungiku? Apakah dia merasa kecewa karena aku tak mengizinkannya mengantarku tadi? Kenapa juga aku gelisah seperti ini? Sepuluh, dua puluh, hingga empat puluh menit kemudian tak kunjung ada kabar darinya. Ah, bisa mati penasaran aku kalau begini, kuputuskan untuk menelponnya. Tuuuutt! Tuuuut! Belum ada jawaban juga, kemana Pak bosku ini? Apa dia marah atau jang
Last Updated: 2021-08-27
Chapter: Chapter 5Malam ini aku habiskan dengan mendengarkan lagu dari penyanyi perempuan jebolan salah satu pencarian bakat, Fatin Sidqia. Bukan tanpa alasan, karena apa? Karena sepanjang perjalanan pulang bersama Pak Hari tadi siang, hanya album penyanyi perempuan itu saja yang kudengar, sepertinya Pak Hari menyukai lagu-lagu darinya. Entahla, aku hanya menebak sebenarnya. Malam ini aku seperti dimabuk cinta, kebahagiaan yang sulit kuungkapkan telah bersemi mengisi relung hati. Secepat inikah aku menaruh hati padanya? Ah, siapa yang tak ingin mendapatkan lelaki seperti Pak Hari? Lelaki tampan berwibawa serta bijaksana. Tetapi, Kalau sampai semua orang tau mengenai hubungan yang kumiliki dengan Pak Hari bila aku menerimanya, apa nanti kata mereka? Usiaku yang baru 23 tahun menjalin hubungan dengan lelaki duda berusia 38 tahun. Apa kata keluargaku? Ah, nanti saja kupikirkan itu, aku tak mau mengganggu suasana hatiku saat ini. Ting!
Last Updated: 2021-08-23