
Bayangan Pengkhianatan
Alvaro Wiratama, seorang pewaris keluarga kaya yang hidupnya berubah drastis setelah diculik saat masih kecil, tumbuh besar di lingkungan kumuh dengan identitas yang terhapus. Tidak mengetahui siapa dirinya sebenarnya, Alvaro berjuang bertahan hidup di tengah kerasnya kehidupan jalanan. Ketika ia dewasa, sebuah peristiwa tragis mengungkapkan potongan masa lalunya yang terlupakan.
Dibantu oleh teman-teman barunya—Karin, seorang wanita cerdas yang penuh rahasia, dan Dika, sahabat setianya—Alvaro memulai perjalanan penuh bahaya untuk mencari jawaban atas penculikannya. Penyelidikan mereka mengungkapkan bahwa Johan, seorang pesaing bisnis keluarganya, adalah otak penculikan itu. Namun, kebenaran yang lebih kelam terungkap: ada pengkhianat dari dalam keluarga Alvaro sendiri yang terlibat dalam konspirasi tersebut.
Saat Alvaro menggali lebih dalam, ia menemukan bahwa dendam dan pengkhianatan telah mengakar kuat di lingkaran keluarganya. Di tengah ancaman dan pengkhianatan, hubungan Alvaro dan Karin berkembang, tetapi kebersamaan mereka diuji oleh rahasia masa lalu yang bisa menghancurkan kepercayaan di antara mereka.
Dibalut dengan aksi menegangkan, intrik keluarga, dan percikan romansa, Di Ambang Kehancuran adalah kisah tentang perjuangan, balas dendam, dan pencarian jati diri. Akankah Alvaro berhasil mengungkap kebenaran dan merebut kembali kehidupannya, atau justru tenggelam dalam gelombang penghianatan yang terus mengintainya.
Baca
Chapter: Bab 42: Bayangan Balas DendamAlvaro berlari menembus gelapnya malam, nafasnya memburu. Suara langkah kaki terdengar memburu dari arah belakang, menggema di sepanjang lorong sempit yang berliku. Ricardo, Selena, dan Carlos masih mengejarnya dengan gigih, tidak rela melepaskannya begitu saja. Dia menyelinap masuk ke dalam gang sempit, tubuhnya menyatu dengan bayang-bayang gedung tua yang reyot. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, namun wajahnya tetap datar, tanpa ekspresi gentar sedikit pun. Di balik matanya, pikiran bergerak cepat, mencari cara untuk menghilang dari kejaran mereka. “Aku tidak akan berhenti sampai kau tertangkap, Alvaro!” teriak Ricardo dengan napas tersengal. Selena dan Carlos berusaha mengepungnya dari dua arah. Mereka tahu betul kemampuan Alvaro dalam melarikan diri, dan tidak ingin memberinya celah sedikit pun. Namun Alvaro sudah memperhitungkan semuanya. Dengan gesit, dia melompat ke atas tumpukan kotak kayu dan naik ke atap bangunan rendah di sampingnya. Dari sana, dia melompat ke ata
Terakhir Diperbarui: 2025-02-16
Chapter: Bab 41: Kebenaran yang TersembunyiSunyi yang mencekam masih menggantung di udara setelah Ricardo, Selena, dan Carlos menyadari kenyataan pahit itu—ada pengkhianat di antara mereka.Mata mereka saling bertautan, masing-masing mencoba membaca pikiran satu sama lain, mencari tanda-tanda kebohongan.Carlos, yang masih berlumuran darah dan lemah karena luka-lukanya, menarik napas berat. “Kita tidak bisa membiarkan paranoia menghancurkan kita dari dalam.”“Tapi kita juga tidak bisa membiarkan pengkhianat tetap bersama kita,” kata Selena tajam.Ricardo menghela napas. “Tidak ada gunanya saling menuduh tanpa bukti. Yang terpenting sekarang, kita harus keluar dari sini sebelum lebih banyak orang Konstantin datang.”Namun, sebe
Terakhir Diperbarui: 2025-02-16
Chapter: Bab 40: Serangan Balik di Jalur EsRicardo memacu truk di jalanan bersalju yang mulai tertutup kabut. Roda-roda besar kendaraan itu sesekali tergelincir di atas permukaan licin, tetapi dia tetap mengendalikannya dengan tenang. Di belakang mereka, dua mobil hitam dengan sirene pelan mulai mengejar.“Konstantin pasti tahu kita kabur dengan truk ini,” kata Selena sambil mengamati jalan di belakang melalui jendela kecil di ruang kargo. “Mereka tidak akan membiarkan kita pergi begitu saja.”Carlos duduk di atas salah satu peti amunisi sambil merakit senapan serbu. “Bagus. Itu artinya kita bisa menyerang sebelum mereka sempat menyusun rencana baru.”Alvaro yang berdiri di sampingnya mendesah. “Kau benar-benar menikmati ini, ya?”Carlos menyeringai. “Bukankah
Terakhir Diperbarui: 2025-02-15
Chapter: Bab 39: Neraka di Jalanan MoskowVan tua yang dikendarai Carlos melaju dengan kecepatan penuh, membelah jalanan Moskow yang masih sepi di pagi buta. Di belakang mereka, dua SUV hitam dengan logo organisasi Konstantin terpampang jelas di sisi pintunya terus mengejar, disertai suara sirene polisi yang seolah menggema dari segala arah.Ricardo memeriksa peluru di magazinnya. "Kita tidak akan bisa kabur hanya dengan kecepatan. Mereka punya kendaraan yang lebih baik!"Selena sudah membuka jendela samping, mengangkat senapan serbunya. "Maka kita harus membuatnya lebih adil."BRAK!Tembakan pertama dari musuh menghantam bagian belakang van, membuat kaca pecah dan serpihan logam beterbangan ke dalam."Kita tidak bisa hanya menghindar!" ujar Alvaro, yang mulai bersiap dengan pistol di tan
Terakhir Diperbarui: 2025-02-14
Chapter: Bab 38: Musuh dalam BayanganTruk yang mereka tumpangi melaju melewati jalanan Moskow yang dingin. Dari sela-sela peti kargo, Alvaro mengintip keluar. Lampu-lampu jalan berpendar di malam yang gelap, dan sesekali mobil patroli melintas, membuat mereka semua semakin waspada.“Kita akan kemana sekarang?” bisik Selena.Carlos, yang duduk di sebelahnya, menatap peta yang telah direkam dalam ingatannya. “Kita harus menemukan transportasi lain. Truk ini hanya membawa kita keluar dari bandara, tapi kita tidak bisa terus bersembunyi di dalamnya.”Ricardo, yang duduk di dekat pintu belakang, melirik arlojinya. “Kita bisa lompat keluar saat truk ini berhenti di lampu merah atau perbatasan distrik.”Benar saja, setelah beberapa menit, truk mulai melambat di sebuah persimpangan. Ricardo mengisyaratkan kepada yang lain, dan tanpa suara mereka menyelinap keluar, menyelinap ke gang sempit di dekatnya.Namun, mereka tidak menyadari satu hal—mereka telah diawasi sejak awal.Seorang pria berjas hitam di seberang jalan mengangkat t
Terakhir Diperbarui: 2025-02-13
Chapter: Bab 37: Batas Antara Kepercayaan dan PengkhianatanMobil yang dikendarai Ricardo melaju dengan kecepatan penuh di jalan pegunungan yang berliku-liku. Di belakang mereka, suara sirene dan deru kendaraan pengejar semakin mendekat. Helikopter hitam berputar di langit, sorot lampunya berusaha menembus kegelapan malam."Mereka tidak akan berhenti!" seru Selena sambil mengisi ulang magazin senjatanya. "Konstantin pasti sudah memerintahkan mereka untuk menangkap kita hidup atau mati."Carlos, yang duduk di sebelah Alvaro di kursi belakang, menatap lurus ke depan. "Aku sudah mengkhianati Konstantin. Sekarang aku tidak punya pilihan lain selain melawan."Alvaro masih ragu. "Dan bagaimana kalau ini semua jebakan? Bagaimana kalau kau hanya berpura-pura berpihak pada kita?"Carlos tidak langsung menjawab. Matanya tetap fokus ke jala
Terakhir Diperbarui: 2025-02-12